"Keren dari mananya?" tanya Fiki.
"Iyalah keren. Mereka sukses buat kakak nunggu hahaha" ucap Alana.
"Jadi kamu senang lihat kakak kesusahan?" tanya Fiki.
"Nggak sih, tap-" Fiki segera memotong ucapan Alana.
"Tapi apa? Tuh buktinya kamu nggak berhenti tertawa dari tadi" ucap Fiki datar.
"Yee kakak, gitu aja pakai marah. Seenggaknya kan, kakak bisa sedikit sabar"
"Siapa bilang kakak marah"
"Yaudah terserah kakak. Aku capek pengen cepet sampai kerumah" Alana menghembuskan nafasnya kasar kemudian menyenderkan badannya dan mengalihkan pandangannya dari Fiki.
Fiki yang merasakan suasana mulai sedikit menegangkan, akhirnya Fiki memilih untuk melembutkan suaranya.
"Kok kamu yang marah?" tanya Fiki lembut.
"Aku nggak marah. Aku Cuma capek. Aku mau tidur" ucap Alana cetus.
"Yaudah tidur aja, nanti kakak bangunin" saran Fiki namun di tolak Alana.
"Nggak mau, aku mau tidur di rumah!!" suara Alana mulai mengeras.
"Yaudah terserah kamu. Bentar lagi sampai" Alana hanya diam tanpa membalas ucapan Fiki lagi.
***
Sesampai di rumah, Alana segera masuk kedalam rumah tanpa banyak bicara kepada Fiki. Alana yang berjalan menuju lantai dua, tak sengaja mendengar percakapan Mamanya dari telepon. Alana membatalkan niatnya untuk menuju kamarnya. Alana segera menghampiri ibunya yang sedang berada di ruang TV.
"......."
"Iya tapi besok aku ada jadwal arisan"
"......."
"Oke kalau gitu, aku sudah tidak sabar"
"......"
"Oke bye".
"Siapa ma?" Siska Mamanya Alana sedikit terkejut mendengar suara Alana.
"Kamu? Sejak kapan kamu di situ?" tanya Siska cemas.
"Nggak penting. Sekarang yang aku tanya, siapa yang Mama telepon tadi?" bentak Alana.
"Itu teman Mama. Kamu nggak perlu tau!" Siska segera meninggalkan Alana yang berdiri di ruang TV.
"Aku berhak tau, karena yang Mama lakukan itu salah ma" ucap Alana.
"Kamu cukup sekolah yang bener. Belajar sopan santun yang bener, lihat kamu pulang sekolah bukannya salam malah nyelonong aja masuk ke rumah. Itu yang diajarkan gurumu disekolah" bentak Siska dari kejauhan.
"Aku udah salam tadi tapi Mama nggak denger. Pantesan aja nggk denger, orang Mama sibuk nelpon sampai aku ngucap salam kuping Mama nggak denger" bentak Alana lalu segera masuk kedalam kamarnya karena kesal Alana membanting pintunya sekeras mungkin.
Alana meraih ponselnya dan di pikirannya nama Fiki terlintas. Tanpa menunda, Alana segera menelpon Fiki.
Halo
Halo kak
Kenapa Lan?
Kakak udah sampai?
Sampai kemana?
Ke rumah lah. Masa ke kolong jembatan.
Kakak belum sampai dirumah, kakak lagi nongkrong sama temen
Oh aku ganggu ya, yaudah aku tutup maaf ganggu.
Alana mematikan ponselnya dan melempar ponselnya kesembarangan tempat.
"Nggak ada yang bisa di jadikan buat hiburan gue. Kak Fiki sibuk nongkrong. Mana besok bagi rapot. Gue kemana coba. Gue jijik di rumah lihat Mama kecentilan sama selingkuhannya" gumam Alana.
***
Suasana sekolah Alana pagi ini sangat menegangkan. Bagaimana tidak? Semua murid menunggu hasil dari belajarnya selama ini. Alana dan sahabatnya sedikit sedih hari ini karena mereka tau kalau mereka akan berpisah. Namun disini yang berpisah hanya Alana karena Alana sediri yang masuk ke kelas IPA. Rosa, Ayu, dan Rahma memilih IPS karena mereka memang tidak berminat dengan jurusan IPA. Peringkat Alana turun di semester genap ini, Alana sedikit sedih dengan ini. Wali kelas Alana mencoba membuat rasa kecewa Alana berkurang tapi Alana hanya diam meratapi kesalahan yang pernah ia lakukan. Alana merasa bersalah dengan dirinya karena ia tidak bisa meningkatkan nilai ataupun hanya sekedar mempertahankan dari semester kemarin.
"Alana, bapak tau kamu pintar tapi yakinlah nak kelas 2 nanti, kamu bisa meningkatkan lagi. Bapak yakin itu" ucap pak Kardo mencoba menghibur dan mengurangi rasa kecewa Alana.
"Iya pak. Makasih" Alana mencoba tersenyum walaupun sedikit dipaksakan.
Pak Kardo meninggalkan kelas saat pembagian rapot telah selesai. Alana memang sedikit sedih harus berpisah dengan kelasnya sekarang tapi Alana hanya bersikap diam. Alana sudah sampai ke lapangan, tak tau apa tujuannya disana. Langit yang sangat cerah tidak membuat Alana mengeluh untuk berjalan di bawah sinar matahari yang panas.
"Ada yang lihat Alana nggk?" Fiki yang langsung masuk ke dalam kelas Alana dan bertanya dengan Rosaa.
"Hmm nggak tau. Dia tadi udah keluar kelas. Dia lagi kecewa, sebenarnya kamu kasihan tapi kami pikir dia butuh sendiri deh" Rosa yang menyusun barang-barangnya untuk dimasukkan ke tas sedangkan Ayu dan Rahma sedang menunggu Rosa yang membereskan barang-barangnya.
Fiki yang mendengar jika Alana sedang kecewa segera mencari Alana ke luar sekolah, namun saat Fiki berlari kecil ke pintu gerbang, Fiki melihat Alana sedang berjalan seorang diri ke arah lapangan. Saat Fiki meyakinkan kalau itu adalah Alana, ia segera mengejar Alana.
"Alana, kamu kemana aja? Kakak nyariin kamu ke kelas" Fiki berbicara saat ia berada dibelakang Alana.
Alana masih diam mendengar ucapan Fiki. Fiki yang merasa diacuhkan segera melihat muka Alana. dan benar, Alana memang sedang kecewa. Sangat terlihat dari mata Alana yang menahan air mata agar tidak lolos dari matanya.
"Kamu kenapa Lan?" Alana hanya menggeleng dan menunduk.
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Fiki lagi dan Alana hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kamu pulang sama kakak ya" Fiki maraih tangan Alana untuk menuntunnya ke mobil Fiki.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Alana [END]
Teen FictionBerawal dari berakhirnya hubungan Alana dengan Angga. Alana mencoba untuk kuat menerimanya sampai akhirnya Alana bertemu dengan kakak tingkatnya yang jatuh hati pada Alana. Fiki namanya, terkenal disekolah, anak Futsal, bandel, dan terkenal tampan d...