Bab 44

201 5 0
                                    

Fiki segera mengantar Alana pulang. Sepanjang perjalanan Fiki tidak banyak bicara, ia hanya takut salah ngomong karena mood Alana sekarang sedang buruk. Alana yang dari tadi melamun juga sama. Sama-sama diam.

"Aku malas pulang rasanya" ucap Alana saat mobil Fiki sudah ada di depan rumahnya.

"Tadi di cafe kamu minta pulang. Sekarang udah kakak antarin pulang malah malas pulang. Yang bener yang mana sih Lan?" tanya Fiki selembut mungkin.

"Hehehe nggak tau. Sorry ya kak aku lagi PMS. Mood aku berubah terus" Alana terkekeh.

"Jadi sekarang kamu pulang atau kayak gimana?" tanya Fiki lagi.

"Hmm pulang aja. Kalau aku malas pulang nanti kakak yang repot" jawab Alana.

"Yaudah masuk" jawab Fiki saat Alana masih di dalam mobil.

"Makasih ya kak. Oh iya kak, kayaknya kita perlu nyusun rencana buat liburan panjang nanti" saran Alana.

"Kakak sih setuju tapi tunggu kamu selesai PMS, kakak takut mood kamu berubah-ubah" Alana hanya terkekeh mendengar pengakuan Fiki.

"Oke siap. Aku masuk dulu ya. Kakak hati-hati" Alana segera keluar dari mobil Fiki dan masuk kedalam rumah.

***

Amarah seorang wanita sangat menghiasi cafe yang sedang ia datangi. Rasa amarah dan kecewa dengan takdir di hidupnya. Wati tak hentinya memaki Fiko sepupunya padahal dalam hal ini Fiko sudah menjalankan tugasnya namun Wati tetap saja menyalahkannya.

"Liat lo nanti, gue bakalan aduin sama bokap lo. Gue nggak main-main sama omongan gue kalau lo dalam waktu dekat ini nggak bisa buat Fiki sama Alana menjauh!!" ucap Wati.

"Lo jangan gunakan semua ini untuk buat gue ikut rencana lo. Kesepakatan awal kita kalau gue Cuma deketi ayu doangkan? Buktinya, udah gue lakukan yang lo perintah. Terus sekarang apalagi?" tanya Fiko. Fiko sebenarnya sudah tidak tahan lagi diancam oleh Wati. Ingin rasanya ia membiarkan Wati mengatakan kelakukan Fiko.

"Lo harus deketin Alana nggak usah Ayu !" perintah Wati. Fiko sedari tadi sudah menahan emosi. Fiko telah menaydari kalau Wati sudah keterlaluan.

"NGGAAKK!!!" bentak Fiko.

"Ohh jadi lo udah siap kalau gue ngomong tentang kelakukan ke bokap lo" ancam Wati.

"Terseaaaahhh!!! Gue nggak takut. Gue laki-laki gue nggak takut dan gue nggak mau jadi boneka lo yang lo suruh ini itu. Dan satu hal yang harus lo tau, walaupun bokap gue tau kelakuan gue tentang balap liar dan suka ngerokok di luar, paling bokap gue Cuma nyita motor dan nggak ngasih jajan. Gue siap" Fiko berdiri untuk meninggalkan Wati yang sudah menyiut.

"Oh ya, gue nggak mau hubungan gue sama Fiki rusak. Gue emang lawan dia kalau di lapangan tapi gue temen kalau di luar lapangan. Sebaiknya lo nggak udah jadi ambisius untuk dapetin orang yang nggak mau sama lo!!!" bentak Fiko sebelum ia benar-benar meninggalkan cafe dimana Wati berada.

Wati yang tidak menyangka sikap Fiko seperti itu hanya bisa terdiam ditempatnya sekarang. Wati hanya menahan rasa kesalnya karena Fiko. Hancur sudah rencananya untuk mendapatkan Fiki.

"Dasaar. Awas lo ya Lan, gue bakal rebut Fiki dari lo" gumam Wati kesal.

***

Alana yang menghabiskan waktu libur didepan ruangan TV dan memakan kue yang ia buat pagi tadi. Ponselnya yang ia letakkan di dekat TV terus bergetar dari tadi. Alana segera berdiri dan meraih ponselnya.

Lan lo dimana?

Gue dirumah. Kenapa Ros?

Hmm gue jemputnya, kita kerumah Ayu.

Ayu kenapa emangnya?

Nanti biar Ayu aja yang cerita

***

Alana segera bersiap-siap sebelum Rosa menjemput. Saat suara klakson mobil terdengar sampai ke kamar Alana, ia segera turun dan menghampiri mobil Rosa. Dalam mobil sudah ada Rahma, tak ada percakapan sepanjang jalan menuju rumah Ayu. Alana yang merasa keanehan hanya mencoba menahan rasa kepo. Sesampai di depan rumah Ayu, mereka semua bergegas turun dan masuk kedalam rumah Ayu.

"Assalamualaikum Tan" sapa Rosa kepada Bunda Ayu yang sedang menyiram bunga di depan rumah.

"Eh kalian? Mau ketemu Ayu kan. Masuk Aja ke kamar nya" Bunda Ayu mempersilahkan mereka semua masuk ke kamar Ayu.

"Iya Tan, makasih" ucap mereka kompak.

***

Ayu hanya melamun kayak orang yang tidak punya semangat hidup. Rosa segera menghampiri Ayu yang sedang melamun. Rahma dan Alana juga menghampiri Ayu yang sadari tadi melamun. Alana tak mengerti apa yang terjadi dengan Ayu.

"Ayu lo kenapa?" tanya Rosa.

"Guys" panggil Ayu yang ingin menangis.

"Lo kenapa Yu, cerita sama kita" ucap Alana.

"Gue nggk tau kenapa Fiko berubah sama gue. Terus kemarin waktu gue pergi sama Bunda, gue lihat dia sama cewek. Sampai dirumah gue sms dia kalau cewek yang gue lihat tadi siapa. Gue nggak mau salah sangka makanya gue tanya" ucap Ayu. Air mata Ayu tak hentinya jatuh ke pipinya namun sahabatnya dengan sigap menghapus air mata Ayu.

"Terus dia bilang apa?" tanya Rahma.

"Dia bilang kalau dia gebetan nya dia. Saat itu juga hati gue sakit. Jadi gue selama ini siapanya dia. Seenaknya aja bilang depan gue kalau cewek itu gebetan dia" Ayu terisak-isak menjelaskan kepada sahabatnya.

"Terus lo jawab apalagi Yu?" tanya Alana yang sudah sedikit paham dengan cerita Ayu.

"Terus gue tanya sama Fiko kalau gue ini siapanya dia selama ini dan dia jawab kalau gue Cuma temen doang. Saat itu gue kesel. Gue omongin semua yang kami lalui selama ini apa,kalau dia memang nggak punya rasa sama gue. Dia Cuma bilang maaf karena dia udah nemui orang yang baik buat dia. Gue sakit guys"

"Cowok masih banyak Yu, lo tinggal cari lagi dan buka hati lo. Kalau orang yang lo perjuangin kelakukannya kayak gini berarti lo harus cari yang lain" ucap Rosa.

"Udah dong Yu, masa liburan lo habisin Cuma untuk galauin dia. Mending lo happy aja sama kita. Ya kan lan" ucap Rahma yang melihat kearah Alana.

"Iya Yu bener tu kata Rahma. Oh ya gimana kalau gue ajak kak Fiki? Kemarin kan gue nggak ikut pasar malam karena kak Fiki nggak ikut karena memang kemarin kami lagi ada masalah. Kalau sekarang sih pasti dia mau" ucap Alana yang senyum-senyum.

"Kalian udah jadian?" tanya Ayu yang mulai sedikit melupakan masalahnya.

"Belum tapi gue tetap nunggu. Kalau pun nanti dia nyakitin aku, aku bakal cari yang lain meski resikonya sakit." ucap Alana.

"Okelah, nanti kita atur waktunya dan gue mau nagih utang nih" ledek Rosa.

"Sama siapa Ros?" tanya Ayu.

"Tuh" mulut Rosa menunjuk kearah Rahma, Alana dan Ayu segera mengarah ke arah Rahma.

"Kok gue? Kan gue nggak ada utang sama lo" ucap Rahma bingung.

"Lo lupa ya? Kan lo utang PJ sama kita. Karena udah 2 bulan, lo harus traktir kita di tempat yang mahal. Kalian kan bisa sumsum " ucap Rosa.

"Oke oke gue udah pernah ngomongi ini sama Hidayat. Dan dia sanggup bayarin kalian makan di tempat mahal" Ayu, Rosa dan Alana langsung memeluk Rahma.

"Uhhh thanks banget ya Ma" ucap Alana.

***

Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang