(63) Mine

1.9K 238 28
                                    

Author Pov

"Iya bener, gue bareng Lisa, bener gak bener, suka gak suka, dia emang pacar gue"

Reya yang mendengar pengakuan Guanlin, segera memalingkan badan. Berharap ia bisa menghilang sekarang juga. Jujur, ia tak suka dengan apa yang dikatakan Guanlin barusan.

Reya menyerah, ia ingin segera pergi dari situ.

"Kenapa? Lo mau pergi?" ucap Guanlin tak bernada. Ingin sekali ia memeluk Reya sekarang. Ia butuh teman, butuh orang untuk dijadikan sandaran.

Sementara Reya tak bereaksi. Ia ingin pergi, tapi kakinya terasa berat, begitupun hatinya, berat kalau harus meninggalkan Guanlin disaat keadaannya yang buruk.

.
.
.
.

Reya dan Guanlin sekarang tengah duduk di kafe. 

Entah apa yang terjadi, tapi raut mereka terlihat serius. Bahkan ini pertama kalinya Reya terlihat seserius itu.

"Apa?" ucap Reya membuka suara. "Kita udah 10 menit disini tp lo gak ngomong apa-apa" lanjutnya kesal. Yah hal yang paling memuakkan baginya adalah "menunggu", Reya paling tidak suka akan hal itu.

"Mau makan?" tanya Guanlin, berusaha sebisa mungkin mengendalikan emosinya yang naik turun.

"Guan" panggil Reya lirih. Reya tidak suka penampilan Guanlin sekarang, bahkan sikapnya. Guanlin lebih murung dan pendiam.

"Gakpapa kalo lo gak pengen pulang sekarang, gakpapa kalo lo lagi pengen sendiri, gue paham, bahkan buat masalah yang sama sekali yang gak gue tau, gue bakal coba mahamin itu" ucap Reya melembut, mencoba membuka hati agar tidak ikut terbawa emosi.

Guanlin mendongakkan kepalamya. Ingin lebih dalam menatap manik-manik mata Reya.

"Lo boleh ngelakuin apapun sesuka lo, yang bisa buat lo ngerasa lebih baik, tapi.., lo tau kan, jangan pernah lari dari masalah lo" lanjut Reya, menasehati.

"Gue bakal ada disini buat lo, kalo pun lo gak butuh gue, gue masih bakal ada disini, gue cuma gak pengen lo terus terusan dikendaliin sama masalah lo Lin, lo bisa hidup semau lo, asalkan lo juga bisa ngendaliin hidup lo"

"Gue percaya sama lo jadi tolong jangan pernah ngelakuin yang aneh aneh"

Guanlin terdiam, membisu dengan segala yang diucapkan Reya. Dia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana persaannya sekarang, apa yang membuatnya begitu liar hingga keluar dari rumahnya sendiri.

"Gue, cuma butuh lo disini" ucap Guanlin tegar.

"Makasih udah maafin gue"

Reya menatap nanar ke arah Guanlin. Entah masalah apa yang sedang ia tanggung, tapi begitu sesak melihat Guanlin yang sekarang di depannya.

Jujur. Reya lebih suka dengan sikap Guanlin yang dingin, semaunya dan kadang sangat manis padanya.

"Lin" panggil Reya ragu.

"Apa?"

Reya masih diam.  Sedari tadi dia berusaha menyembunyikan keingintahuannya tentang hubungan Guanlin dan Lisa.

"Kenapa, lo bisa balikan sama Lisa?"

Guanlin terdiam, ia meneguk segelas jus alpukat didepannya. "Lisa ada penyakit psikologis, mamanya minta gue buat pura-pura jadi pacarnya biar dia mau direhab, sampe sekarang gue masih ngebujuk dia tapi Lisa susah banget dibilangin"

Reya tertawa hambar "Jadi dia bener bener depresi gara-gara elo Lin"

"Bukan gue juga, Lisa suka minum pil tidur, mungkin gara2 itu sarafnya jadi rusak" ralat Guanlin tak mau disalahkan.

Kapten Basket [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang