(64) You

1.9K 208 3
                                    

*******

Guanlin sedari tadi terus mengekori Reya dari belakang hingga mereka sampai depan rumah Reya. Dia tak dibiarkan seincipun mendekat mensejajarkan langkahnya dengan Reya. Masalahnya cuma satu. Reya masih trauma dengan ciuman mendadak dari Guanlin belum lama ini.

"Lo-khem-lo nginep rumah Sonho?" tanya Reya yang masih setia menatap aspal jalanan. Ia tak bernyali menatap mata Guanlin.

"Iya" jawab Guanlin tenang. Hari ini dia memang akan menginap di rumah Sonho.

"Ya udah sana" usir Reya.

"Sana kemana?"

"Ya masuk rumah Sonho lah"

"Orang gue masih pengen disini" balas Guanlin mencoba menggoda Reya.

"Ya udah terserah" ucap Reya sarkas seraya berjalan masuk ke rumahnya.

Guanlin yang ditinggal hanya bisa tersenyum puas. Akhirnya dia bisa bersama orang yang selama ini ia sukai.

Dari awal, sulit sekali rasanya menyatakan perasaannya pada Reya, semua masalahnya selalu berakar dari Lisa. Dulu pun ia harus dengan berat hati menjadikan Yuzu pacarnya hanya untuk menghentikan kelakuan gila Lisa padahal sudah sejak saat itu dia menyukai Reya. Dan sekarang pun dia masih harus menunggu untuk mengungkapakan perasaan nya pada orang yang ia cintai hanya agar Lisa tak mengganggu hidupnya lagi.

Guanlin harus menunggu selama itu untuk memberitahukan perasaannya pada Reya. Dan sekarang, masalahnya Lisa masih saja terus menempel pada Guanlin meskipun ia memang telah resmi memiliki Reya.

Guanlin mengangkat sudut bibirnya, saat melihat Reya tengah menatapnya dari atas balkon kamarnya. Ia mengisyaratkan agar Guanlin segera masuk rumah. Cuaca sedang tidak baik sekarang.

Guanlin mengangguk mengiyakan. Ia pun segera masuk rumah Sonho dan menutupnya rapat. Malam ini akan jadi malam paling hangat untuknya.

.
.
.
.
.

Kini Reya sudah berada di ruang belajarnya, di kamar. Ia baru saja selesai mandi, bahkan haduk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambut masih bertengger dikepalanya. 

Sesekali ia menatap jendela rumah sebelah yang mana, disanalah Guanlin biasanya tidur kalau sedang menginap di rumah saudaranya itu.

Ia kembali menatap buku di hadapannya. Tatapannya kosong. Ia tak mau belajar fisika sekarang ini. Hal yang paling ia benci selain bau melati adalah rumus" fisika yang 10 kali lipat lebih sulit dari pada harus menghafalkan teori dasar atom.

"Mending besok kimia aja, biar bisa ketemu pak Sehun" guman Reya merasa terbebani.

"Capek ah. Au" geramnya yang sudah setengah jam berkutat dengan satu soal vektor di depannya. Ia menutup bukunya dengan cepat lalu beranjak dari sana, setelah sebelumnya melepaskan handuk yang sedari tadi berada dikepalanya.

Reya melangakah keluar kamar, berdiam diri dibalkon kamarnya sambil memandangi langit malam. Tak biasanya ada begitu banyak bintang yang terlihat dari balkon kamarnya itu.

"Cantik"

Reya menoleh ketika mendengar suara berat dari belakangnya. Ia memelototkan matanya tajam saat tau siapa yang tengah berdiri didepannya sekarang.

"Kayak lo" lanjutnya lagi sambil menatap serius ke arah Reya.

"Ngapain ih, lo loncat apa gimana? Kok bisa nyampe sini" heran Reya pada Guanlin yang tiba2 ada di balkon kamarnya, padahal dari tadi tidak ada orang yang masuk kamarnya, pintunya juga dikunci.

Guanlin tersenyum gemas menatap Reya. Sebenarnya dari dulu pun Guanlin selalu gemas dengan tingkah Reya. Apapun itu. Tapi baru sekarang dia bisa tunjukkan secara terang2an.

Kapten Basket [Lai Guanlin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang