Raina terus menatap lekat jalanan yang mulai sepi, orang-orang mulai berlarian menghindari hujan yang mulai turun dengan deras nya.
"Ku pejamkan mata menikmati tiap rintik air hujan yang datang membawa kenangan yang mungkin tidak akan terulang" . Batin raina lirih sambil menatap lurus mengamati tiap inci air yang mulai jatuh dengan deras nya.
"mungkin dulu aku adalah orang yang paling mengharapkan kedatangan mu, tapi maaf hujan kali ini aku membencimu,lebih tepat nya membenci orang yang dulu menikmati hujan bersama ku" batin raina.
©©©
Samudra mengendarai motor nya dengan perlahan-lahan, karena jalanan sangat licin. Sesekali ia mengucek mata nya yang tertutupi air hujan. Ia sengaja menerobos hujan karena dengan hujan ia merasa dekat dengan cinta sejati nya dulu. Samudra memperhatikan setiap orang yang berteduh pinggir jalan.
Sampai saat sorot mata nya menangkap sosok perempuan yang tidak asing di mata nya, perempuan yang sedang duduk sendirian di halte bus yang ada beberapa meter lagi di depan nya.
Iyah itu raina, samudra sangat yakin itu raina yang sedang duduk sendiri di halte bus menatap kosong ke arah deras nya hujan.
Saat sudah dekat dengan tempat raina duduk, samudra memakirkan motor nya di pinggir halte. Bahkan saat samudra sudah berjalan mendekati raina, dia masih belum sadar akan kedatangan samudra. Sekosong itukah pikiran raina? Itulah pertanyaan yang pertama kali ada di otak samudra.
Dengan perlahan samudra duduk di samping raina dengan baju nya yang sudah basah kuyup samudra ikut menatap lurus ke arah deras nya hujan.
"melototin hujan sampe mata lu keluar pun ga akan buat hujan reda dan langsung berganti jadi pelangi" ucap samudra tanpa mengalihkan pandangan nya.
Raina menengok ke arah sumber suara berat khas milik samudra, entah mengapa baru beberapa kali raina mendengar suara samudra tapi dia langsung menghafal suara nya.
"Tau apa sih ka tentang aku? Kita aja baru beberapa kali ketemu" ucap raina sambil menatap sinis ke arah samudra.
Samudra hanya tersenyum tipis dan menganggukan kepala nya beberapa kali tanda mengerti.
"liat lo natap hujan dengan sendu kaya ginih aja semua orang udah tau kalo lo ada masalalu dengan hujan?" ucap samudra sambil tersenyum sinis.
Raina hanya menunduk dan meremas tas yang sedari tadi di peluk nya.
Yah samudra adalah orang ke 2 setelah bela yang mengetahui betapa lemah diri nya, betapa menyedihkan nya sosok raina yang asli. Hujan adalah kelemahan bagi diri raina, sosok raina yang periang dan selalu bahagia hilang dalam sekejap saat sudah berurusan dengan hujan.
"ketakutan akan masalalu itu cuman ilusi yang diri lo buat sendiri, jangan jadikan ketakutan lo itu sebagai alasan buat menghindar dari semua nya. Sama kaya lo yang terus-terusan menghindar dari hujan, padahal pada dasar nya sebelum kita menginginkan pelangi kita terlebih dahulu harus menghadapi hujan atau bahkan mungkin badai". Ucap samudra panjang lebar mungkin hari ini adalah sejarah bagi diri nya sendiri berbicara lebih dari 5 kata permenit.
Samudra masih menatap lurus ke arah deras nya air hujan,bahkan setelah berbicara panjang tadi ia sama sekali tidak melihat ke arah gadis yang berada di samping nya itu, karena ia masih belum mendengar jawaban sama sekali dari raina.
Merasa kesal di kacangin padahal baru saja raina berhasil membuat seorang samudra membuat rekor berbicara lebih dari lima kata permenit.
Samudra pun menoleh ke arah raina.
Mata samudra membulat sempurna saat melihat raina sedang tertunduk menutupi wajah nya dengan telapak tangan nya, rambut yang sedikit terurai kedepan dan bahu yang bergetar persis seperti orang yang menangis dalam diam."apa gua salah ngomong?"
"apa seberarti itu masa lalu nya?"Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dalam otak samudra.
Samudra berjalan mendekati raina dan berdiri di depan tubuh raina yang masih terduduk sambil menutupi wajah nya.
Perlahan samudra berjongkok di depan tubuh raina yang masih duduk sambil menduduk menutupi wajah nya dengan telapak tangan nya.
Persekian detik samudra langsung mendekap dan memeluk erat tubuh raina, tidak peduli jika nanti nya gadis ini akan menyumpahi atau memarahi nya. Yang ia ingin kan sekarang adalah memberikan energi positif ke pada raina.
Bahu raina semakin bergetar dengan cepat tanda ia menangis semakin kencang, walaupun suara nya tidak terdengar karena masih kalah dengan kencang nya air hujan.
Tapi bukankah kata orang menangis dalam diam itu lebih sakit?
Samudra masih terus memeluk raina dan tangan nya masih terus mengusap rambut raina.
"sorry,kalo gua salah ngomong" ucap samudra terbata-bata.
Raina mengangkat wajah nya dan menatap bola mata hitam terang milik samudra, mata mereka terkunci beberapa detik.
"ak-uu cuman belum bisa nerima hujan tanpa melibatkan dia di dalam nya" ucap raina dengan suara sesegukan khas orang yang sedang manangis.
Samudra hanya tersenyum tipis dan masih menatap bola mata raina lekat.
"mau coba sekarang" tanya samudra sambil tersenyum dan menaik turunkan alis nya.
"maksud nya?" tanya raina sambil menautkan kedua alis.
"gimana kalo lo gua bantu buat keluar dari zona nyaman lo menghindar dari hujan?". Tanya samudra sambil melepaskan pelukan nya tapi tak berpaling menatap bola mata coklat raina.
Raina memejamkan mata nya sambil menarik nafas dalam-dalam,sambil terus berpikir apakah ia bisa? Apakah ia mampu?
Setelah meyakinkan diri nya bahwa ia mampu, raina pun membuka mata nya dan menatap lekat bola mata samudra.
Ah bola mata itu sangat mirip dengan bola mata orang yang bahkan tidak ingin raina sebut lagi nama nya.
"ayo" ucap raina sambil tersenyum lebar.
Samudra tersenyum sangat bahagia, bahkan lebih bahagia saat ia tau jika Rian sedang tidak masuk kelas entah itu izin,sakit atapun alfa. Entahlah samudra selalu bahagia jika rian tidak masuk kelas. Itu membuat dunia nya sedikit lebih waras
Samudra menggenggam erat talapak tangan raina dan menarik nya ke tengah jalanan raya yang sepi.
Raina dan samudra mulai bermain hujan, mereka saling menyiram satu sama lain. Saling meleparkan senyum satu sama lain dan berbagi tawa di bawah guyuran air hujan.
Ada satu momen yang membuat mata raina membulat sempurna, saat tiba-tiba saja tubuh raina yang kecil di angkat oleh samudra.
Beberapa detik raina hanya diam dan cukup kaget, namun sedetik kemudia ia mengangkat wajah nya ke arah langit dan ternyum lebar, membiarkan wajah nya tersapu dengan deras nya air hujan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA(SUDAH TERBIT)
Teen Fiction'Bagaimana bisa?' Disaat yang lain seolah bersikap hangat Kamu malah sedingin bongkahan es Saat yang lain berusaha menjadi pusat perhatian,kamu malah tidak ingin keberadaan mu ditemukan. Kamu terlihat seperti gunung es yang susah dihancurkan dan saa...