"Jangan jadikan aku pilihan,hidup memang soal memilih,tapi perasaan bukan untuk di pilih. Melainkan untuk di pertahankan dan di jaga"
-Raina-
ΔΔΔΔ
Kini samudra sedang duduk di depan kursi sebuah kamar rawat di salah satu rumah sakit, samudra sedang duduk bersama silvi. Menemani gadis yang sedang menangis itu
Samudra mengelus pelan puncak kepala silvi memberikan sedikit kekuatan pada silvi.
Tiba-tiba saja silvi memeluk samudra, ada rasa yang berkecamuk pada diri samudra yang samudra sendiri tidak tau dari mana asal nya. Ia pun membiarkan silvi menumpahkan ke sedihan nya pada dada bidang milik nya.
"udah lo jangan nangis lagi yah" ucap samudra sambil terus mengelus rambut silvi yang masih memeluk nya
"lo bolos sekolah dra?" tanya silvi
Pertanyaan silvi barusan membuat samudra teringat pada janji nya pada seseorang
Raina, pasti gadis itu sudah menunggu nya dari tadi
"astaga gua lupa jemput raina" ucap samudra sambil menepuk jidat nya
Baru saja ia ingin berdiri untuk pergi menjemput raina. Tiba-tiba saja terdengar suara teriakan seorang laki-laki yang memanggil dokter dari ujung lorong rumah sakit
"Dokter nya mana ini" ucap laki-laki yang kini sudah ada tepat di depan samudra yang sedang duduk memeluk silvi
Samudra melepaskan pelukan nya pada silvi sebentar dan melihat siapa orang yang menurut nya
'tidak punya otak' karena teriak-teriak di rumah sakitMata samudra melebar sempurna, jantung nya berdebar cepat tubuh nya seolah mati rasa, keringat dingin mulai mengucur saat melihat siapa yang datang bersama laki-laki yang tadi berteriak-teriak
"Raina?" panggil samudra lirih
Raina yang masih dibantu berjalan oleh azka dengan keadaan yang setengah sadar masih dapat melihat samudra yang sedari tadi berpelukan bersama silvi.
Ia menatap ke arah samudra dan menatap samudra sendu namun sedetik kemudia ia tersenyum nanar ke arah samudra, lalu ia cepat-cepat memalingkan pandangan nya ke arah lain
Sebelum raina mengalihkan pandangan nya tadi samudra sempat melihat air mata raina yang menetes di pipi nya
Samudra bangun dari tempat duduk nya dan mencoba mendekati raina
"na ko lo bisa kaya ginih" tanya samudra ingin memegang salah satu luka di sudut bibir raina
Namun raina menepis nya dengan cepat
"aku gapapa ka" ucap raina lirih
"ka azka kaya nya dokter nya udah ada, yuk pergi" ucap raina pada azka
Azka menatap ke arah samudra dengan tatapan yang sulit di jelaskan
Azka hanya manggut-manggut dan kembali memapah raina untuk berjalan
Samudra yang melihat itu dada nya merasa sangat sesak karena merasa gagal menjaga raina.
Samudra mengeluarkan ponsel nya di saku celana abu-abu nya, ponsel nya yang sedari tadi ia mode silent kan
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA(SUDAH TERBIT)
Fiksi Remaja'Bagaimana bisa?' Disaat yang lain seolah bersikap hangat Kamu malah sedingin bongkahan es Saat yang lain berusaha menjadi pusat perhatian,kamu malah tidak ingin keberadaan mu ditemukan. Kamu terlihat seperti gunung es yang susah dihancurkan dan saa...