Samudra 61

2.8K 134 26
                                        

"Jika puncak mencintai adalah merelakan, aku rasa aku lebih dari pada itu. Aku baik-baik saja, walaupun sebaik-baik nya kamu adalah bersama nya."

-Azka-

*****

"kira-kira ka Silvi mau bawa kita kemana yah?". Tanya Bela yang duduk di kursi belakang mobil Azka dengan gelisah

"Gua ga tau Bel, tapi semoga aja ini bisa mempertemukan gua sama Samudra". Jawab Raina

Azka yang sedang menyetir melirik ke arah Raina, gadis itu sedang mengigit bibir bawah nya. Sudah bukan rahasia umum lagi Raina memang selalu mengigit bibir bawah nya saat ia merasakan takut atau pun gugup.

"Apa aku udah ga ada tempat di hati kamu na,walau cuman sedikit aja". Batin Azka sambil melirik ke arah Raina.

Azka menggenggam tangan Raina, memberikan gadis itu sedikit dukungan

"Tenang na, Samudra pasti baik-baik aja. Percaya sama gua". Ucap Azka sambil tersenyum tipis ke arah Raina

***

Beribu-ribu pertanyaan muncul di benak Raina saat pertama kali sampai di tempat Silvi memberhentikan mobil nya bersama laki-laki tadi.

Kaki Raina terasa lemas,lidah nya kelu,pikiran nya kacau. Demi apapun ia tidak akan pernah memaafkan diri nya jika terjadi sesuatu pada Samudra.

"Biarin Raina masuk duluan". Ucap menunjuk dengan dagu nya salah satu kamar rumah sakit.

Yah, Raina dan teman-teman nya kini sedang ada di rumah sakit,sedari tadi pikiran nya kacau. Ia terus merapalkan doa bahwa ini bukan apa yang otak nya pikirkan, Samudra baik-baik saja dan akan baik-baik saja.

Dengan langkah yang lemas ia memajukan tubuh nya untuk membuka pintu kamar tersebut.

Dunia seakan kiamat ,langit tiba-tiba terasa runtuh dan bumi seakan berhenti berputar saat itu juga. Udara pun seakan tidak tersisa lagi di bumi saat kedua mata Raina menangkap sosok yang terbaring kaku di tempat tidur rumah sakit itu, wajah nya pucat pasi dengan berbagai alat di sekujur tubuh nya.

Raina memberanikan diri untuk melihat sosok itu lebih dekat untuk memastikan apakah ia salah lihat atau tidak.

Jarak nya dan orang yang sedang terbaring itu kini sangat dekat, Raina mengerjapkan mata nya bekali-kali,tapi sosok di depan nya tidak berubah, Raina menampar pipi nya berulang kali dan ternyata ini bukan mimpi.

Samudra,
laki-laki itu yang kini sedang terbaring di atas kasur rumah sakit dengan bibir pucat pasi, rambut yang sudah mulai menutupi mata nya wajah yang kini terlihat sedikit lebih kurus.

Air mata Raina tak dapat lagi terbendung, ia menangis menumpahkan semua nya di depan tubuh Samudra yang kini sedang terbaring kaku dengan berbagai alat di samping nya dengan monitor kecil sedang menunjukan garis tak beraturan itu.

Rasa nya seperti mimpi yang begituh buruk bagi Raina.

Dengan tubuh yang sudah berguncang karena menangis, Raina memeluk Samudra yang masih setia memejamkan mata nya.

"Samudra". Panggil Raina lirih, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Samudra

"Kamu kenapa diem aja dra? Kamu marah yah sama aku? Kamu marah aku makan es krim nya kebanyakan? Aku janji dra aku ga akan makan eskrim banyak-banyak lagi, aku ga akan marah lagi ko kalo kamu mau bolos. Samudra bangun! Ayo bangun, kamu belum ucapin selamat ulang tahun sama aku". Rancau Raina semakin menggila

SAMUDRA(SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang