Raina menyipitkan mata nya menatap dengan pasti bahwa orang yang ia lihat ialah benar samudra
Silvi, samudra sedang bersama silvi di pinggir lapangan dengan tangan tangan silvi masih dengan telaten mengelapi keringat yang menggalir di di dahi dan leher samudra.
Raina berjalan dengan dada nya yang masih terasa sesak dan mata yang masih sangat ingin menangis.
Kini raina mulai mengikis jarak antara dia samudra dan silvi, kini silvi sedang bersenderan manja di bahu samudra. Dan aneh nya samudra membiarkan itu semua walaupun dengan ekspresi datar nya menghadap ke arah lain.
Silvi menyadari ke hadiran raina yang mulai mendekat ke arah mereka berdua, namun tiba-tiba saja silvi memeluk samudra, yang juga seperti nya kaget karena di peluk tiba-tiba seperti itu.
Samudra masih belum menyadari kehadiran raina karena posisi nya sedang menatap ke arah samping sedangkan raina berada di depan nya.
Dengan suara yang mulai serak karena dia mati-matian menahan tangisan nya agar tidak pecah.
"ka samudr-aa aaa-ku mau pulang duluan" ucap raina terbata-bata, sambil menuduk dan mengepal kedua tangan nya. Mengumpulkan energi yang masih ia punya.
Samudra yang tersentak dengan raina yang tiba-tiba ada di depan nya dengan posisi yang sedang berpelukan dengan silvi walaupun ia tidak seutuh nya membalas pelukan silvi.
Samudra langsung berdiri dan melepaskan pelukan silvi dengan kasar. Ia berjalan ke arah raina yang masih menunduk sambil menggepalkan tangan nya
Raina bersiap berbalik dan berjalan pergi, namun pergelangan tangan nya di cekal oleh samudra.
"ngga lo tunggu di sinih, gua sebentar lagi pulang tinggal ganti baju" ucap samudra sambil menahan pergelangan tangan raina.
"ngapain sih ka, aku mau pulang duluan" ucap raina dengan sedikit berteriak, sambil masih menunduk dan menghempaskan tangan samudra kasar dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya.
Ia pun berjalan berbalik dan mulai melangkah untuk pulang
Samudra hanya diam membeku di tempat, baru pertama kali ia melihat raina sangat marah dan suara yang biasa nya terdengar lembut dan manja seketika hilang. Samudra terus memandang punggu raina yang mulai berjalan menjauhi nya dan mulai tak terlihat.
Silvi yang menyaksikan itu tidak henti-henti nya tersenyum puas melihat raina yang marah besar pada samudra.
Samudra hanya memicingkan mata nya ke arah silvi, ia sangat muak dengan perempuan yang selalu menggandalkan air mata nya untuk membuat samudra melemah.
****
Raina berjalan menuju halte dekat sekolah nya. Ia terus menundukan kepala nya untuk menetralisir semua sesak di dalam dada nya.
Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan halte, raina yang belum menyadari karena masih menundukan pandangan nya.
"Raina" panggil seseorang
Raina pun melihat ke arah sumber suara tersebut.
Raina tersenyum nanar ke arah orang yang barusan menyapa nya. Bahkan saat ini ia merasa sangat bodoh karena masih berharap orang itu yang datang menghampiri nya.
"ka azka ada apa? Ko disinih?" tanya raina sambil tersenyum simpul
"harus nya gua yang nanya itu sama lo, kenapa lo disini. Mana samudra?" tanya azka
"lagi latihan basket,tadi aku minta pulang duluan" ucap raina mencoba meyakinkan
" lo gua anter aja yah,sore kaya ginih susah kendaraan umum"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA(SUDAH TERBIT)
Genç Kurgu'Bagaimana bisa?' Disaat yang lain seolah bersikap hangat Kamu malah sedingin bongkahan es Saat yang lain berusaha menjadi pusat perhatian,kamu malah tidak ingin keberadaan mu ditemukan. Kamu terlihat seperti gunung es yang susah dihancurkan dan saa...