"Pergi bukan berarti berhenti mencintai, hanya saja berhenti memaksakan sesuatu yang tidak bisa di paksakan"
-Raina-
****
Flashback.
"Lo kalo nikah nanti mau nya tanggal berapa emang?".
Tanya Samudra , saat diri nya dan Raina sedang berjalan di taman kota saat senja sedang menampakan diri nya, Raina yang sedang berjalan di pinggir nya sambil memakan es krim coklat yang sudah berantakan ke pipi nya itu pun sontak menoleh ke arah Samudra sambil sedikit mengangakat kepala nya, karena tubuh Samudra yang jauh lebih tinggi dari nya.
"Yah terserah". Jawab Raina enteng
Samudra menghentikan langkah nya yang membuat Raina pun ikut berhenti disamping nya sambil terus memakan es krim coklat milik nya itu
"Ko terserah?". Tanya Samudra bingung
"Kan aku mau nikah nya sama Samudra, jadi yah yaudah terserah Samudra nya aja mau kapan". Jawab Raina sambil masih terus sibuk dengan es krim nya.
Mata Samudra terbuka lebar saat mendengar ucapan Raina barusan, ini adalah alasan kenapa ia dibuat jatuh se-jatuh nya pada Raina. Gadis polos yang tidak suka berbasa-basi, gadis polos yang selalu berbicara sesuai apa yang otak kecil nya itu pikirkan.
Samudra terkekeh kecil sambil memegang bahu Raina dan membalik kan badan Raina menjadi menghadap ke arah nya.
Samudra membersihkan sisa-sisa es krim di sudut bibir Raina dengan ibu jari nya.
"Bocah bar-bar dasar, oke gua akan lamar lo nanti saat tepat di hari ulang tahun lo saat lo udah bisa selesain kuliah lo. Gimana?". Tantang Samudra pada Raina.
"Oke deal, tapi janji yah".
Raina mengangkat jari kelingking nya pada Samudra, Samudra pun langsung mengerti dan mengkaitkan jari kelingking nya juga pada Raina.
Senja di ujung taman adalah saksi antara dua anak manusia untuk mereka tepati suatu saat nanti
"Ga masalah kan?". Tanya Samudra
"aku ga peduli seberapa lama aku nunggu, yang terpenting itu nanti nya aku bersama orang yang tepat". Jawab Raina sambil tersenyemum lebar, menampilkan deretan gigi putih nya itu.
Back to on
"Raina, sayang bangun". Ucap mamah Raina sambil menggoyangkan tubuh Raina yang masih tertidur di atas tempat tidur nya.
Raina menggerjapkan mata nya berkali-kali menetralisir cahaya yang masuk ke dalam pupil mata nya
Ia mengusap pipi nya yang terasa basah itu
"Aku kenapa mah?". Entahlah itu memang bukan mimpi, itu adalah kenyataan yang dulu pernah terjadi antara ia dan Samudra.
Mamah Raina tidak menjawab, wajah nya langsung berubah sendu sambil menatap putri nya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA(SUDAH TERBIT)
Teen Fiction'Bagaimana bisa?' Disaat yang lain seolah bersikap hangat Kamu malah sedingin bongkahan es Saat yang lain berusaha menjadi pusat perhatian,kamu malah tidak ingin keberadaan mu ditemukan. Kamu terlihat seperti gunung es yang susah dihancurkan dan saa...