"Terkadang perpisahan hanyalah sebuah kata tanpa makna,sebab tidak ada yang pernah berubah saat kita berpisah,terlebih perihal perasaan"
-Raina-
****
Hari-hari telah berlalu,detik demi detik kian terasa mencekik. Penolakan demi penolakan terus bermunculan di kepala, memaksa lupa atas tiap-tiap perkara yang melemahkan dada.
Kedekatan demi kedekatan Samudra dengan Silvi semakin nyata di depan mata Raina, tidak ada lagi es coklat setiap istirahat, tidak lagi berangkat sekolah bersama, tidak ada lagi genggaman saat memasuki restoran, tidak ada lagi cubitan di pipi yang begitu terasa manis.
Semua terasa begitu cepat berlalu,jika ini mimpi Raina ingin cepat-cepat bangun dan memeluk Samudra erat-erat
Lengan nya terasa ada yang menggoyang-goyang kan, mata Raina terbuka dan menggerjap-ngerjapan nya beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupil nya
Sejak datang Raina memang selalu memilih tidur jika jam ke satu kosong ia akan tidur sampe ke jam ke dua
"Na-Na lo dipanggil bu Nani noh kata nya suruh ke ruang guru". Ucap Bela yang ternyata tadi ia yang menggoyang-goyangkan lengan Raina
"Ih ngapain sih?". Gerutu Raina karena merasa terganggu acara tidur nya di ganggu
Bela hanya menaikan bahu nya tanda tak tau
Dengan langkah malas dan rambut yang acak-acakan karena baru bangun tidur ia menuju ke ruang guru, sambil sesekali tersenyum pada orang-orang yang menyapa nya di lorong sekolah
"Assalamualaikum bu". Ucap Raina saat sampai di ambang pintu ruang guru
"Raina masuk kamu nak". Teriak bu Nani dari dalam
Langkah Raina terhenti saat menatap punggu seorang laki-laki yang sedang berbicara dengan kepala sekolah
Samudra..
Laki-laki itu yang sedang berbicara dengan kepala sekolah, Samudra tidak mengalihkan pandangan nya sediki pun pada Raina yang kini sudah ada di samping nya menghadap bu Nani
"Segitu udah ga peduli nya kamu dra". Batin Raina
Sayup-sayup ia mendengar obrolan Samudra dengan kepala sekolah
"Kamu yakin Samudra ingin pindah?". Tanya pak Doni selaku kepala sekolah
"Iyah pak, saya yakin". Jawab Samudra mantap
"Tidak ada masalah yang terjadi kan sehingga membuat kamu ingin pindah sekolah". Tanya pak Doni sekali lagi
"Tidak pak, ini murni keinginan saya". Jawab Samudra sekali lagi.
Tanpa disadari air mata Raina jatuh begitu saja di pipi nya,mendengar semua jawaban atas keyakinan Samudra untuk pergi meninggalkan nya sendirian
"Raina kamu mengerti apa saja tugas yang ibu berikan untuk teman-teman mu?". Tanya bu Nani membuyarkan pikiran nya
Belum sempat ia membuka mulut bu Nani sudah bersuara lagi
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDRA(SUDAH TERBIT)
Roman pour Adolescents'Bagaimana bisa?' Disaat yang lain seolah bersikap hangat Kamu malah sedingin bongkahan es Saat yang lain berusaha menjadi pusat perhatian,kamu malah tidak ingin keberadaan mu ditemukan. Kamu terlihat seperti gunung es yang susah dihancurkan dan saa...