Chapter 21

3.8K 172 0
                                    

" kakak tau kamu capek, benda yang ada di kepala kamu itu pasti berat, bahkan sangat berat," ujar Xavier berjalan mendekati tapi reaksi Nayya jauh dari pikiran Xavier, Nayya kembali bangun dari tidurnya dan duduk menyandar punggung nya kepala ranjang

" kenapa ketawa?"

" iya, kakak benar kalau sunting itu berat, tapi bagi perempuan Minang memakai itu adalah suatu kebanggan, udah kakak nggak usah khawatir, itu baru sebentar besok adalah hari H nya, aku akan memakai itu dari pagi sampai sore, atau bahkan sampai malam,"

" kamu baik-baik aja kan?"

" aku baik kak, bahkan sangat baik"

" ya udah kamu tidur, besok adalah hari yang melelahkan bagi kamu" suruh Xavier sambil membawa Nayya kepelukannya

" kita kak" koreksi Nayya yang sudah hampir terlelap dalam pelukan Xavier yang sudah menjadi kebiasaan bagi dirinya dan adalah kenyaman terbaru bagi Nayya berada dalam pelukan Xavier

Pagi-pagi Nayya sudah di suruh siap-siap untuk di dandani meskipun tukang dandan dia masih belum datang

" pagi akak" sapa Rival yang sudah berada di rumah Nayya di pagi hari

" masih pagi kamu udah disini?"

" kenapa nggak boleh, eh kak ingat kakak dulu juga pernah tinggal di rumah aku, numpang tidur, nompang makan, bahkan nompang nayari jodoh untuk kaK Xav...Aww.." jelas Rival panjang lebar namun terhenti karena lempar buku dari Zein

" jadi ikut nggak?" teriak Zein sesaat setelah Rival melihat ke arah dirinya yang langsung di angguki oleh Rival dan berlalu dari hadapan Nayya

" uni ado apo?"

" eh liana, ndak tadi uni batamu jo si Rival, pagi-pagi lah disiko, kironyp pai samo si abang" jelas Nayya kepada liana yang sudah siap dengan seragam sekolahnya, umur antara Ana dan Zein tidak jauh beda jadi mereka sekolah hanya beda satu tingkat dan mereka lebih besar dari Rival

" Abang ngajak si Rival pai sikolah ni, kan kini rang ndak baraja"

" tu mana Na pai juo sikolah?"

" ndak bulih absen do ni, kalau rancak, rancak lah ambo ndak sikolah nyo, bisa caliak uni dandan, pasti rancak bana, oh iyo ni ma laki uni?, jago elok-elok, beko di gemai-gemai dek tante- tante nan tibo, oh iyo kecean ka bilau kalau itu adalah AZAB jadi urang GANTENG, kalau untuk Uni, itu AZAB karano punyo Laki GANTENG," Liana atau adek bungsu perempuan Nayya tang di panggil Ana adalah ratu yang paling pinter Bully bahkan Ana lebih pintar dari Rahma. Setelah berbicara dia langsung berlalu menyusul Zein dan Rival yang sudah lebih dulu pergi

" Ana bicara apa?" Xavier yang keluar dari kamarnya karena mendengar ucapan Ana dan sangat penasaran dengan apa yang mereka berdua bicarakan

" kakak penasarann?, kenapa nggak tanya Ana aja kak?" jawab Nayya yang mencoba menggoda Xavier dan itu adalah hal yang menyenangkan bago Nayya, bahkan dia sering menyarankan Xavier belajar bahasa minang

" kamu ini paling bisa biki..." ucapan Xavier terhenti karena yang akan mendadani Nayya sudah datang

" pengatin baru mah beda ya?" ejek Sari yang akan mendadani Nayya saat melihat Xavier yang tidak berhenti memperhatikan Nayya dan itu membuat Xavier malu dan bersyukur Rival tidak ada

" ya pasti beda lah tante, mereka itu kan pengantin baru pasti takut pasangannya dia apa-apain sama orang lain" kali ini Rahma angkat bicara sambil melanjutkan menyuapi anaknya yang ada di pangkuannya

" Rahma kamu ini apa-apaan sih?" ujar Nayya yang juga Nahan malu karena diejek oleh orang lain apalagi dia juga tau apa yang dilakukan oleh suaminya

Dua jam waktu berlalu, akhirnya mereka duduk bersanding di atas pelaminan dan satu-satu persatu tamu telah datang dan memberikan ucapan selamat untuk mereka berdua, bukan tidak capek tapi rasanya gigi mereka seakan akan rontok karena kering tak henti-henti tersenyum

Jodohku (End) Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang