Chapter 9 ✔

4.1K 210 0
                                    

Jika sebelumnya Nayya merasa senang karena dapat tumpangan gratis. Maka saat ini dia mengatakan kalau dia menyesal. Kali ini lebih menyebalkam dari pada pergi sama Rival.

Langkah Nayya di atur oleh Xavier, kemana Xavier pergi maka kesanalah langkah kaki Nayya dan itu adalah hal yang sangat membosankan.

Dan ini adalah tempat kedua yang di datangi Nayya, sebenarnya Nayya ingin menolak ajakan Xavier tapi dia tidak bisa apa-apa saat Xavier memaksanya untuk ikut. Kali ini Nayya tau satu sifat Xavier, pemaksa.

" kak, kita ngapain disini?" keluh Nayya tidak suka dengan tempat yang mereka tuju. Selain itu dia juga tak tau harus ngapain. Mau lihat-lihat, dia takut nanti kalau ada yang dia suka, dan gak punya uang buat perhiasan mahal itu.

" udah kamu diam aja, aku harus membeli sesuatu?" hanya itu yang dikatakan Xavier, karena dia telah dulu berjalan masuk ke dalam toko perhiasan .

Terlanjur masuk ke dalam toko perhiasan. Mau tak mau sambil menunggu Xavier, Nayya memperhatikan cincin-cincin yang ada di dalam toko tersebut

" kamu suka yang mana?" tanya Xavier yang berbisik di telinga Nayya. Dengan jarak Xavier yang berbisik mengangetkan Nayya.

" kakak udah selesai?" tanya Nayya mencoba mengalihkan kekagetannya dan melangkah menjauh dari Xavier.

" saya lihat kamu lihatin cincin, apa ada yang kamu suka?" ulang Xavier memperjelas apa maksud pertanyaannya meskipun Nanyya telah mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

" ada, yang ini bagus kak, cantik, ah aku ingin memilikinya, tapi udahlah, ayouk kak, ini udah siang, nggak baik aku lama-lama pergi" jelas Nayya dengan santai setelah menunjuk bagian cincin yang dia suka, tapi dia tidak bisa apa-apa, dan pastinya berharap orang yang menjadi suaminya gelak membelikan dia cincin bagus meskipun bukan cincin yang dia lihat barusan.

" ya udah kamu duluan aja dulu. Saya mau membayar barang yang saya beli" ujar Xavier serius. Nayya pun mengikuti ucapan Xavier dia berjalan meninggalkan toko perhiasanya.

" kemana kita akan pergi?"

" tumben nanyo sama wak? ( tumbeh. Nanya sama aku?" gumam Nayya yang menggunakan bahasa Padangnya.

" apaan?" tanya Xavier karena tidak paham sama ucapan Nayya.

" kak Xavier, sudah selesai?"

" kamu?"

" mang jak bilo wak mambali barang untuk awak? ( emang sejak kapan aku beli barang untuk aku?"

" jangan gunakan bahasa Padang Nayya!. Kamu tau saya belum bisa berbicara dengan bahasamu itu" nasehat Xavier yang menekankan setiap kata yang dia ucapkan.

" salah kakak. Tau sejak tadi aku itu ngikutin kakak. Jadi belum beli satupun oleh-oleh buat teman-teman aku" gerutu Nayya sambil menghentak kakinya kesal. Dan itu membuat Xavier tersenyum dan gemas dengan tingkah Nayya namun dia mencoba menyembunyikan senyuman tersebut.

" ya udah kalau gitu saya akan ngikutin kamu" ujar Xavier dan itu dapat mengembalikan senyuman di wajah Nayya. Melihat itu Xavier ikut bahagia.

Xavier adalah salah satu laki-laki yang sabar. Dia rela mengikuti langkah Nayya mencari barang yang dia inginkan. Padahal selama ini Xavier tak pernah mau ikut sama mamanya.

" kak Xavier sabar ya. Tapi aku yakin kakak mengerutu karena aku yang tak kunjung selesai" ujar Nayya merasa bersalah karena telah membuat Xavier harus mengikuti dirinya.

" jangan sok tau"

" aku tau kak. Karena mempunyai banyak saudara laki-laki jadi aku tau bagaimana perasaan kalian saat menemani kami berbelanja" jelas Nayya yang merasakan kalau dia tidak sok tau

Jodohku (End) Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang