Chapter 37

3.1K 135 1
                                    

Waktu yang di tunggu namun begitu tak disukai oleh Nayya datang. Hari ini Nayya akan berangkat ke tempat kelahiran sang suami. Dan hari ini telah di rencanakan sebelumnya oleh xavier dengan kedua orang tuanya. 3 hari setelah hari ini dia akan mengadakan pesta, sebagai seorang pengantin Nayya bahagia namun bersedih karena tak satupun keluarganya bisa datang dan di wakilkan oleh keluarga.

Xavier tau apa yang dipikirkan Nayya tapi dia tidak bisa apa-apa karena dia sudah mencoba semua cara membujuk mertuanya, namun tidak bisa karena banyak yang pekerjaan yang akan terlantar jika mereka pergi dan adek-adek Nayya akan sama siapa karena nggak mungkin mereka dibawa karena masih sekolah.

" Ay, jika kamu masih belum sanggub, kita undur aja keberangkatan kita"

" kak, jangan becanda!, nggak mungkin kita harus nunda jika 3 hari lagi, ini sudah takdirku, takdir kita jadi harus nerima dengan lapang dada, disana nggak cuman ada aku tapi juga ada Rival dan orang tuanya" respon Nayya. Xavier bahagia karena telah menikahi Nayya karena dia dapat berfikir dewasa. Xavier yakin jika dia menikahi perempuan lain maka dia nggak akan seperti Nayya nya.

" maafkan aku"

" jangan lupa!, mulai hari ini aku akan menghitung dan mencatat berapa kali kakak minta maaf sama aku" Ucap Nayya. Sebelumnya Nayya telah melarang Xavier untuk mengatakan kata maaf itu.

" dan aku akan menyediakan buku dan juga pena karena entah kenapa aku tak bisa janji untuk berhenti mengucapkan kata keramat itu"

" serah kakak,"

" unii, uni samo laki uni bahas a sih?, serius bana nampak e?"

" pengen tau se mah, bialah apo yang ka nyo bahas e"

" paneh se mah, kan yang batanyo awak mah"

" kalian tu nan balabihan uni Nayya jo laki e ndak manga-manga kalian bulih bacakak"

" bilang aja kalian pada nggak mau kakak kalian yang baik hati itu pergi kan?"

" benar banget, kan kak Nayya kakak yang paling baik yang kita punya"

" kelewatan, lihat aja nanti pada nggak aku kasih makan kalian"

" garang banget"

" aku pergi, baik-baik kalian disini"

" iya kak, hati-hati aja kakak disana, kalau kangen telpon tapi kalau akut pulang aja!"

" iki kamu ini ada-ada aja, ya udah kalau gitu semuanya aku pergi dulu" izin Nayya yang berjalan meninggalkan rumahnya dengan beberapa barang bawaanya.

Sepanjang jalan Nayya banyak melamun bahkan Xavier tau kalau Nayya mengeluarkan Air matanya meskipun Nayya mencoba menyembunyikannya.

5 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan rumahnya Xavier, rumah yang dulunya dimasuki Nayya sebagai tamu namun sekarang dia masuk sebagai menantu rumah itu. Aneh tapi begitu sangat nyata saat dia datang di komplek itu bukanya ke rumah Rival Nayya malah masuk ke rumah Xavier.

Awalnya Nayya merasa aneh kenapa nggak ada pihak Xavier yang menjemput mereka tapi ternyata saat masuk ke dalam rumah keluarga besar Xavier menyambut mereka dengan mewah, Nayya tidak pernah berfikir keluarga Xavier akan sebanyak ini, selain itu Rival dan kedua orang tuanya juga berada disana.

" akhirnya kalian datang juga, sini duduk, biar mama yang bawa barang kalian"

" tidak usah ma, biar aku aja yang bawa"

" Xavier bawa cucu menantu oma kesini" ujar seseorang yang sudah tua. Ibu dari mama Xavier dengan lemah lembut. Xavier menuntun Nayya ke arah omanya dan menyalami omanya begitu juga Nayya.

" cantik, pintar kamu cari pasangan"

" aku setuju Oma tapi sayang gadis kampung" tambah seseoarang Nayya yakini seumuran dengan Xavier.

" kak Lili benar, istri aku ini orang kampung" balas Xavier yang tampak biasa dan membenarkan ucapan orang yang dia panggil kakak. Nayya merasakan luka menyayat hatinya saat Xavier yang bicara

" kak Nayya memang gadis kampungan kak, tapi dia bukan kampungan bahkan dia itu berpendidikan dan juga sopan santun" tambah Dena yang tau apa maksud kakak sepupunya. Kakak sepupunya itu tidak suka dengan istri kakaknya. Dia dari dulu selalu menjodohkan Xavier dengan teman yang bukan tipe Xavier.

" mau dia kampungan atau tidak, itu nggak masalah karena Xavier bahagia nikah sama dia, dan tante lihat Xavier sayang banget sama dia  bahkan sebelum dia ngelamar langsung dia lebih dahulu minta izin sama oma, dan oma suka-suka aja"

" kenapa kalian pada setuju sama hubungan mereka sih?, padahal teman aku itu lebih segalanya dari dia"

" udahlah kak, sekarang dia istri aku mau dia lebih atau kurang itu bukan lagi masalah" final Xavier namun tetap dengan nada yang tidak peduli sama sekali.

" Xavier, kamu bawa Nayya ke kamar ya, dan suruh dia istirahat, mama tau kalau kalian masih capek" pinta mama Xavier yang tau bagaimana perasaan menantunya itu karena dulunya dia juga pernah merasakan hal yang sama.

Xavier membawa istrinya masuk ke dalam kamar namun masih di pintu Nayya tak berani melangkahkan kakinya untuk masuk

" ayo masuk!" pinta Xavier yang tau dengan keraguaan di istrinya. Xavier sedikit menarik tangan Nayya. Setelah masuk Xavier langsung menutup pintunya

" kamu mandi dulu sana, udah jangan ragu gitu, sejak kamu menyandang status Ny. Xavier kamar ini telah menjadi kamar kamu,"

" aku tau kak, tapi aneh aja, ini pertama kali aku masuk kemar laki-laki" respon Nayya yang masih merasa aneh berada di kamar seoarang laki-laki

" sayang dengar, laki-laki yang ada di depan kamu sekarang ini adalah suami kamu, jadi jangan pernah sungkan, dan kata-kata kak Sifa tadi jangan dimasukin ke hati, tadi bukan maksud aku tidak membela kamu tapi dia itu orangnya lebih baik tidak usah dilayani semakin kita melawan semakin dia menjadi-jadi" jelas Xavier yang akhirnya dapat menyenjukan hati Nayya karena sebelumnya dia merasa tidak baik-baik aja karena merasa Xavier tidak peduli sama sekali.

" ya udah lebih baik kita mandi dan habis itu kita istirahat masalah di luar sana biar mereka saja yang urus" suruh Xavier yang di iyakan Nayya karena sekarang badanya jauh dari kata baik.

Setelah mandi secara bergantian Nayya dan Xavier tertidur di atas ranjang milik Xavier untuk beberapa saat Nayya tidak dapat memejamkan matanya, karena kamar Xavier adalah tempat yang baru. Namun itu tidak berlangsung lama karena Nayya merasakan tangan kekar Xavier melilit pingganya dan membawa Nayya kepelukannya dan menjadikan tidur Nayya nyenyak.

Dua jam berlalu, untuk menjadi istri yang baik Nayya bangun lebih dahulu dan ikut bersama mertuanya dan beberaoa orang keluarga besar menyiapkan makan malam. Teringat akan kaka-kata Xavier tentang sepupunya Nayya hanya diam saat orang yang sama menghinakannya dan merendahkannya beruntung meski tidak mendukung mertuanya mengusap tanganya dan seolah menyuruh Nayya bersabar dan menyatakan kalau orang itu memang seperti itu.

" semuanya udah siap, Dena jamu jemput Oma ya, dan Nayya kamu bangunin Xavier untuk makan!"

" biar aku aja yang panggil Xavier tante" bantah orang tersebut dengan cepat sebelum Nayya merespon ucapan mertuanya.

" tidak usah aku udah disini kok" ujar Xavier yang sudah berjalan ke arah meja makan tepatnya ke arah Nayya dan mencium pucuk kepala Nayya membuat sebagian orang iri dengan keromantisan mereka apalagi mereka memaklumi karena pengantin baru

" dilarang umbar keromantisan disini" sindir Dena yang baru saja datang dengan oma

"hidung kamu ini memang tajam, wangi masakan istri bisa langsung bikin kamu bangun"

" tidak segitunya juga kali ma, aku bukan anjing pelacak, lagian aku terbangun karena tidak merasakan kehangatan dari tubuh bidadariku ini"bukan niat menggombal tapi itulah yang dirasakan oleh Xavir saat dia setengah sadar dia tidak menemukan istrinya saat meraba di sebelahnya.

Jodohku (End) Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang