Seperti biasa Nayya bangun pagi, membersihkan badannya, menyiapkan pakaian untuk Xavier setelah itu menyiapakan sarapan, lebih tepatnya membantu pembantu rumah Xavier menyiapkan sarapan untuk keluarga. Hari-hari yang sama yang selalu dijalani oleh Nayya, setelah semua selesai sarapan semua orang akan pergi dan tinggallah Nayya seoarang dirinya namun berbeda dengan hari ini karena ada mama mertuanya yang menemani dirinya karena dalam seminggu mertuanya mendapatkan hari libur dari rumah sakit. Namum bagi Nayya sama aja karena mertuanya tidak akan menetap di rumah pasti ada saja kegiatannya di luar rumah Nayya hanya bisa memaklumi karena disini kota bukan kampung yang orangnya betah di rumah berkumpul dengan keluarga.
Setiap hari Nayya hanya menghabiskan waktunya dengan notebook miliknya sendiri. Dia mengerjakan sesuatu tanpa di ketahui oleh Xavier karena dia akan berhenti jauh sebelum Xavier kembali.
Selain Xavier orangtuanya dan juga adek-adeknya tidak tau tentang kegiatan yang dia lakukan karena menurut dirinya yang dia lakukan bukanlah suatu pekerjaan melainkan hanya hobby.
Ketika Nayya duduk di semester 3 Nayya kenal dengan seorang yang wanita yang berumur 25 tahun dan dia menpunyai sebuah cafe kecil-kecilnya, awal berkenalan Nayya meminta tolong untuk memperkejakan dirinya di cafe tersebut dan orang di panggil tante oleh Nayya itu menerima dirinya untuk bekerja jadi selama dia kuliah dia bekerja disana. Dan saat tau Nayya menikah dengan orang luar wanita itu menyarankan Nayya untuk membuka cabang cafe di tempat fia yang sekarang. Dan Nayya pun menyetujui dan sekarang dia sudah menghandel 1 cafe kecil dan itu sudah berjalan 1 bulan. Dan selama ini dia gak pernah berbicara kepada Xavier dan selama ini dia juga gak pernah datang ke tempat itu kecuali pertama kali. Nayya hanya melihat laporan keuangan dari orang yang di percaya yang pekerjakan oleh bosnya yang ada di padang.
Setelah selesai mencek isi laporan Nayya langsung menutup dan menyimpan notebooknya dan merebahkan badannya di ranjang dan tanpa sadar Nayya terlelap.
" sayang bangun, udah sore" bisik Xavier sambil mengusap rambut Nayya yang sudah berantakan karena tidurnya.
" hm, abang udah pulang?" tanya Nayya separuh sadar dan bangun dari tidurnya. Xavier yang duduk di samping istrinya tersenyum melihat tingkah Nayya yang gemesin sambil mengucek kedua matanya.
" mandi, wudu abang tunggu sholat jamaah" seru Xavier dengan nada perintah tanpa membantah dengan langkah baru bangun tidur Nayya berjalan masuk ke kamar mandi dan tak butuh lama Nayya langsung keluar dan salat berjamaah
" udah segar?," tanya Xavier kepada Nayya yang ikut duduk di samping Xavier dengan khimar yang telah dia gunakan
" hm, adek minta maaf karena gak nyambut kedatangan abang"
" sayang abang gak marah, malah abang khawatir, takut kamu sakit"
" adek baik-baik aja tadi itu gak tau aja mau ngapain jadinya ketiduran"
" yakin sayang baik-baik aja?"
" hm, lebih dari baik?, ya udah kalau gitu abang tunggu disini, adek mau masak buat abang dulu" ucap Nayya yang sudah berdiri dan ingin pergi namun langkahnya terhalang karena Xavier yang memegang pergelangam tangannya
" untuk hari ini abang ingin berdua sama sayang, jadi biarkan bibi yang masak makan malam" mohon Xavier namun membuat Nayya kesal karena melihat Xavier yang memohon namun tangannya aktif mengotak-atik laptop miliknya
" berdua apaan?, abang aja sibuk sama laptop, udahlah bang lebih baik adek masak aja bantuin bibi" keluh Nayya yang beranjak namun gagal lagi karena tangan Xavier yang menghalanginya
" cemburu sama pekerjaan abang?" goda Xavier sambil memindahkan laptop dari pangkuaannya dan menarik Nayya hingga akhirnya terduduk di sampingnya
" gak kok" jawab Nayya enteng. Dan menganggab kalau dia tidak cemburu melainkan hanya kesal karena sering setiap mereka berdua. Xavier sering asyik dengan laptop lebih tepatnya foto-foto modelnya yang amat sangat cantik
" terus kenapa manyun kayak gini wajahnya?" lanjut Xavier menggoda Nayya dengan mencoel dagu dan bergantian ke hidung mancung Nayya.
" besok abang akan pergi kerja, lebih tepatnya pergi keluar kota" ucap Xavier yang lega akhirnya mengucapkan kegundahan hatinya. Sejak tau kalau dia akan menggantikan rekan kerja untuk pergi keluar kota, pikiran Xavier hanya pada Nayya. Bagaimana bisa dia pergi selama satu minggu meninggalkan Nayya yang selama ini selalu bersama dengannya. Sejak menikah dia dan Nayya gak petnah berjauhan. Dan dia merasa kalau dia gak akan sanggub berjauhan berajauhan dengan sang istri
" kenapa mendadak?"
" sebenarnya ini job teman abang, tapi karena istrinya sakit jadi klien hanya mau abang yang gantiin jadi abang gak bisa nolak"
" berapa lama?"
" satu minggu, sayang ikutkan?"
" ikut?"
" hm, sayang maukan ikut?, kita akan menginap selama beberapa hari" ucap Xavier sambil menggenggam tangan Nayya dengan tatapan memohon.
" abang pergi untuk bekerja, Nayya gak mau ganggu pekerjaan abang, Nayya akan tunggu abang pulang dan berharap tidak dalam waktu yang lama"
" ayolah sayang, abang pergi gak sehari tapi 4 hari, kalau nanti abang rindu, kangen peluk dan cium sayang kan gak bisa, tapi kalau sayang ikut abang jadi aman" meskipun terdengar seperti guyoan namun itu murni datang dari lubuk hati Xavier dan dia berharap istrinya mau ikut dengan dirinya. Xavier tau kalau usahanya akan sia-sia karena dia tau kalau istrinya adalah tipe orang rumahan, lebih suka menghabiskan waktunya di rumah dan jika pergi keluar rumah dia tidak akan betah lama-lama.
" jam berapa abang berangkat?, biar Nayya beresin barang-barang yang akan abang bawa" ucap Nayya mencoba mengalihkan pembicaraan tentang Xavier yang akan membawanya, bukannya Nayya gak mau ikut namun dia tidak ingin lagi bertemu dengan rekan kerja Xavier yang akan mencaci dirinya
" apa adek bisa mempacking istri abang?" seru Xavier bercanda karena dia sudah pasrah karena penolakan Nayya secara halus
" maksud abang, abang mau masukin Nayya ke dalam big ini?, wah jan bagarah lai bang beko den gulai kapalo abang ko" ( jangan becanda kak, nanti aku masak kepala abang).
" sayang ngomong apaan?"
" gak ada cuman ingin melakukan sesuatu agar kepala abang normal kembali" jawab Nayya malam karena kesal telah menguasai kepalanya
" sayang, kalau abang pergi apa sayang akan kangen sama abang?"
" gak, karena saat abang pergi Nayya akan sibuk. Oh ya" balas Nayya yang semangat apalagi sekarang dia mendekat ke arah suaminya dengan niat modus ahar keinginannya dapat di kabulkan
" ada apa?" tanya Xavier to the point saat melihat tingkah Nayya seperti anak kecil yang mengingkan permen dengan mata yang berkedip cepat membuat Xavier makin gemas dan dengan cepat dia mencium salah satu mata
" boleh kalau adek membantu teman selama abang pergi?"
" seperti?"
" baru-baru ini kenalan aku membuka sebuah cafe jadi untuk menghilangkan suntuk adek akan kesana boleh?"
" cewek apa cowok?"
" cewek, cowok sih, tapi..maksudnya yang kenalan adek itu cewek tapi yang ngelola cowok jadi dua-duanya"
" abang percaya sama sayang, jadi jangan kecewakan abang, sayang boleh bantu dia,, ah maksudnya mereka dengan satu syarat,, sayang gak boleh kecapean, kalau saja sayang sakit jangankan untuk membantu untuk datang kesana abang gak akan izinin" jelas Xavier yang yakin akan ucapannya. Dan inilah yang dia inginkan. Istrinya memohon kepadanya dan menganggab dirinya ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
SpiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...