Malam telah datang dan sekarang semua orang sudah berada di kamar termasuk Nayya yang juga ikut masuk kerana Suaminya telah masuk lebih dulu, niat hati ingin sekali Nayya menyusul Xavier tapi dia segan dengan ayah ibunya
Saat masuk kamar dia melihat Xavier terlihat resah dalam tidurnya, Nayya berjalan ke samping Xavier dan berniat mengusap rambut Xavier agar tenang namun dia kaget dengan suhu badan Xavier
" kak, kakak demam?" bukan menjawab Xavier malah mengumamkan hal yang nggak jelas namun dengan segera tangannya bergerak cepat menghalangi langkah Nayya saat Nayya hendak berjalan meninggalkan dirinya
" mau kemana?"
" kakak istirahat aja ya?, aku keluar bentar"
" Nayya, apa kamu khawatir sama aku?"
" pasti kak, kakak itu suami aku"
" kamu khawatir sama aku karena aku suami aku?" mendengar pertanyaan dari Xavier Nayya kembali duduk dan menggenggam tangan
" iya, aku khawatir sama kakak karena kakak adalah suami aku, jika kalaupun bukan untuk apa aku harus khawatir?"
" makasih" hanya satu kata tapi entah kenapa terdengar nada hampa dalam ucapan Xavier tapi Nayya nggak mau memikirkan hal itu karena yang harus dia lakukan sekarang adalah mencari obat untuk suaminya
" kak bangun dulu, kakak minum dulu obatnya, habis itu baru tidur lagi"Ujar Nayya sambil membantu Xavier duduk dan menyuapkan obat kepada Xavier
" kakak kenapa?"
" dingin" jawab Xavier sambil menarik selimutnya hingga menutupi hingga lehernya dan mencoba memejamkan matanya. Nayya yang nggak tau harus ngapainnya hanya ikut bergabung masuk ke dalam selimut yang sama dan di kagetkan dengan gerakan Xavier yang tiba-tiba memeluknya
" Dingin"
" ya udah sini biar aku peluk kakak, dan aku harap bisa membuat kakak nyaman" ucap Nayya membawa Xavier kepelukanya dengan membawa kepala Nayya ke dadanya dan tangannya mengusap kepala Xavier dan berharap mampu membawa Xavier kepada tidur nyenyak
Hari telah pagi, matahari telah menampkan dirinya namu Nayya dan Xavier masih setia berada dalam selimutnya dan tak terusik sama sekali dengan suara adeknya yang hiruk piruk mencari pakaian untuk sekolah suara anak Rahma yang sudah lapar.
" bu, uni Nayya alun jago lai?" tanya Liana bingung karena nggak biasanya kakaknya itu bangun telat dan tak terusik sama sekali dengan suara ribut di pagi hari
" pengantin baru" ujar Rizki yang langsung mendapat tatapan dari samg ibu
" Rizki...!"
" maaf bu"
" sapamalaman uni kau ndak lalok dek maunyian laki nyo yang lagi sakik" jelas ibunya karena dia tau karena Nayya datang menanyakan obat dan beberapa saat terdengar ribut di dapur dan dia yakin kalau itu anak sulungnya
" yolah bu ayah kak Rahma, kami pai sekolah lu"
" yo elok-elok rajin-rajin baraja dan buek ulah juo, lah panek bu pai ka sekolah karano ulah kalian"
" si abang samo si Rizki bu, ambo ndak pernah lah yo"
" sombong,"
" harus lah nyo, emang situ buek anak gadih urang nangih se karajo, jomblo saumua hiduik asai lah"
" ye, kayak yang lah laku se mah"
" alah kok"
" ayah ibu, caliak Uni Liana lah mulai Lia"
" abang ndak ikuik do Liana"
" Bang, iki dulu yo, iki ndak nio di hukum do, taulah abang kan iki anak disiplin" teriak Rizki yang sudah berjarak jauh dengan Liana karena dia memang berjalan kaki pergi ke sekolah yang tak jauh dari rumah, berbeda dengan Liana dan Zein yang berjarak 5 km dari rumah mereka
=========================
Dah singan itu se alah lu ma yo, kan lumayan dari pado ndak ado yang ka pemirsa baco, jadi nikmati lah
Yo lah awak pamit lu, see you di chapter selanjutnyo
Love you
So much
Lai batua tulisan nyo ndak, kalau indak maafkan ambo ya,,
By..
Assalamualaikum.
.
.
.
Jawek salam hukumnya wajib
Jadi
Baleh salam wak yo jah😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
SpiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...