Meskipun dilanda rasa sakit karena melihat kemesraan suami dengan wanita lain, Nayya masih ingat dengan statusnya, sebelum senja menjemput Nayya telah kembali ke rumahnya. Dan betapa kagetnya Nayya melihat Xavier duduk di atas ranjangnya dengan pakaian rumah. Setelah mengucapkan salam dan dibalas oleh Xavier tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Xavier sibuk dengan hpnya Nayya pergi ke kamar mandi.
" abang sudah makan?" tanya Nayya saat dia telah berpakaian setelah mandi.
" udah, kemana aja sama teman?" tanya Xavier namun dia tidak melihat ke arah Nayya. Nayya yang sadar akan hal itu hanya cuek saja.
" pergi makan lalu jalan-jalan nemanin dia beli oleh-oleh"
" hanya berdua?"
" kenapa?, apa abang curiga?, kenapa gak sekalian abang tanys temanku laki-laki atau perempuan?" tanya Nayya to the point, entah kenapa mendengar pertanyaan itu mengingatkan akan apa yang dia lihat dan ingin membalikan pertanyaan tersebut kepada Xavier
" jadi benar kalau kamu tidak berdua?, siapa?, siapa laki-laki itu"
" Danil, dia teman aku sejak aku kuliah"
" apa hubungan kalian?"
" abang lebih berhak atas diriku, jadi jangan tanya tentang laki-laki lain!"
" tanpa sepengetahuan aku, kamu jalan sama cowok, kamu benar-benar kelewatan, aku menjauh agar kamu bisa tenang tapi apa?, apa malah dekat dengan laki-laki lain, teman kuliah?, apa dulu kalian juga teman kencan?"
" aku capek mau istirahat" ujar Nayya yang tak mau mendebat lagi. Dia tidak ingin apa yang bersarang dalam hati juga iya keluarkan dan akan menjadi perang.
" capek?, memangnya apa yang kalian lakukan?"
" cukup bang, aku gak mau membahas masalah ini, terserah abang mau berfikiran apa?, tapi aku dan Danil tidak punya hubungan seperti yang abang pikirkan dan satu lagi tadi aku tidak berduaan dengan dia juga ada Nila" balas Nayya dengan suara sedikit tinggi. Dia sakit dan ingin mengeluarkan air mata saat suaminya mencurigai dirinya lalu apa yang akan terjadi kalau dia mengatakan apa yang dia lihat pasti Xavier akan marah. Xavier yang mendengar ucapan Nayya tidak mau membalas lagi karena dia tau apa yang diucapkan Nayya diakhir kalimat memang ada benarnya dan hal itu dia lihat dengan mata kepalanya sendiri.
Dalam diamnya Nayya meneteskan air matanya dan hal itu tanpa diketahui oleh Xavier dan air mata itu berhenti saat dia sudah mulai terlelap.
" kapan cinta itu tumbuh di hatimu sayang?" gumam Xavier sambil mengusap rambut Nayya.
" terkadang aku ingin menyerah dan menjalani hubungan dengan cinta sebilah pihak tapi aku mencoba untuk bertahan dan berjuang agar kamu mencintaiku. Apapun dan sampai kapanpun aku akan tetap mencintai kamu, I Love You. Aku harap cinta itu cepat tumbuh" lanjut Xavier sambil membawa Nayya kepelukannya, ia rindu dengan pelukan ini, aroma tubuh dan juga kehangat tubuh Nayya yang memberikan kenyamanan bagi dirinya.
Di subuh hari Nayya bangun terlebih dahulu, betapa bahagianya dia saat bangun dia berada dipelukan Xavier apalagi sekarang jarak wajah mereka tak berapa jauh, Nayya dapat melihat dengan jelas raut wajah Xavier ketika ia tidur, ingin sekali dia mengulurkan tangannya dan menyentuh wajah indah namun dia takut mengetahuinya.
" abang bangun, udah subuh" panggil Nayya pelan dihadapan Xavier meskipun lambat namun Nayya melihat mata Xavier hendak terbuka.
" udah subuh" seru Xavier sambil melepaskan pelukannya dari tubuh Nayya lalu bangun tanpa berbicara sepatah katapun kepada Nayya. Nayya hanya mengembuskan nafas kasar lalu bangun pergi menyiapkan perlengkapan sholat Xavier lalu pakain Xavier dan sebelum Xavier keluar dari kamar mandi Nayya terlebih dahulu menghilang ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Xavier.
" nak Nayya udah bangun?" sapa bibi saat Nayya sampai di dapur
" iya bi, bibi lagi masak apa?"
" sarapan nak, oh ya apa nak Nayya mau masakin den Xavier sesuatu?, bibi lihat dia pulang kemarin"
" samain aja sama mama dan Dena bi, Nayya lagi males masak" jawab Nayya yang membuat bibi bingung karena gak biasanya Nayya mengatakan malas untuk urusan Xavier. Tapi bibi memilih untuk diam karena takut salah kalau dia berbicara.
Jam sudah menunjukan pukul 06.00 dan ini waktunya untuk memakan sarapan. Nayya bersyukur karena pekerjaannya selesai tepat saat semua orang akan sarapan jadi dia punya alasan untuk pergi mandi ketika orang lagi sarapan.
" Nayya kamu mau kemana nak?" tanya mama mertua Nayya saat dia sampau di meja sedangkan Nayya hendak melangkah meninggalkan ruang makan
" mama sarapan aja dulu, Nayya mau mandi dulu, gerah ma" jawab Nayya senetral mungkin dan menyembunyikan keinginannua untuk tidak ikut bergabung di meja makan. Saat hampir sampai di depan kamar Nayya melihat Xavier keluar dari kamar. Untuk sesaat merela terdiam sambil melihat satu sama lain. Nayya memutuskan pandangan lebih dulu dan berjalan mendekat.
" aku sudah menyiapkan sarapan, abang dulu aja nanti aku nyusul" jelas Nayya setelah itu dia langsung berjalan melewati Xavier dan masuk ke kamar.
Di meja makan Xavier, adeknya dan mamanya berbicang dengan santai. Dari kejauhan Nayya melihat kalau keluarga ini biasa saja ketika tidak ada dirinya. Karena hal itu Nayya memutuskan untuk tidak bergabung dan memilih merebahkan badannya di atas ranjang dan memejamkan matanya.
" kamu baik-baik aja?" suara Xavier yang duduk dipinggir ranjang dengan tangannya menyentuh kening Nayya
" hm.."
" kalau kamu sakit biar aku antar ke dokter"
" aku baik-baik aja, kakak berangkat saja kerja" balas Nayya dengan mata masih terpejam dan memberanikan dirinya membelakangi Xavier
" ya udah kalau gitu aku berangkat kerja dulu, kamu istirahat aja, kalau gak kuat berdiri minta tolong aja sama bibi kalau butuh apa-apa" final Xavier yang langsung berdiri dan pergi meninggalkan kamar.
" maafkan aku kak, aku gak mau terlalu dekat sama kakak, karena aku takut mulut ini akan mempertanyakan apa yang akan membuat aku tersakiti nanti" guman Nayya dengan suaranya yang mulai serak.
Pada siang hari Nayya duduk diam dengan banyak pikiran di sofa ruangan tamu. Hari ini di rumah hanya ada dirinya dan bini selain itu juga ada satpam yang menjaga di depan.
" nak, kamu kenapa?" tanya seseorang yang sudah sangat dekat dengannya semenjak dia menginjakan kakinya di rumah ini. Dan setiap memasak mereka selalu membicarakan banyak hal dan biasanya Nayya selalu terlihat ceria tapi kali ini Nayya berbeda dia lebih banyak diam dan memikirkan banyak hal.
" eh bibi, ada apa bi?"
" ceritalah nak, bibi tau kalau lagi dalam masalah"
" hahaa, cerita apa bi, aku hanya kangen sama ayah ibu dan adik yang di padang" bibi itu tau kalau Nayya berbohong tapi dia gak bisa memaksa jika Nayya sendiri gak mau cerita
" kamu sudah coba untuk menelpon mereka?"
" pastinya bi, tapi entah kenapa rasanya aku ingin bertemu"
" kamu anggab aja bibi adalah mama kamu agar rasa rindu itu berkurang"
" sudah dari dulu bi, ketika aku membantu bibi masak, aku merasakan kalau aku tengah membantu ibu, tapi bu aku mohon jangan mengatakan apa yang aku katakan kepada mama, Dena dan juga kak Xavier"
" kalau boleh bibi tau apakah kamu ada masalah dengan salah satu dari mereka"
" yang namanya hubungan pasti ada masalah bi, aku pasti bisa mengatasinya bibi gak usah khawatir"
" bibi juga percaya itu" Nayya sangat bersyukur dengan keberadaan bibi di rumah ini. Sama seperti sekarang sebelumnya dia juga sering memberikan semangat kepada Nayya.
Chie_Vaichy
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
SpiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...