Setalah solat subuh Nayya telah siap dengan tampilan dan juga barang yang akan dia bawa pulang kampung. Danil yang akan mengantarkan Nayya ke bandara hanya bisa tersenyum meskipun dia tau hati Nayya tengah dilema.
" sudah selesai?"
" hm.. "
" kamu sudah yakin, yakin akan ninggalin Xavier?"
" kamu yang membelikan tiket tapi kenapa sekarang mempertanyakannya?"
" aku adalah seorang sahabat jadi Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk sahabat aku"
" makasih. Tapi keputusan aku sudah bulat. Aku butuh waktu untuk sendiri"
" terserah kamu aja" balas Danil pasrah. Sebagai seoarang teman dia tidak bisa mengubah keputusan seoarang Nayya yang selalu teguh dengan keputusan.
Beberapa jam kemudian Nayya telah sampai di kampung halamannya dan hanya butuh beberapa menit dia akan menginjakkan kakinya di rumah orangtuanya. Saat dia sampai di rumahnya dia sudah menebak ekpresi keluarga yang kaget karena dia tidak memberikan kabar kepulangannya apalagi dia pasti akan mendapatkan pertanyaan dimana Xavier?
Dengan alasan capek Nayya dapat lepas dari pertanyaan keluarganya. Dan sekarang dia telah berada di kamarnya dan merebahkan badan di atas ranjang.
" apa kakak akan tidur?" tanya Zein di pintu kamar Nayya. Nayya yang memang tak tidur langsung melihat ke arah Zein dan menyuruh Zein untuk masuk
" Zein, tempat pernah kita datangi sebelum kakak pergi kuliah masih bagus?"
" ya masihlah kak, aku sama Rizki masih sering kesana kok, kenapa apa kakak akan pergi ke sana?"
" hm,,, kakak ganti baju dulu"
" ya udah aku tunggu diluar, sekalian aku akan minta izin sama ayah ibu" ujar Zein dalam umur yang sekarang Zein sadar kalau kakaknya ingin waktu sendiri dan dia berharap kakaknya akan percaya kepadanya dan bercerita tentang apa yang kakak sulung hadapi.
Setelah siap-siap Zein langsung membawa kakaknya ke tempat yang kauh dari keramain namun banyak didatangi oleh orang-orang. Tak butuh waktu sebentar karena banyak hal yang dibicarakan oleh Nayya. Mulai dari kehidupan Zein selama ditinggal Nayya dan juga masalah yang Nayya hadapi sebagai seorang adek laki-laki dan juga banyak sedikit tentang kehidupan orang dewasa, menyemangati kakak dengan caranya sendiri.
Ketika sudah sore Nayya dan Zein pulang ke rumah. Sampai di rumah Nayya langsung nyusul saudara yang telah lebih dulu masak makanan untuk makan malam.
" kama se ni?, pai PC yo sama Zein" ( kemana aja kak? Pergi pacaran ya sama Zein)" goda Rahma saat Nayya sampai di dapur.
" haha... Ni Rahma kepo, ado-ado se masaak iyo Ni Ya pai PC sama Bg Zein?" ( haha... Kak Rahma kepo, ada-ada aja, dan masak iya kak Nayya pergi pacaran sama bang Zein)
" umpamo Lia, umpamo baa ndak ngarati padahal lah sekolah tinggi" (perumpamaan Lia, gak ngerti banget sih, padahal sekolah tinggi)
" garah kali ni... Pakai urek lo ngecek" (becanda kali kak.. Ngomong jangan pake urat juga kali)" mendengar kerutu Liana membuat kedua saudara perempuanya tertawa. Karena kesal Liana meninggalkab dapur dia gak peduli saat ini dia gak ingin berada di tempat yang sama dengan kedua kakakya yang telah menyatu untuk membullynya.
Saat malam hari semuanya telah makan malam bersama. Namun tak ada yang berani bertanya kepada Nayya. Mereka masih memilih diam dan membiarkan Nayya yang berbicara sendiri.
Pagi datang menjelang namun Nayya masih belum berbicara kepada ayah dan ibunya. Bukan tak mau berbicara tapo dia belum menemukan waktu yang tepat karena adeknya berada di sekeliling ayah dan ibunya. Namun Nayya tak dapat menundanya lagi, dan ia harus bicara karena dia tidak lupa kalau besok lusa dia akan pergi lagi. Saat malam menjelang Nayya membaranikan mengetuk pintu kamar Ayah ibunya dengan senang hati mereka mempersilahkan dirinya masuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/162174241-288-k648952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
Tâm linhBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...