Minggu pagi untuk menyegarkan badanya. Setelah salat subuh Nayya bersiap-siap untuk lari pagi tanpa berniat membangunkan Rival karena bagi seoarang Rival bangun pagi di hari libur adalah hal yang paling dia benci. Dan tidak lupa dia membawa Skate Board milik Rival yang selalu dia gunakan.
Hal yang paling disukai oleh Nayya saat berada di kota bandung adalah udara pagi. Udara akan terlebih segar Nayya rasakan saat dia menaiki skate board. Nayya lupa kalau yang lari pagi bukan saja dirinya, jadi Nayya merentangkan tangannya dan menutup matanya sambil menaiki skate board dan hampir menabrak pelari pagi lainnya kalau saja dia tidak mendengar teriakan seorang perempuan untuk menyuruh pelari pagi itu menghindar. Karena kaget, entah keahlian dari nana Nayya dapat mengelokan skate boardnya ke arah kiri sedangkan dirinya langsung turun dan menabrak punggung orang yang ada di depannya. Untung saja tidak sampai terjatuh.
Skate Board membunuhku
Hanya itu yang ada dalam pikiran Nayya karena ini sudah yang kedua kalinya dirinya celaka karena memainkan Skate Board.
Dengan menghadap ke kakinya, Nayya harap cemas menunggu orang yang ia tabrak akan memarahinya. Nayya berdoa agar dia tidak akan dimarahi. Tapi hal itu gak mungkin karena kesalahannya sangat fatal.
" maaf," ujar Nayya sambil mundur beberapa langkah dan menundukan wajahnya karena takut melihat wajah orang telah menabraknya dan dia yakin kalau dia akan dibentak.
" kamu nggak papa?" bukan laki-laki itu melainkan suara seorang perempuan dari arah belakang Nayya. Yang dalam pikiran Nayya adalah tidak satu orang yang akan membentaknya melainkan dua. Sepasang suami istri.
" nggak papa, maaf aku benar-benar nggak sengaja" jawab Nayya pelan bahkan sangat pelan.
" udah nggak papa kok, itu hanya kecelakaan, dan yang penting kamu nggak papa" begitu ramah. Tak ada kemarahan dalam setiap nada yang dia ucapkannya mendengar hal itu Nayya langsung mengangkat kepalanya. Pandangan mata itu, sebelumnya Nayyq pernah melihatnya, dan itu terjadi juga karena skate Board. Pemilik mata itu adalah orang yang sama dengan pengemudi yang hampir dia tabrak sebelumnya.
" ya udah aku duluan ya" izin perempuan itu karena si laki-laki sudah jalan duluan tanpa berbicara sepatah katapun.
" dua kali Nay, kamu hampir menabrak orang yang sama, apa kamu nggak malu?. bagaimana kalau dia marah?, bisa hancur hidup kamu" ucap Nayya kepada dirinya sendiri dan mengambil skate Board, dengan langkah lemah Nayya berjalan pulang sambil menenteng skate boardnya. Karena berjalan sambil menundukan kepalanya lagi-lagi Nayya menabrak punggung seseorang.
Dalam waktu yang bersamaan Nayya melihat siapa yang ditambaraknya sedangkan yang ditambrak melihat kearahnya. Kaget takut itulah yang dirasakan Nayya, dan otaknya langsung mencerna apa yang akan terjadi?" maaf" lagi-lagi hanya itu yang diucapkan Nayya
" apa hanya kata yang bisa kamu ucapkan?" tanya orang yang di tabrak Nayya. Pertanyaan itu membuat Nayya berfikir, apa ada kata lain yang kita katakan saat kita salah.
" jika kita salah apa gak boleh minta ma.. " tanya Nayya sambil mendongakkan kepalanya dan lagi-laki dia melihat orang yang sama.
" Nay kamu nggak papa?" tanya tante Nayya karena mereka biasa berada di luar rumah di minggu pagi. Dan Nayya baru tau akan hal itu. Nayya tak mendengar pertanyaan dari tantenya karena dia fokus ke arah orang yang ada di depannya.
" wah.. Wah.. Kan Nay ngapain dekat gitu sama laki-laki yang bukan muhrim?. Gak takut dosa kak?" tanya Rival yang baru saja datang. Mendengar sindiran dari Rival, Nayya langsung melangkah mundur menjauh.
" tante Karin kenal sama dia?, ini udah yang ketiga kali Dia nabrak kak Xavier"
" Nayya nabrak Xavier?"
" apa aku bilang, bunda nggak percaya sih, kemarin kak Nayya itu hampir saja nabrak mobil kak Xavier" adu Rival.
" Nayya.." panggil Xavier dengan pelan yang hanya dapat didengar mereka berdua, mendengar namanya di panggil Nayya langsung melihat kearah wajah Xavier tepatnya pada mata tajam milik Xavier.
" iya" jawab Nayya dan setelah itu dia kembali menunduk.
" Xavier, jangan nakutin anak orang" seru seorang perempuan paruh baya. Tepatnya mama Xavier yang sudah kenal dengan Karin tante Nayya.
" iya kak kasian dia, kakak nggak lihat dia ketakutan" tambah adek Xavier yang udah berapa kali selalu ngebela Nayya.
" Karin siapa dia?" tanya mama Xavier.
" ponakan mbak dari Padang. Dia datang kesini mau liburan karena beberapa minggu yang lalu baru menyelesaikan kuliahnya"
" kuliah. Maksud tante dia udah selesai kuliah?"
" iya"
" sulit dipercaya. Aku kira dia seumuran sama aku. Ternyata udah dewasa. Tapi kok baby face gitu?" gumam Dena tak percaya karena sejak pertemuan pertama mereka Dena mengira Nayya masih berumur 17 tahunan.
" Nayya umurnya aja tua. Kerjaannya tiap hari kejar-kejaran sama Rival" ujar Karin mencoba mengalihkan pembicaraan.
Nayya yang tidak mau ikut dalam pembahasan yang menjadikan dirinya topik bahasan. Memilih untuk masuk ke dalam rumah karena selain itu dia juga sudah risih dengan tubuhnya yang berkeringat. Sebelum itu dia terlebih dahulu minta izin kapada tantenya dan lawan bicara sang tante.
" assalamualaikum om tante"
" waalaikumsalam, kamu udah sarapan?, sana makan!. Tante gak mau dibilang gak kasih makan kamu karena baru 3 hari disini kamu sudah sakit" seru Karin.
" gak akan tante. Lagian gak mungkin aku akan sakit karena sarapan telat 1 jam. Di kampung aja, orang sarapan jam 11 biasa aja" balas Nayya. Nayya berbicara seperti itu bukan asal bicara melainkan di rumahnya dia memang selalu seperti itu apalagi waktu dia kuliah karena banyak tugas dia melupakan makan pagi. Itu semua memang bukan hal yang baik untuk dilakukan tapi mau bagaimana lagi?.
" jangan dibiasakan karena nanti kamu juga yang akan menanggung resikonya" ingat Ivan om Nayya
" iya om"
" udah sana makan. Rival masih di meja makan. Ingatkan dia untuk tidak mengahabiskan makanan!" canda Karin kepada ponakannya. Hal itu dia katakan karena Rival tak kunjung keluar dari ruang makan
" baik tante" respon Nayya berjalan ke arah meja makan disana terlihat Rival yang lagi asik main Hp.
" Pagi Val" sapa Nayya kepada Rival niat ingin menganggu kosentrasi Rival. Bukannya terganggu Nayya malah serasa di kacangi karena tak di respon oleh Rival.
" kalau malam nanti gue ambil Hpnya terus gue delete aplikasi ML asyik gak ya" gumam Nayya yang sengaja ia besarkan volumenya agar kedengar oleh Rival
" berani lakuin itu, aku akan ambil hp kakak aku jualin" ujar Rival kesal. Nayya yang mendengar respon Rival tertawa merasa senang karena bisa menganggu kosentrasi Rival. Dia yakin tak butuh waktu lama lagi Rival akan memanggil namanya karena dia kalah atau hampir dikalahkan musuh.
***TBC***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
SpiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...