Sesuai dengan suruhan ayahnya Nayya bersiap-siap begitu juga dengan Xavier mereka bersiap-siap. Bagi Xavier tak butuh lama untuk bersiap-siap.
Xavier duduk di bibir ranjangnya sambil memperhatikan Nayya yang masih sibuk bersiap-siap
" apa yang akan kita lakukan nanti disana?" tanya Xavier mencoba untuk berbincang ditengah keheningan diantara mereka." yang aku tau nanti disana nanti aku akan mengadakan beberapa acara adat. Kalau kakak menurut aku akan datang setelah aku selesai mengadakan acara itu" jelas Nayya sesuai dengan apa yang dia tau. Selama ini yang dia tau biasanya yang ada disana hanya dirinya saja dan nanti sang suami datang setelah saat mau diantar, gak tau gimana cerita kalau pernikahan seperti pernikahan dia dan Xavier yang berbeda daerah.
" apapun itu, pasti akan aku ikutin agar acara pernikahan kita bisa lancar" ujar Xavier
" kakak ada-ada aja. Tapi ni ya kak. Benar kata suami Rahma. Kakak harus nebalin telinga saat disana. Biasa orang kampung ini suka bikin pusing" ujar Nayya mengulang ucapan suami adeknya dia tidak mau nanti Xavier tersingung dengan kata-kata orang kampungnya. Nayya berbicara santai dia melupakam jarak yang selama ini ada antara mereka berdua. Xavier yang mendengarkan cara bicara Nayya tersenyum bahagia karena lambat laun Nayya akan menerima dirinya.
" asal kamu tau, sejak awal aku udah nebalin telinga" jelas Xavier
" kenapa? Apa ada yang kasarin kakak. Maaf" tanya Nayya yang merasa tidak enak sama Xavier. Bahkan dia menghentikan aktifitasnya hanya sekedar melihat ke arah Xavier
" bukan kasarin, tapi mereka suka bikin aku bingung sama apa yang mereka katakan"
" kalau itu salah kakak. Kenapa gak dari awal aja mau minang aku kan aku bisa ajarin kakak bahasa aku" ejek Nayya yang kembali mengalihkan pandangannya.
" bukan ngajarin yang ada kamu malah menghindar kalau sedari awal aku jelasin semua dari awal. Dan aku yakin saat ini aku gak akan ada disini" balas Xavier yang membuat Nayya yang mendengarnya merasa bersalah.
" udah jangan masang wajah muram gitu! Aku gak suka. Yang terpenting sekarang kita, aku dan kamu sudah bersama. Dan aku bahagia akan hal itu" ujar Xavier sambil membawa Nayya kepelukannya dan mengusap kepala Nayya dengan pelan. Nayya yang tiba-tiba diperlakukan seperti itu emang sedikit kaget tapi dia Mencoba menetralkan kekagetannya dan perlahan merasakan kenyaman berada dalam pelukan Xavier.
Tak lama setelah itu Xavier memilih keluar dari kamar dan membiarkan Nayya bersiap-siap. Xavier duduk di salah satu kursi yang ada di halam rumah yang sudah dipasang tenda pelaminan untuk menghindari panasnya matahari saat diadakan pesta nantinya.
" hai kak" sapa Dena yang sekarang sudah duduk di sebelah kakaknya.
" eh Dena, gimana? Apa disini asyik?"
"asyik. Asyik banget malah. Adek kak Nayya orangnya asyik. Suka bencanda. Tapi sayang kadang aku gak ngerti apa yang mereka bicarakan. Ok kalau ada Rival dia akan menerjemahkannya untuk aku, kalau gak? Adek kak Nayya gak seluruhnya bisa bahasa indonesia" keluh Dena yang mengatakan apa yang dia rasakan
" maafin kakak karena udah buat kamu berada disini"
" apaan sih. Yang ada aku akan marah kalau gak diajak kesini" gerutu Dena yang sengaja karena gak kau kakaknya merasa bersalah karena emang kakaknya gak punya salah itulah yang diketahui olehnya
" aku gak ragu lagi dari mana datang kecantikan dan kebaikan kak Nay. Keluarga baik. Ayah, ibunya kak Nay. Kakak Beruntung karena bisa dapatin kak Nay" ujar Dena" benar, kakak juga ngerasain hal yang sama. Dan kakak bersyukur karena datang lebih cepat"
" ngomong-ngomong, apa saja yang kakak lakukan selama berdua di kamar" tanya Dena sengaja menggoda kakaknya itu dan benar saja dari ekspresi saja Dena tau kalau dia melemparkan ungkapan yang bagus
" anak kecil gak boleh tau"
" aku bukan anak kecil ya kalau kakak lupa" sentak Dena yang tak suka dikatakan anak kecil oleh kakaknya.
" benar, bukan anak kecil, tapi remaja labil" ledek Xavier lebih lanjut
" MAMA" teriak Dena dengan suara keras seperti hal biasa yang terjadi diantara mereka saat di rumah. Tapi ini bukan di rumah jadi dengan cepat dia menyumpal mulut Dena agar tak buat dia malu tapi sepertinya terlambat karena ada beberapa orang yang melihat ke arahnya.
" kamu ini bikin malu aja" gertak Xavier
" salah kakak"
" diam!"
" gak mau"
" Dena"
" apaan"
" Xavier, Dena ini ada apaan? Kenapa kalian pada berantam disini, Xavier kamu gak malu sekarang kamu lagi dimana?" tengah sang mama mereka yang baru saja muncul dan memarahi mereka dengan suara ringan agar tak dengar banyak orang.
" kalian lagi ributin apa?"
" gak ribut kok ma. Aku sama kak Xavier hanya becanda aja kok" jawab Dena mencoba untuk mengelak karena kakaknya tak memunculkan ciri-ciri akan berbicara untuk menjelaskan apa yang terjadi.
" jangan diulangi. Malu dilihatin orang banyak. Apalagi ini mertua kakak kamu. Xavier kamu dengar mama?" nasehat sang mama yang dianggukan oleh Xavier dan Dena. Lalu mamanya pergi dan disusul oleh Dena, sebelum pergi dia mencibir ke arah Xavier
" kakak sama mama lagi bicara apaan?" tanya Nayya yang baru saja keluar dan melihat kalau mama Xavier dan Dena berjalan dari arah Xavier.
"Nayya? Udah selesai siap-siapnya?" nanya Xavier saat melihat Nayya yang sudah berpakaian rapi.
"Itu Dena ngadu sama mama karena aku usulin" jelas Xavier menjawab pertanyaan mama" Nayya, banta lai. Bako kau tibo jampuik. Ajaklah nak Ahmad makan dulu ( Nayya, bentar lagi ke keluarga ayah kamu datang jemput kamu. Ajaklah Ahmad makan dulu)" seru ibu Nayya
" kalau alun litak ndak usahlah. Beko disitu nyo diagih makan samo bako nyo mah ( kalau belum gak usah. Nanti disana mereka juga akan dapat kasih makan" ujar tante, kakak dari ibu Nayya
" ibu bilang apa?" tanya Xavier yang masih awam sama bahasa Padang.
" ibu bilang apa?" bisik Xavier
" kakak lapar?" bukannya menjawab Nayya malah menanyakan hal lain
" belum"
" ibu nyuruh aku buat ngajak kakak makan. Tapi kata tante nanti aja di rumah keluarga ayah. Biasanya disana nanti juga akan dikasih makan" ujar Nayya menjelaskam ucapan dari ibu dan tantenya.
Lama berbincang akhirnya, salah satu keluarga ayah Nayya datang, ingin membawa Nayya pergi ke rumahnya. Begitu juga dengan Xavier. Berbicang sedikit hal akhirnya Nayya dan Xavier pergi ke rumah ayah Nayya dengan menggunakan motor. Sedangkan Liana dan Dena yang juga disuruh ikut, untuk menemani pengantin juga pergi menggunakan satu motor.
Jarak antara rumah Nayya dan keluarga ayahnya yang tak begitu jauh jadi tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat tujuan.
" apa emang segini rame?" bisik Xavier yang bertanya karena kaget saat melihat jumlah orang yang lumayan banyak.
" gak tau juga" jawab Nayya
"Ini mungkin karena mereka pada penasaran sama suami aku yang bukan orang sini" lanjut Nayya lalu berjalan bersisian dengan Xavier dan berjalan masuk ke dalam rumah setelah menebar beberapa senyuman sebagai basa-basi agar tak di cap sombong oleh orang kampung.@Chie_Vaichy
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
EspiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...