Chapter 17 ✔

4K 183 0
                                    

Saat ini Nayya telah duduk di dalam rumah dengan Xavier, Liana dan Dena.

" Nay, laki kau namonyo sia? ( Nay, kakak suami kamu namanya siapa?)" tanya nenek Nayya saat mereka lagi duduk menunggu hidangan makan untuk mereka makan bersama.

" Ahmad nek" jawab Nayya singkat dengan sopan

" baa nek, hebatkan cucu nenek nyari laki. Dapek dek nyo urang lua. Gagah pulo lai tu ( Gimana nek, hebatkan cucu nenek nyari suami, bisa dapat orang luar) "canda tante Nayya adek dari ayah Nayya. Nayya yang mendengar hal itu hanya mencoba untuk tersenyum. 

" baa, iri kamu? Mako e jan dikampung sajo. Caliak Nayya tu a. Jalannyo jauh dapek pulo laki urang jauh ( kenapa, kamu Ngiri? Makanya jangan dikampung aja. Lihat Nayya, jalannya jauh jadinya dapat suami orang luar)" sindir nenek

" ndak gitu pulo do nek. Jodoh tu lah katantuan tuan Allah. Jadi ndak bisa di tantuan bara jauh awak bajalan ( gak gitu juga nek. Jodoh tu ketentuan Allah. Jadi kita gak bisa nentuin sesuai berapa jauh jalan kita)" ujar Nayya mencoba untuk menjelaskan kepada nenek sesuai dengan pengetahuan yang dia miliki.

" iyo tu ma nek. Ambo jodohnyo urang kampung ka dipanggan juo lai? ( iya tu nek. Aku jodohnya orang kampung mau diapain lagi?"

" orang kampung, tapi gak kalah ganteng dari dari suaminya kak Nayya kok tante. Jadi jangan bersedih pula aku ada di kubu tante kok" ujar Rival yang akhirnya angkat bicara karena sedari tadi dia sibuk main hp.

" tau apa kamu Val, udah sana main keluar!" seru Karin mengusir anaknya yang pasti akan bikin ulah dengan mulut embernya itu. Dan mengerutu Rival keluar dari rumah tersebut, Liana dan Dena yang melihat itu menahan senyum karena kalau tidak ditahan takut nanti mereka berdua juga akan bernasip sama dengan Rival

" silahkan makan, Nay ambilin nasi untuk suami kamu!" suruh bikin Karin dan langsung dilakukan oleh Nayya.

" kakak mau makan sama apa?" tanya Nayya bingung mau mengambilkan lauk pauk apa untuk suaminya. Untuk sesaat Xavier memerhatikan lauk pauk yang ada lalu pandanganya jatuh ke arah lauk pauk yang baru kali ini dia lihat. Seperti gulai namun terlihat tak pake santan dan di dalamnya ada ikan kecil-kecil yang di campur dengan buah nangka.

" itu aja" tunjuk Xavier

" ini? Pangek ikan?" tanya Nayya sambil menarik piring yang berisikan lauk pauk yang dimaksud oleh Xavier. Xavier menjawab dengan anggukan kepala saja

Tak beberapa lama, akhirnya mereka selesai makan. Sesuai adat, Nayya dibawa ke kamar mandi untuk dimandikan, dan melakukan beberapa hal. Sedangkan Xavier hanya duduk diam memperhatikan apa yang dilakukan oleh orang lain kenapa istrinya, aneh? Emang tapi karena Nayya sudah menjelaskan kalau itu adalah adat jadi Xavier hanya diam saja.

" Nayya, kamu sama suami kenal dimana?" tanya orang yang melakukan upara adat kepada Nayya.

" kalian kenal dimana?" tanya seseorang kepada Nayya

" kak Xavier, tetangganya tante Karin" jawab Nayya yabg sengaja hanya mengatakan hal itu karena sebenarnya dia tidak tau dia kenal dengan Xavier dimana yang dia ingat sebelumnya dia tidak pernah berkenalan dengan Xavier, tau-tau udah saling kenal aja.

" ndak nyangko si Nay jodohnyo jauh. Baa caro dapeknyo tu ( gak nyangka Nayya jodoh jauh. Gimana cara dapatnya?"

" badoa malahnya. Lagian si Nayya tu anak kuliah ndak mungkin nyo milih urang miskin. Anak kuliahan tu salero e tinggi mah. Den yakin pasti si Nayya tu ndak murah mandapek an paja tu. Ntah a yang di karajoan e. Yakin den tu mah ( ya berdoalah. Lagian si Nayya itu anak kuliahan gak mungkin milih yang miskin. Anak kuliahan itu seleranya tinggi. Aku yakin pasti Nayya gak mudah dapatin suaminya itu. Ntah apa yang dia kerjakan)" ujar seseorang yang seumuran dengan Nayya dan orang itu tak pernah berbaikan sama Nayya sejak orang yang dia suka menyukai Nayya. Padahal waktu itu mereka masih duduk di bangku SD. Dan tanpa mereka sadari ada beberapa orang yang mendengar pembicaraan itu termasuk Nayya

" kau jan asa ngecek lai ndak. Nayya tu elok mah ( kamu jangan ngsal ya. Nayya itu baik )"

" bantuak e yang elok nyo tu. Hatinya sia yang tau. Masak iyo sabanta pai kasitu lah dapek jodoh se. Urang kayo lo lai. Ndak patuik di curgai tu? ( kayaknya aja yang baik. Hatinya siapa yang tau. Masak iya, sebentar pergi merantau udah dapat jodoh. Orang kaya lagi. Patut dicurigai tau?)"  lanjutnya yang membuat darah Nayya memanas namun dia tahannya. Begity juga dengan Liana yang mendengar hal itu. Ingin rasanya melabrak orang yang menjadikan kakaknya sebagai bahan pembicaraan itu. Tapi dia dasar dia kalah umur dan tak mau mengacaukan acara kakaknya jadinya dia geram sendiri.

" ada apa?" tanya Dena yang penasaran dengan perubahan emosi Liana dan itu juga dilihat oleh Xavier. Sebenarnya Xavier juga mendengarkan hal itu. Mendengar mereka menyebut Nayya dia fokus mendengarkannya meski dia tak begitu paham.

" tu a. Palasik nin buek den muak ( itu, parasit, bikin aku jijik). Ah lupakan, un,.. Maksud aku kak Dena ndk... Sulit aku jalehannya,, pokoknya lupakan aja!" jawab Liana yang pasrah karena tak bisa menjelaskan kepada Dena dengan bahasa yang dapat Dena mengerti

Xavier yang mendengar ucapan Liana yang tak begitu jelas namun dia tau kalau yang diucapkan oleh orang-orang itu adalah hal-hal yang buruk dan itu dapat dia ketahui dari raut wajah Nayya.

" Nay, saba nak. Jan dimasukan dalam hati. Samo tau sajo lah awak muncung anak tu. Saba yo ( Nayya sabar ya. Jangan dimasukan ke hati. Kita sama tau gimana orang itu)" ujar sang nenek yang dianggukan oleh Nayya dengan melihatkan senyuman yang dipaksakan.

@Chie_Vaichy
TBC

Jodohku (End) Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang