Waktu sudah menunjukan Magrib yang dibuktikan dengan suara azan yang telah bergumandang namun Nayya masih asyik dengan dunia mimpinya. Setelah lelah menangsis Nayya akhirnya terlelap dipelukan Xavier, Xavier yang kasihan dengan
posisi tidur Nayya jadi dia meletakan Nayya dengan posisi yang nyaman, dan sampai sekarang Nayya masih belum bangun." Sayang,,," Panggil Xavier sambil mengusap pipi Nayya agar Nayya terbangun
" Sayang, bangun udah Magrib nggak baik untuk tidur" lanjut Xavier yang akhirnya membuat Nayya mulai mengembangkan matanya yang terlihat sedikit bengkak
" bangun, salat dulu,"
" tunggu bentar kak, masih ngantuk" Respon Nayya sambil memperbaiki selimutnya
" hei, nggak ada nantinya, salat dulu nanti kalau senja udah pergi baru lanjut tidur lagi" larang Xavier yang menarik selimutnya Nayya
" iya, aku bangun"
" ya udah mandi dulu sana, dan langsung ambil wudu kakak tunggu untuk salat" suruh Xavier yang nggak dia iyakan oleh Nayya namun dia berlalu pergi setelah mengambil pakaian dan handuknya
Selesai mandi, mereka langsung melaksanakan salat Magrib dan berdoa bersama.
" kakak udah baikan?"
" udah, lagian aku cuman demam bukan sakit keras, namun terima kasih karena telah mengkhawatirkan aku"
" dari kemarin kakak ngomongnya itu mulu, nggak bosan apa?, ah udah aku mau keluar dulu" ujar Nayya yang bukannya bosan namun malu karena setiap kali Xavier ngomong terdengar seperti menggoda dirinya, Nayya merasakan kalau Xavier tau apa kelemahan dirinya, namun saat ini dia mempertanyakan apakah hal itu udah masih melekat dalam dirinya ketika dia sudah merasa nyaman dengan kehadiran suaminya
" Ay tunggu!" larang Xavier dengan memegang tangan Nayya. Nayya yang nggak tega melihat tatapan memohon Xavier memutuskan untuk duduk disamping Xavier
" iya ada apa kak?"
" aku nggak ingin kamu pergi, temani aku disini" mohon Xavier. Xavier nggak tau kenapa dia memohon seperti ini tapi dia benar-benar nggak ingin istrinya kecilnya ini jauh dari dirinya.
" kalau kamu nggak bisa, nggak papa kok" tambah Xavier karena tak kunjung mendapatkan respon dari Nayya
" kak, kakak gimana sih?, tadinya minta aku untuk disini, sekarang malah ngusir aku, mana yang benat sih kak?" Xavier nggak nyangka Nayya mengatakan hal itu namun dia bahagia karena Nayya mau menemaninya
" aku boleh meluk kamu?" pinta Xavier bukanya mendapatkan jawaban Xavier malah melihat Nayya tertawa begitu lepas dan ini kali pertamanya Xavier melihat hal itu setelah dia datang ke kampung halaman Nayya.
" apa aku salah?"
" nggak" jawab Nayya di sela tawanya
" tapi kakak lucu, bukannya saat tidur kakak selalu meluk aku, ini mapah minta izin, Sini peluk" jelas Nayya membetangkan tanganya dan membawa Xavier ke dalam peluknya seperti seoarang ibu memeluk anaknya. xavier memejamkan matanya karena dekat dengan Nayya selalu membuat jantungnya berdetak kencang dan rasa nyaman dan hangat selalu mengalir di tubuhnya
" selain dalam tidur ini adalah pelukan pertama kita" ucap Xavier yang masih dalam pelukan Nayya dan mata terpejam
" kak"
" iyaa"
" apa mungkin kakak sakit karena di tinggal mama"
" emangnya kamu pikir suami kamu ini anak kecil"
" emang iya, lihat saja sekarang kakak nyaman dipelukan aku seperti berada di pelukan seorang ibu" ledek Nayya namun tangannya asyik mengusap rambut Xavier
" pelukan ibu memang yang ternyaman namun pelukan istri memiliki kenyaman tersendiri oleh seoarang suami, terimakasih karena sudah mau nerima aku dalam hidup kamu"
" kak aku bosan" ujar Nayya. Xavier yang mendengar itu kaget bosan?, apa bosan hidup dengan dirinya?, mereka baru menikah satu bulan
" ada apa kak?" tanya Nayya melihat reaksi Xavier yang melepaskan pelukan dan menatap Nayya dengan tatapan tajam namun ada rasa kecewa
" kamu nggak akan ninggalin aku kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku (End) Proses Revisi
EspiritualBagi peminat baca cerita jodohku. Sabar ya, karena aku sekarang lagi merevisi cerita ini. Dan akan mengusahakan agar ada terjemahan bahasa Padang nya * * * Jodoh, tak ada yang tau siapa dia? dan kapan ia akan datang?. Begitu juga dengan Nayya, gadis...