Chapter 32

2.9K 139 0
                                    

Xavier terlihat kecawa mendengar ucapan Nayya namun saat dia ingin meminta penjelasan, ibu Nayya memanggilnya untuk makan malam mau nggak mau Xavier menyimpan rasa kecewanya. Di meja makan Xavier banyak diam meskipun yang lain membicarakan banyak hal.

" Nak Ahmad kamu masih belum sembuh"

" Alhamdulillah udah baikan ayah"

" tapi kenapa kamu banyak diam?"

" kangan sama mamanya kali yah" tebak Rahma

" kamu ini ada-ada aja"

" wku baik-baik aja yah"

" oh ya Nayya kamu udah bilang sama suami kamu mau pergi besok?" tanya ibu Nayya. Xavier yang nggak tau apa-apa hanya bisa menatap Nayya dan rasa penasaran apa maksud pembicaraan ibu mertuanya

" belum bu, nanti aku akan kasih tau kak Ahmad kok bu"

" jangan sampai lupa!"

" iya bu Nayya nggak akan lupa"

Malam semakin larut kini Nayya sudah berada dalam kamarnya bersama dengan Xavier yang masih diam.

" kak, kakak kenapa?, apa aku ada salah sama kakak, nggak biasanya kakak kayak gini?" tanya Nayya to the point. Nayya nggak suka dengan kediaman ketika ada masalah

" mau kemana?, apa maksud ibu tadi?"

" ah itu aku mau ketemuan sama teman-teman aku yang datang ke acara kemarin, kalau kakak bolehin aku akan pergi kalau nggak aku nggak akan ikut"

" pergi aja!"

" kakak kenapa?, jelasin sekarang kak, aku nggak suka dengan keadaan yang seperti ini kalau aku salah katakan biar aku bisa memperbaiki dan kita mencari solusi?"

" apa kamu nggak tau apa salah kamu?" nada bicara Xavier sudah berbeda dan ini pertama kalinya Nayya mendengar dan itu menakutkan tapi bukan Nayya namanya kalau nggak bisa memperjelas apa yang telah terjadi

" iya aku nggak tau kak, maka dari itu aku nanya sama kakak, jika benar alu salah maka aku akan minta maaf" jawab Nayya nggak kalah sengit dan ini juga pertama kali bagi Xavier. Sekarang dia paham kalau Nayya adalah tipe orang yang suka tetang-terangan

" huff,, Ay,, kamu ingat apa kamu katakan sebelum ibu manggil kita?" Nayya mencoba untuk mengingat apa yang telah dia katakan namun dia tidak dapat mengingat kecuali dia yang mengatakan kalau Xavier seperti anak kecil

" jadi kakak marah karena aku mengatakan kalau kakak itu seperti anak kecil?" ujar Nayya namun Xavier menggeleng

" terus apa?"

" kamu nggak akan mengakiri hubungan kita kan?"

" mengakhiri?, pemikiran dari mana itu, kak dari dulu aku itu belajar ilmu agama dan aku tau untuk berpisah itu bukan lah hal yang baik"

" tapi tadi kamu bilang bosan?"

" bosan?" Nayya mencoba kapan dia mengucapakan semua itu

" iya"

" haha,, jadi kakak banyak diam karena kakak berfikiran aku akan meninggalkan kakak karena aku mengucapkan bosan?, ya ampun kak, aku mengatakan aku bosan itu bukan bosan hidup sama kakak, tapi bosan mendengarkan kakak mengucapkan rasa terimakasih karena aku sudah mau nerima kakak dalam hidup aku" jelas Nayya karena maksud dia mengucapkan kata bosan itu karena Xavier setiap hari selalu mengatakan hal yang sama

" jadi karena itu?"

" iya kak, lain kali kakak jangan asal ngambil kesimpulan karena aku nggak akan pernah melakukan hal sekeji itu, biar jelas itu tanya jangan disimpan!" gertak Nayya. Dia benar-benar kesal dengan pemikiran. Dirinya memang belum bisa menerima Xavier dalam hatinya namun bukan berarti dia akan mencampakan Xavier yang sudah menjadi suaminya.

Jodohku (End) Proses RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang