Memory 37

410 107 12
                                    


"daebakkk daebakkk daebakk"

"kau ingat ini tempat apa?"

Daehwi menggelengkan kepalanya "memangnya ini tempat spesial yang harus ku ingat? Apa ada hubungannya dengan kau dan aku?"

Jinyoung tersenyum pahit ia mengira daehwi sudah ingat semuanya tapi sepertinya harapanya terlalu tinggi.

"aku berharap kau tidak tau hal yang terjadi disini?"

"apa ada hal buruk yang terjadi?"

"umm sesuatu yang sangat kusesali terjadi disini"

"apa itu?"

"kehilanganmu"

"kau kehilanganku disini?"

"ya, aku meninggalkanmu disini dengan airmata"

Daehwi terdiam membayangkan dirinya, ia mengingat tulisannya di buku harian dulu. "ahh jadi disini" ucap daehwi dalam hati.

Daehwi menjulurkan tanganya memegang pipi jinyoung. Membuat jinyoung kaget.

"daehwi~aa"

"gwencana hyung, bukan salahmu" ucap daehwi pelan memandang jinyoung dengan sendu.

"ini salah jihoon yang memaksamu" lanjut daehwi dalam hati.

Badan jinyoung membeku melihat sikap daehwi. Tapi ekspresi daehwi langsung berubah dari sendu menjadi tersenyum.

"hyung ayo kita berfoto" Daehwi menarik Jinyoung mendekat dan memotret diri mereka dengan handphone jinyoung.

"aku akan menguploadnya di Instagram mu"

"instagram milikku?"

"nde...."

"andweee " jinyoung terlambat untuk mencegah daehwi. Daehwi sudah mengauploadnya dengan caption.

"Mari membuat memori yang indah sekali lagi"

"kenapa? Tak boleh?" tanya daehwi cuek.

"ani.. bukan seperti itu hanya saja"

"apa kau takut jihoon hyungmu akan marah?"

"bukan.. bukan seperti."

"sudahlah, kemarikan akan ku hapus jika begitu"

"jangan. Tak perlu. Aku bukannya tak suka"

Jinyoung berbohong karna tak ingin melukain perasaan daehwi, ia bukanya takut jihoon melihatnya ia tak peduli pada jihoon. Ia hanya peduli pada daehwi. Bagaimana jika daehwi dan guanlin bertengkar? Itu yang di pikirkan jinyoung. Sebenarnya ia suka jika daehwi bertengkar dengan guanlin tapi ia tak tau apa pertengkaran daehwi dan guanlin ini baik untuk daehwi atau tidak, apa yang daehwi rasakan jika berpisah dengan guanlin apa daehwi akan bahagia atau tidak.

Jinyoung tersadar dari lamunanya dan tersenyum

"lalu ?" tanya daehwi bingung

"aku tak suka fotonya, Aku terlihat aneh disana"

"Aniya, kau terlihat tampan" ucap daehwi memuji jinyoung.

/

/

/

Guanlin masih menunggu daehwi pulang di rumah sakit. Ia menidurkan dirinya sambil membalas chat dari jihoon, dan membuka instagramnya. Guanlin meremas handphonenya saat melihat postingan terbaru jinyoung.

Ia merasa dikhianati. Ia begitu khawatir tapi daehwi malah pergi bersama jinyoung.

Guanlin mencoba menelpon daehwi tapi tak di angkat, jadi ia memutudkan untuk menelpon jinyoung.

Cukup lama guanlin menunggu jawaban jinyoung.

/

/

Saat Guanlin menelpon jinyoung. Daehwi dan jinyoung sedang menikmati sojunya di kedai pinggir jalan, lebih tepatnya jinyoung karna daehwi tak kuat minum.

"daehwi~aa guanlin menelpon, haruskah ku angkat" ucap jinyoung tapi daehwi sibuk meracik soju yung di campur dengan bir.

Daehwi menaikkan bahunya menendakan jinyoung bebas melakukan apapun yang ia inginkan, mengangkat atau tidak terserah pada jinyoung.

Jinyoung menarik nafas panjang sebelum mengangkat telpon dari guanlin.

"nde lini~aa"

"kalian dimana? Hyung tau kan daehwi sedang sakit kenapa membawanya keluar"

"Daehwi yang memintanya"

Daehwi merampas handphone jinyoung dan bicara dengan guanlin.

"berhentilah mengomel aku akan pulang" ucap daehwi dan mematikannya.

"hah mengganggu sekali" ucap daehwi menghentakkan kakinya dan meminum minuman racikannya.

"yakk kau tak tahan minum kan kenapa kau minum" ucap jinyoung saat melihat daehwi terhuyung.

"biar saja, setidaknya aku tak perlu meladeni pengkhianat itu" ucap daehwi asal.

"aigooo tapi tetap saja... yak yakk hati-hati berjalanlah dengan lurus" ucap jinyoung mengawasi daehwi.

"jinyoung hyung" daehwi berbalik dan menatap jinyoung.

"apa?"

"Gendong.. aku lelah" Daehwi mengulurkan tanganya minta untuk di gendong sambil berjalan pelan menuju jinyoung.

"arasho arashoo kemarilah" Jinyoung berjongkok dan membiarkan daehwi naik ke punggungnya.

"go go lets get it.. ayo kita temui si pengkhianat itu" ucap daehwi tanpa sadar.

Jinyoung berjalan pelan menikmati waktunya bersama daehwi yang sedang mabuk.

"daehwi~aa"

"ummm" daehwi meracau tak jelas karna sedang tak sadar.

"kenapa kau menyebut guanlin pengkhianat?"

"umm karna ia sama denganmu" Jinyoung menghentikan langkahnya saat mendengar itu.

"maksudnya?"

"hah.. maksudku ia sama dengamu. Ia lebih memilih jihoon hyung daripada aku"

"apa maksudmu memilih jihoon hyung, dia sudah menjadi kekasihmu selama 1 tahun ini"

" Nyatanya ia memang memilih jihoon hyung, ia memilih untuk berselingkuh dibelakangku dengan jihoon hyung. Jika ia memilihku maka ia takkan pernah berselingkug, ia mempertahankanku hanya karna keegoisannya, ia tak pernah mencintaiku dari awal. Dan itu menyakitkan" Jinyoung terdiam cukup lama mendengarkan ocehan daehwi. Kemudian lanjut berjalan menuju mobil.

/

/

"Ke rumah sakit sekarang" perintah jinyoung pada supir pribadi yang ia telpon tadi, jinyoung tak mau ambil resiko di tangkap polisi karna mengemudi setelah minum jadi ia menyewa supir pengganti.

Jinyoung mengambil kepala daehwi dan menyadarkan kepala daehwi di bahunya.

"kenapa kau selalu terluka" ucap jinyoung mengusap kepala daehwi.

"Kenapa kau selalu terlibat dengan orang-orang brengsek seperti guanlin dan aku?"

"kenapa kau selalu menangis daehwi~aa"

/

/

/

/

Jihoon membuka handphonenya dan melihat postingan jinyoung di instagram. Ia tersenyum tipis saat melihatnya.

"sedikit demi sedikit, semua akan kembali ketempatnya semula"

tbc

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang