Memory 44

382 107 30
                                    


Daehwi terbangun saat merasakan hawa panas dileher yang tak lain berasal dari nafas guanlin yang tidur dan membenamkan wajahnya di ceruk leher daehwi.

"ahh kenapa ia harus ada disini" ucap daehwi kesal sambil perlahan memindahkan tangan guanlin yang memeluknya.

Daehwi bernafas lega saat berhasil lepas dari kungkungan guanlin. Ia keluar dan langsung naik menuju kamar atas.

"sihoon~hyung" ucap daehwi manja dan langsung naik ketempat tidur sihoon, masuk kedalam selimut sihoon dan memeluk hyungnya itu bahkan sebelum sihoon mengizinkannya.

"apa yang kau lakukan?"

"guanlin ada dibawah dan aku masih mengantuk ingin tidur. Aku muak dengan menghirup aromanya, ia penuh dengan aroma jihoon hyung, aku tak tahan. lalu hyung sendiri kapan pulang?"

"ahh baru saja aku pulang, aku baru akan tidur dan kau sudah menganggu tidurku"

"jadi tak boleh?"

"siapa yang bilang tak boleh? kemarilah ayo tidur" ucap sihoon menarik daehwi mendekat karna ranjang sihoon yang begitu sempit.

Sihoon menarik daehwi kepelukannya dan daehwi langsung tertidur begitu saja saat menyentuh bantal.

"matamu biasa, hidungmu biasa bahkan bibirmu pun polos biasa, suaramu yang biasa-biasa saja itu membuat hatiku berdebar, ruangaku ini dipenuh dengan aromamu, keinginanku kian menjadi, kakiku juga membawaku terus melangkah kearah dimana kau berada. Daehwi~aa mau kau datang padaku? mau kah kau datang ke sisiku?" ucap sihoon semakin memeluk daehwi, kapan lagi ia bisa memeluk daehwi, selama ini yang mereka lakukan hanya bertengkar.

/

/

/


"kenapa justin marah" tanya jihoon bingung saat justin mengambil alin panggilan hyeonseob.

Jihoon tersenyum karna tak terlalu memikirkan hal itu, dan kembali sibuk dengan handphone woojin.  Ia tersenyum setelah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke kamar.

"woojin~aa" jihoon membelai lembut rambut woojin untuk membangunkan sahabatnya itu sesaat setelah ia kembali kekamarnya.

"ummm" woojin membuka matanya perlaha dan tersenyum melihat jihoon.

"bangunlah"

"umm aku masih mengantuk" ucap woojin kembali memeluk jihoon.

"bangunlah sekarang jika tidak kau akan ketinggalan pesawat"

"pesawat?"

"ummm pesawat"

"siapa yang akan berangkat?"

"tentu saja kau, siapa lagi menurutmu siapa lagi, kau kan kekasih seobi, jadi kau yang harus berangkat"

"seobi?" woojin langsung bangkit dan posisinya dan menatap jihoon saat mendengar nama kekasihnya disebut.

"woojin~aa pergilah sekarang , aku sudah bicara denganya dan kau juga harus bicara padanya. kau harus meluruskan kesalahpahaman kalian, agar kau bisa kembali seperti dulu, aku tak ingin sahabatku terus bersedih seperti ini"

"kau berhasil bicara dengannya?"

"tentu saja, aku bicara denganya dan aku katakan padanya bahwa ada yang ingin kau sampaikan padanya, lalu ia setuju. "

"kau serius?"

"apa aku pernah berbohong? sekarang cepatlah pergi aku sudah memesankan tiket untukmu."

"ahh jihoon~aa kau memang yang terbaik" ucap woojin mencium pipi jihoon kasar.

"yakkkk kau belum sikat gigi arrkkkk" ucap jihoon kesal.

Woojin turun ketempat tidur dan segera bergegas mandi karna ia harus menyusul hyeonseob.

/

"kau sudah siap pergi?" ucap jihoon saat woojin memakai mantelnya.

"sudah"

"ini tasmu. Aku sudah menyiapkannya"

"gumowo jihoon~aa aku tak tau apa yang akan terjadi jika tak ada kau." Woojin memeluk jihoon dengan erat menyalurkan rasa terima kasihnya.

"kita sahabat kau ingat. kita soulmate. Jadi sekarang pergilah dan cepatlah kembali kemari, kau harus kembali menjadi woojinku yang dulu, aku tak suka kau bermuram durja hanya karna cinta"

"arashooo aku akan kembali secepatanya. byee"

"byee" balas jihoon mengantar woojin ke depan pintu.

"setelah kau pulang, kau akan kembali menjadi woojinku yang dulu" ucap jihoon tersenyum penuh arti.

/

dan badai sebentar lagi akan datang.






tbc

akhirnya setelah berbulan-bulan menggalaukan ending ini.  Aku sudah membulatakan tekatku dan mendapt pencerahan tentang bagaimana aku mengakhiri ff ini.

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang