Woojin berjalan gontai menuju apartemenya, bertengkar dengan daehwi sungguh menguras tenaganya.
"aku pulang " ucap woojin masuk
"selamat datang" jawab sang kekasihnya menyambut woojin dengan pelukan singkat.
"aku pulang dengan selamat" ucap woojin memamerkan gingsulnya.
"aigoo kemana saja kau.. jam segini baru sampai. Padahal kau menelpon tadi sudah sampai kekorea" ucap hyungseobi membawa woojin duduk.
"Daehwi masuk rumah sakit jadi setelah ke agensi tadi aku langsung menengoknya"
"Daehwi sakit? Bagaimana keadaanya?" apa ia baik-baik saja?"
"ia tak apa-apa.." ucap woojin malas.
Hyunseob memandang woojin yang terlihat murung dan tak bersemangat
"sepertinya ada yang terjadi.. kau terlihat kusut"
Woojin hanya diam dan mengalihkan padangannya ke arah lain.
"uhmm kau pasti bertengkar lagi., iya kan?"
Woijin hanya mengangguk polos sambil meminum teh yang dibuat hyunseob.
"huft... ada apa lagi sekarang"
"Aku berkelahi dengan daehwi karna jihoon"
"karna jihoon?"
"umm.. iya.. daehwi berpikir bahwa jihoon berbohong"
"berbohong? Tentang apa?"
"tentang masalah 1 tahun yang lalu, perjalanan jihoon dan jinyoung ke swiss. Saat aku meminta jihoon untuk menyampaikan pesanku bahwa daehwi koma pada jinyoung, aku membenci jinyoung karna ia tak peduli pada keadaan daehwi dan tetap pergi. Saat itu aku percaya bahwa jihoon pasti akan menyampaikan pesanku pada jinyoung. Tapi..."
"Tapi apa?"
"Tapi, Jinyoung mengatakan bahwa ia baru tau saat ia sudah di swiss bahkan setelah beberapa hari"
"ahh jadi menurut daehwi jihoon sudah berbohong pada jinyoung, kau tak terima jihoon di sebut pembohong jadi karna itu kau marah padanya?" ucap sang kekasih menarik kesimpulan dan bilas Woojin dengan angangukan.
" semua orang bisa berpendapat kan . kalau menurutmu sendiri. Siapa yang berbohong?" tanyanya lagi pada woojin.
"aku tak yakin dengan jinyoung tapi jihoon sanggup melakukannya" jawab woojin menunduk.
"jika seperti itu, jika kau juga curiga pada jihoon lalu kenapa kau marah pada daehwi?"
"aku tak tau kenapa .. aku hanya tak mau menerima kenyataan bahwa ia tega membohongiku juga, tega tak menyampaikan amanahku. Aku tak ingin percaya semua itu"
"ingin atau tidak tapi faktanya tak bisa di bantah woojin~aa"
"aku tak tau harus seperti apa lagi menghadapi daehwi dan jihoon" ucap woojin memeluk kekasihnya.
"aku tak menyalahkanmu karna membela jihoon. tapi aku marahmu pada daehwi adalah salah. Kau seharusnya tak marah padanya karna ia bicara tentang jihoon. Kau sejak dulu sangat keras pada daehwi tapi kau sangat lemah pada jihoon"
"aku bersikap seperti itu agar ia tidak lemah dan tak bergantung pada orang lain, kau atu aku tak bermaksud jahat kau tau aku sangat sayang padanya. Dan jihoon aku tak menyangka ia akan sejauh ini bahkan padaku. Kenapa ia tega membohongiku"
"na ara.. aku tau kau sangat menyayangi daehwi tapi kau harus lebih lembut jangan terlalu keras kepala dan memaksakan kehendak dan pemikiranmu padanya. Dan masalah jihoon .. itu karna kau terlalu lemah padanya kau percaya padanya lebih dari apapun, kau percaya padanya bahkan setelah ia menyakiti daehwi berkali-kali. Kau selalu berada disamping sahabatmu itu lalu siapa yang berada di samping daehwi? kau tau apa yang daehwi pikirkan tentangmu? ia berpikir kau lebih menyayangi jihoon dibandingkan dirinya. Kau tau ia masih sangat hati akan sikapmu satu tahun yang lalu?. Kau sudah menyakiti hati daehwi berkali-kali demi melindungi sahabatmu kau tau itu? " ucap hyeonseob tenang tapi kata-katanya sanggup membuat hati woojin teremas.
"Jadi apa yang harus ku lakukan sekarang?"
"ya tentu saja minta maaf pabo~aa"
"ahhh meollaa" ucap woojin bangkit dari tempat duduknya dan pergi.
"yakk kau mau kemana? "
"mandi .. " ucap woojin santai melenggang ke kamar mandi.
"aigooo keras kepala sekali" ucap hyeonseob kesal."
Ia membereskan tas woojin dan membawanya kekamar, ia memasang lilin aroma therapi agar woojin bisa rilex dan istirahat dengan tenang. Ia tak ingin kekasihnya itu terlalu banyak pikiran dan jatuh sakit. Sambil menunggu woojin selesai mandi ia menyiapkan makan malam untuk kekasihnya. Kegiatannya terganggu karna handphone woojin berdering.
"my love Jihoon"
"jihoon .... kenapa ia menelpon" ucap hyeonseob dalam hati. Ia bingung harus mengangkatnya atau tidak.
Hyeonseop selama ini tak pernah mempermasalahkan tentang hubungan woojin dan jihoon. Karna ia tau betapa kekasihnya itu sangat paduli pada jihoon. Tapi lama kelamaan hyeonseob juga bisa jengah. Ia selalu mengalah demi jihoon. Ia tak pernah marah jika woojin tiba-tiba membatalkan janji mereka hanya karna jihoon merengek minta temani. Tapi sekarang berbeda. Melihat jihoon yang bisa menghalalkan segara cara untuk mendapatkan perhatian membuatnya takut. Ia takut jika suatu saat woojin akan berada di posisi jinyoung dulu.
Jadi ia memutuskan tak menjawab telpon jihoon dan non aktifkan handphone woojin dan mencharger handphone woojin.
ini quality timenya bersama woojin ia sedang tak ingin di ganggu. Ia merindukan kekasihnya karna berminggu-minggu tak bertemu.
"Aahhh segar sekali" ucap woojin keluar dari kamar mandi dengan muka segar dan memeluk hyeonseob dari belakang.
"yakkk geli.. cepatlah pakai bajumu kita makan malam" ucap hyeonseob melepaskan pelukan woojin.
"arashooo.. ahh tapi seobinya mana handphoneku?" tanya woojin melihat handphonenya tak ada di rak.
"aku charger baterainya mati" ucap hyeonseob berbohong.
"ahh gumowo...muucchh" Woojin mengecup pipi hyeonseob dan pergi menjauh membuat hyeonseob bersemu merah.
/
/
/
"Woojin~aaa kau dimana... aarhhhhgh"
-nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan-
"arrrghhh aku harus apa sekarang" ucap Jihoon putus asa.
/
/
Guanlin sedang menunggu pesawat menuju korea yang akan berangkat 45 menit lagi. Dan ia masih mencoba menelpon daehwi. ia sejak tadi menelpon tapi tak ada yang mengangkat setelah woojin bicara tadi.
"Daehwi~aa please" ucapnya berdoa agar daehwi mengangkat handphonenya. Dan doanya terkabul sambunganya terhubung.
"hallo.. hallo.. chagiaa.. kau kenapa? ada apa? kau sakit? " tanya guanlin panik.
"apa peduli ?" ucap daehwi dingin.
"tentu saja aku peduli padamu.. kau kekasihku. aku akan segera kesana. Tunggu aku"
"Kekasih mana yang membiarkan kekasihnya sakit hah? aku menelponmu untuk memberitahu aku sakit sejak pagi, aku tak tau siapa tau Ia bilang kau sibuk dan tak bisa menjawab handphone, suaranya seperti jihoon hyung, tapi tak mungkin ia kan? Kau bilang kau tak sekamar dengannya kan " ucap daehwi berbohong.
"sungguh aku tak tau chagia.. aku benar-benar tak tau" ucap guanlin mencoba menjelaskan.
"aku tak peduli" ucap daehwi mematikan handphonenya.
Sepasang mata tajam mengawasi daehwi.
"apa yang kau lakukan?" tanya sihoon.
Daehwi hanya tersenyum mengangkat bahunya dan memakan buahnya. Seperti tak terjadi apa-apa.
/
/
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Fanfiction#2 tahun setelah wanna one disband. bagaimana cerita ini akan berlanjut ?