MEMORY 48

345 75 7
                                    

"apa kau kau mendengar hatiku, apa kau melihat airmataku? didunia ini hanya ada yang kau, yang kubutuhkan hanya kau tapi kau membuatku menangis, kau berada dekat denganku seakan aku bisa meraihmu tapi kenyataanya tidak, aku menjalani cinta ini sendirian, cinta yang hanya menyisahkan airmata" ucap seobi dalam hati sambil berlari dari tempat itu.

sedangkan woojin terdiam melihat punggung seobi menghilang dari pandangnya.

"ani ini tidak benar.. ini tidak benar" ucap woojin sadar dari keterdiamannya dan berlari mengejar seobi. bukan ini .. bukan ini tujuannya datang. Ia datang untuk menjemput kekasihnya bukan untuk berpisah dengan kekasihnya.

Woojin berlari sekuat tenaga mengejar seobi. Berkeliling seperti orang gila dan Ia melihat punggung kekasihnya itu dari kejauhan dan langsung berlari menuju seobi.

Seobi kaget saat Woojin tepat berada di belakangnya, seobi dapat melihat woojin yang berkeringat dan tatapan yang serius. Tanpa bicara woojin menarik seobi dan menyetop taksi lalu memaksa seobi masuk. Tangan woojin tak lepas mengenggam tangan seobi meskipun seobi sudah berusaha menariknya dan  bertanya apa yang di lakukan woojin tapi woojin tak menjawab dan terus menatap keluar jendela.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Woojin menarik seobi masuk kekamar hotelnya dan mendorong seobi duduk.

"Apa lagi yang kau inginkan?"

"Aku ingin penjelasan"

"Penjelasan apa yang kau inginkan?"

"Kenapa kau meninggalkanku? Seperti tadi?"

"Aku meninggalkanmu? Apa semuanya kurang jelas? Apa aku harus mempermalukan diriku dan mengatakannya? aku tak sanggup"

"Apa karna hubunganku dengan Jihoon?" tanya Woojin tapi Seobi tak menjawab dan memalingkan wajahnya. Meskipun begitu woojin segalanya tentang kekasihnya itu. Seobi meremas tangannya sendiri itu tandanya seobi sedang menahan marah.

Woojin yang sejak tau berdiri, menyamakan posisinya dengan duduk di berlutut di hadapan seobi, suaranya melembut saat seobi masih tak mau menatapnya.

"hey.. tatap aku sebentar" ucap woojin menarik seobi agar menatapnya. Ia bisa melihat seobi menahan airamatanya agar, woojin menggenggam tangan seobi dan menarik nafas panjang sebelum bicara.

"Seobi~aa maafkan aku" hanya kata itu yang keluar dari mulut woojin.

"Apa kurangnya aku? Kenapa kau mengajak jihoon dan bukannya aku saat kau liburan? kenapa kau menghabiskan natal bersamanya sedangkan aku sendirian . Tentu aku berbohong saat aku mengatakan aku baik-baik saja saat kau membatalkan perjalanan natal kita ke tempat orang tuamu di busan sekaligus merayakan ulang tahun youngmin hyung? Aku kira saat itu kau terlalu sibuk tapi nyatanya kau bersenang-senang bersamanya."

"Woojin~aa aku tak pernah melarangmu untuk bersama jihoon, aku tak pernah mengekangmu melakukan apapun bukan,tp kenapa kau membohongiku? aku takkan melarangmu jika kau ingin pergi bersama jihoon atau menghabiskan waktumu dengannya. Membohongi seperti ini sangat melukai harga diriku, kebohonganmu merendahkan ku dan itu yang membuatku sangat terluka. Membohongiku seperti ini sama saja mengkhianatiku, mengkhianati kepercayaanku padamu."

"Seobi~aa Aku tak akan membela diriku. Aku tau aku yang bersalah disini. Maafkan Aku. Bukan maksudku untukku mengkhianatimu. Aku bersumpah demi apapun aku tak pernah mengkhiantimu. Apapun yang kau baca di handphone itu, itu hanyalah sebatas chat biasa dan apa yang aku lakukan dengan jihoon murni hanya persahabatan. Aku bersumpah tak ada apa-apa di antara kami. Dia sahabatku dan selamanya takkan pernah berubah. Begitu juga denganmu. Kau kekasihku, kau milikku, dan aku hanya milikmu dan akan selamanya seperti itu. Seobi~aa kumohon berikan aku kesempatan lagi."

MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang