03. Menyukai Sesuatu yang Tidak Diinginkan

5.3K 614 47
                                    

Apa itu artinya kamu emang tipe orang yang selalu menyukai sesuatu yang nggak kamu inginkan?

•••

Di atas sebuah bukit, Rasi berjalan menapaki jejak ke mana pun Biru melangkah. Menemani Biru yang asyik dengan kameranya, membidik pesona apapun yang menurut cowok itu indah. Tidak sedetik pun tarikan senyum Rasi memudar selama ia memerhatika Biru memotret.

"Kalau lo mau pulang, pulang aja," tutur Biru sembari melihat hasil jepretannya. "Gue masih lama di sini."

"Aku nggak mau pulang kalau nggak sama kamu."

Mengikuti Biru sampai di sini, meski Biru jarang sekali mengajaknya bicara memanglah kemauan Rasi sendiri. Biru tidak pernah mengajaknya. Biru cuma bilang, kalau ia ingin ke bukit untuk menunggu senja. Memenuhi hobi fotografinya, yang entah mengapa saat ini, ia sedang ingin sekali memotret merahnya langit senja.

"Biru." Dengan ada keraguan Rasi memanggil.

"Hm?"

"Cita-cita kamu jadi fotografer, ya?"

"Bukan," sahut Biru singkat.

"Kalau cita-cita kamu bukan fotografer, kenapa kamu suka mengambil gambar kayak sekarang?"

"Bagi gue semua hal baru akan terasa abadi, ketika kita dapat melihatnya berulang-ulang kapanpun kita mau," urai Biru tanpa menoleh pada Rasi yang mengajaknya bicara. Sepasang matanya serius menilik langit yang menjadi objek utamanya saat ini, dari berbagai sisi.

"Kamu suka sama fotografi, tapi kamu nggak bercita-cita menjadi seorang fotografer. Apa itu artinya kamu emang tipe orang yang selalu menyukai sesuatu yang nggak kamu inginkan?"

"Mungkin." Cowok itu menggedikkan bahunya tak acuh.

"Pantes aja kamu nggak bisa kasih kejelasan sama aku, walaupun kamu sadar kalau aku mengharapkan kejelasan itu sejak lama, dan pernah bilang kalau kamu suka sama aku." Rasi mendecak kecewa.

Tidak ada sahutan. Suasana hening sore menjelang malam itu hanya terisi oleh hembusan semilir angin. Hingga Rasi yang sebelumnya berdiri membelakangi Biru, lantas berbalik lantaran penasaran akan hal apalagi yang membuat Biru tidak merespon ucapannya barusan. Setelah sebelum-sebelumnya, setiap kali ia mengatakan hal yang sama, selalu ada saja hal yang mengalihkan perhatian Biru sampai tidak fokus akan apa yang ia ucapkan.

"Senjanya bagus," gumam Biru tak lama, sembari memasang posisi kameranya tepat di depan mata. Bersiap untuk bidikan selanjutnya.

Di pihak lain, Rasi yang sudah biasa terabaikan oleh Biru, tidak lagi merasa terabaikan. Gadis itu malah ikut memerhatikan langit senja seperti Biru, namun bedanya ia dengan mata telanjang. Tidak ada lensa apapun yang membantu penglihatannya.

Rasi tidak tahu apa yang membuatnya sedalam ini menaruh harap pada Biru, di saat Biru tidak pernah memberi kejelasan padanya. Tapi yang jelas Rasi tahu pasti saat ini adalah, dirinya selalu merasa nyaman berada di dekat Biru. Biru yang jarang bicara selalu berhasil menciptakan ketenangan dalam diri Rasi. Yang membuatnya tidak pernah memiliki keinginan lain dalam hidupnya, selain ingin terus berada di sisi Biru.

🌻

Rasi Bintang

Dua kata itu memang terdengar indah bila disandingkan.
Aku tidak pernah tahu kenapa orangtua kita memberi kita nama yang senada.
Apa karena mereka dekat, dan jarak lahir kita yang hanya berselang hari?
Jadi mereka telah merencanakannya?
Atau karena Tuhan memang menciptakan kita untuk hidup senada dan berdampingan?
Aku tidak paham betul soal itu.
Tapi yang baru aku coba pahami tadi pagi,
kata rasi dan bintang ada, digunakan untuk menghubungkan tiap titik bintang.
Dari bintang satu ke bintang yang lain,
hingga membentuk suatu rasi yang kita tahu makna di balik kemunculannya malam itu.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang