Bintang tidak tahu kenapa debarannya yang biasa ia rasakan hanya saat bersama Rasi, bisa ia rasakan pula saat dirinya bersama Kejora.
•••
Bintang berjalan lesu melewati koridor sekolahnya yang tampak masih sangat lengang dan sepi. Sebelum akhirnya ia berbelok masuk ke dalam kelasnya.
Bruk!
"Hoammm!" Sambil menguap, Bintang melempar tasnya yang langsung mendarat tepat di atas mejanya. Duduk, lalu meletakkan kepalanya di atas meja, dengan tas-nya sendiri yang ia jadikan sebagai bantalan untuk melanjutkan tidurnya lagi.
Namun rasanya belum terlalu lama Bintang memejamkan mata, tiba-tiba suara riuh sudah mengusik telinganya. Mata Bintang terbuka perlahan. Samar-samar terlihat sudah ada begitu banyak orang di kelasnya yang mengisi kursi masing-masing. Tertawa-tawa, bercanda, beberapa ada pula yang tengah menyalin tugas. Untung saja dari jauh-jauh hari Bintang sudah meminta Oskar untuk mengerjakannya. Walau tidak yakin akan jawabannya, setidaknya yang terpenting ia sudah mengerjakan tugas itu hari ini.
Hm. Sepertinya memang perasaan Bintang saja yang mengatakan belum terlalu lama. Karena nyatanya ia sudah tertidur hampir mau satu jam terhitung sejak kedatangannya tadi, pukul 5.35. Bintang sudah melipat kembali tangannya, bersiap untuk kembali tidur. Masih ada sepuluh menit sebelum bel masuk berdering.
"Eeeeeee.... Aaaaaahh. Eeeeeee... Aaahh!"
Belum sampai Bintang menutup mata, tiba-tiba saja sumber dari segala sumber kegaduhan tiba. Oskar kalau sudah diketemukan oleh Yogi, Gino, dan Astro, ributnya bisa beribu-ribu kali lipat lebih berisik daripada biasanya. Bahkan boleh jadi berisiknya mereka bisa berpotensi merusak gendang telinga anak-anak.
Melalui jendela kelas yang tidak tertutup gorden, terlihat mereka berempat datang berbarengan. Seperti sedang memimpin pasukan dangdut, Oskar berjalan sambil joget-joget tanpa tahu malu.
Sampai seketika Astro menyela, "Nyebut aahh-nya biasa aja dong. Jan ambigu gitu."
"Babi! Lo aja otaknya ngeres pagi-pagi gini. Gue, dah, disalahin!" elak Oskar.
"Emang elo ege, Kar." Gino ikut menimpali. "Kayak mendesah gitu. Kita kan lagi nyanyi. Ngapain lo desah-desah?"
"Tau!" Yogi menoyor kepala Oskar. "Lo pikir lagi naena!"
"Lo pada aja yang mesum, kampret!"
Mesum?
Mendengar kata itu tidak tahu kenapa membuat Bintang jadi malu pada dirinya sendiri. Terlebih ketika mengingat kejadian kemarin saat di dalam ruang teka-teki itu. Karena untuk pertama kalinya dalam seumur hidup Bintang, tidak pernah ia semesum ini. Apa sifat mesum dapat menular? Karena biasanya kan gadis itu yang mesum. Bukan dirinya!
Selain malu pada diri sendiri, belum lagi malu pada Mas-Mbak yang membuka pintu dan mendapati dirinya bersama Kejora sedang berposisi yang... Ah, tahulah! Bintang tidak mau mengingatnya. Lagi pula tanpa perlu ia perjelas semua orang juga pasti sudah pada tahu.
"Bangke! Keajaiban dunia macam apaan, nih, bisa-bisanya Si Bintang udah sampe duluan?!!" pekik Oskar yang terkaget-kaget, tidak menyangka melihat keberadaan Bintang saat ini.
"Ini beneran elo, Bi?!" Yogi mencoba untuk memastikan.
Sementara Astro menepuk-nepuk pipi Bintang, demi meyakinkan dirinya bahwa seseorang yang sudah duduk manis di dalam kelas sepagi ini memanglah Bintang.
Bintang yang malas menanggapi, tidak menggubris sama sekali ocehan-ocehan mereka. Karena hari ini ia memang sengaja berangkat pagi-pagi sekali. Biar apa? Biar tidak berpapasan dengan Kejora seperti biasanya ketika tiap kali ia keluar kamar mau pun ketika menuju meja makan untuk sarapan. Syukur saja mamanya belum pulang dinas kerja. Jadi tidak ada yang memaksanya untuk sarapan bersama. Tidak tahu besok akan seperti apa nasibnya. Akankah Dewa Fortuna berpihak padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...