300+ komentar untuk next part, yuk! jangan mau kalah sama pembaca TS^^,
***
"Setelah datang dan memberi harapan, kamu menghilang tanpa kabar untuk ke sekian kalinya."
•••
Dari kamar, Biru beranjak ke ruang tamu, setelah sebelumnya sang Bunda mengetuk pintu kamarnya dan memberitahu bahwa ada seorang teman yang mencarinya. Karena Biru pikir yang datang tidak lain adalah teman kampusnya, ia merasa tidak masalah untuk itu.
Namun tepat saat kakinya memijaki ruang tamu, tiba-tiba Biru tertegun dan tidak lagi sanggup melanjutkan langkahnya, ketika ternyata seseorang yang dilihat pertama kali olehnya tidak lain adalah Rasi. Biru membeku. Jangankan untuk menghindar, untuk menggerakkan kaki barang satu senti saja kali ini ia kesulitan. Tidak tahu kenapa, seketika Biru lupa bagaimana cara menggunakan persendian seluruh tubuhnya, karena yang bisa ia lakukan hanyalah memandangi gadis itu tanpa kata.
Rasi beranjak dari duduknya saat menyadari keberadaan Biru. Dengan langkah gontai, gadis itu berjalan menghampiri Biru dengan sorot mata yang berkaca-kaca, menatap lurus sepasang mata Biru.
Biru dan Rasi berdiri berhadapan dengan saling mengadu tatap. Dalam hitungan detik perasaan mereka berdua menjadi benar-benar tidak menentu. Ada senang bercampur sesak yang sama-sama dirasakan oleh keduanya, ketika saat ini takdir mempertemukan mereka kembali di waktu yang salah.
Senang, seolah-olah tidak percaya, karena setelah sekian lama saling memendam rasa yang hanya berujung pada rindu, akhirnya kini mereka bertemu. Akan tetapi sesak, karena pada kenyataannya mereka dipertemukan di saat keduanya sedang sama-sama berusaha untuk saling melepaskan dan melupakan satu sama lain.
"Kenapa lo bisa ada di sini?" Setelah cukup lama suasana hening menguasai batin masing-masing, Biru bertanya dengan masih mempertahankan sikap dinginnya.
Rasi menurunkan pandangannya yang mendadak menjadi kosong. Tangannya bergerak memukuli dada Biru, membuat Biru tidak mengerti. Yang tak lama kemudian, air mata gadis itu terjatuh membentuk garis di pipinya.
"Biru kamu jahat..." gumamnya sambil terus memukuli dada Biru. "Kamu jahat, Biru." Kini suaranya mulai terdengar bergetar. "Setelah datang dan memberi harapan, kamu menghilang tanpa kabar untuk ke sekian kalinya."
Gadis itu menangis dengan isak yang tak terdengar. Tiada henti memukuli Biru dengan emosi yang tertahan dalam kepalan tangannya. Di tatapnya kembali mata Biru dengan matanya yang penuh air. "Apa kamu tahu semenyedihkan apa aku? Aku merasa begitu sakit ketika kamu pergi meninggalkan aku tanpa aku tahu alasannya apa. Aku sakit tiap kali mendengar pertengkaran orangtuaku, karena tiap saat itu juga... aku selalu berharap kamu ada untuk memelukku walau hanya sekedar mengatakan; tenanglah, Rasi. Jangan cemas, karena semua akan baik-baik aja. Aku hampir mau mati selama kamu menghilang, dan orangtuaku terus bertengkar. Apa kamu tahu itu, Biru?"
Sesaat Rasi menurunkan tangannya. Kepalanya kembali tertunduk dalam. Sementara Biru masih memandanginya dengan mata yang memerah dan perasaan yang dipenuhi rasa bersalah. Lalu dengan cepat ia menarik tubuh gadis itu, memeluknya erat. Ia sungguh baru tahu kalau selama ini Rasi sesakit itu tanpanya.
Bersamaan dengan air mata yang menetes mengaliri wajah tanpa ekspresinya, ia pun menutur pelan, "Maafin gue, Ras. Gue nggak tahu kalau selama ini sesakit itu yang lo rasain. Gue benar-benar minta maaf, Ras."
"Aku nggak tahu hidup untuk apa, kalau semuanya terus berjalan seperti ini, Biru. Aku butuh kamu. Aku harus gimana supaya kamu nggak menjauh lagi dariku?" Kali ini gadis itu terisak, menangis dalam pelukan Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...