"Ya, jemput pacar-lah. Masa nggak boleh?"
•••
"Woah! Siapa, tuh, ganteng banget?"
"Mukanya kayak pangeran gitu, anjir!"
"Eh, tolong gue deg-degan liatnya!
Bel pulang baru saja berdering sekitar kurang dari lima menit yang lalu. Area koridor yang memang biasa ramai dilewati siswa-siswi yang ditumpahkan melalui pintu kelas, kali ini nyatanya tiga kali lipat lebih ramai dan berisik daripada biasanya. Keberadaan seseorang membuat nyaris semua kaum hawa saling bersahut-sahutan memuji ketampatannya.
Sementara Rasi yang merupakan satu dari segelintir orang yang baru keluar kelas usai setengah jam bel pulang berlalu, dibuat heran seheran-herannya manusia saat sedang heran, ketika tidak biasa-biasanya koridor utama yang seharusnya di jam-jam segini sudah sepi, terlihat sangat ramai dan menyesakkan orang-orang.
"Ada apa, sih, rame bener?"
Tepukan tangan seseorang di bahunya dengan suara yang mengagetkan, seketika membuat Rasi tersentak dan menoleh spontan.
Aurel ternyata. "Ada apa? Kedatengan artis, ya, sekolah kita?"
"Ah, kamu, nih! Udah tadi ninggalin aku di kelas sendirian, terus sekarang tahu-tahu ngagetin begini. Kalau aku mati jantungan gimana? Terus keinjek-injek mereka, badanku gepeng. Gimana, hayo?" pikir Rasi berlebihan. "Kalau⸻"
Belum selesai Rasi menggerutu lagi, Aurel langsung memotongnya dengan menarik tangan gadis itu untuk mengikutinya. "Gue penasaran, ada apaan sampai bisa seheboh ini."
"Sumpah, tiga tahun gue sekolah di sini, delapan belas tahun gue hidup di dunia, baru sekarang gue ngeliat orang yang gantengnya bener-bener di luar nalar!"
"Gantengnya kelewatan. Nggak keterima sama akal-logika gue!"
Obrolan histeris dua adik kelas, seketika membuat Aurel berhenti. Tentu juga dengan Rasi.
"Ada artis, ya?" tanya Aurel pada mereka.
"Bukan artis lagi, Kak. Tapi pangeran!" sahut salah satu dari mereka menggebu-gebu.
"Nih, Kakak butuh ini kalau mau liat dia." Satu yang lainnya tiba-tiba memberikan Aurel dan Rasi masing-masing selembar tisu. "Karena kalau jiwa Kakak lemah, Kakak pasti bakal mimisan liat kegantengan cowok itu!"
"Masa, sih?" tanya Aurel tidak percaya dengan kernyitan di dahi. Karena sumpah demi Tuhan ini sudah kelewat batas berlebihan.
Dua adik kelasnya itu mengangguk. Suasana masih ramai. Tambah ramai mengelilingi Rasi, ketika Pangeran Tampan yang dua adik kelasnya maksud itu menoleh.
Dan berjalan menghampiri mereka.
"Biru? Kamu ngapain di sekolahku?" kejut Rasi.
"Ya, jemput pacar-lah. Masa nggak boleh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...