"Gue nggak bilang lo jelek, ya. Tapi alhamdulillah kalau emang lo sendiri yang nyadar diri. Dan soal kegantengan gue... gue rasa hal itu udah nggak perlu dipertanyakan lagi. Iya, kan?"
•••
"Bang Biru, Bang Biru, lihat deh! Jingga baru habis dibelikan boneka sama Bunda." Dengan membawa sebuah boneka berbulu di antara apitan kedua tangannya, seorang gadis cilik berambut panjang tiba-tiba berlari riang menghampiri Biru yang sedang berhadapan dengan laptop di kursi meja belajar dalam kamarnya.
Tak lama datang lagi gadis cilik lainnya yang memiliki postur tubuh lebih kecil, berponi, dan panjang rambutnya hanya seleher―persis seperti karakter kartun Dora, menyusul dengan membawa sebuah boneka yang berbeda juga. Ikut menghampiri Biru sembari berseru, "Nila juga dibelikan, Bang Biru!"
Jingga Raskala dan Putih Vanila. Mereka adalah adik-adik Biru, yang saat ini keduanya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Usia mereka tidak terpaut jauh, hanya berselisih angka 2. Jingga 10 tahun, sementara Nila 8 tahun. Walau mereka memiliki ayah yang berbeda dengan Biru, akan tetapi Biru sangat menyayangi mereka layaknya adik kandung.
"Tapi lebih lucu punya Jingga kan, Bang?" sahut Jingga, meyakinkan Biru dengan cara menyodorkan bonekanya agar Biru dapat melihat lebih dekat.
"Ih, ngarang! Lebih lucu punya Nila, kali!" Kali ini Nila menandas, tidak mau kalah dengan kakaknya. "Punya Kak Jingga, mah, bentuknya nggak jelas. Kayak monster, serem, iihhh." Nila bergidik sambil menjauh dari boneka yang dipegang oleh kakaknya.
"Ini emang monster, tau. Tapi monster baik. Lucu, lagi." Sesaat Jingga memeluk bonekanya. Sebelum kemudian tatapannya kembali sinis ke arah Nila, adiknya. "Kamu norak, sih, nggak pernah nonton monster inc, ya?"
"Coba aja, kita tanya langsung sama Bang Biru." Dari Jingga, Nila langsung beralih pada Biru. "Bang, menurut Bang Biru bonekanya lebih bagus mana? Yang punya Nila, atau yang punya Kak Jingga?"
Biru yang sejak tadi memilih diam terlebih dahulu, memerhatikan tingkah lucu nan menggemaskan kedua adiknya, seketika tersenyum seraya mengambil dua boneka itu dari tangan Nila dan Jingga.
"Coba tunggu sebentar, Abang bandingkan dulu, ya," ucap Biru dengan nada lembut pada dua gadis cilik yang berdiri di hadapannya sekarang.
Sejenak Biru mengamati detil boneka moster inc dan boneka teddy bear itu dengan seksama. Berlaku seolah-olah ia memang sedang meneliti mana yang lebih bagus, sesuai dengan permintaan Jingga dan Nila.
"Yang mana, ya, yang lebih bagus. Kayaknya yang..." gumam Biru yang sengaja menggantungkan kalimatnya bertujuan untuk menggoda Nila dan Jingga.
Namun bukannya memedulikan hal tersebut, Nila dan Jingga tiba-tiba malah saling melempar tatap satu sama lain, ketika mereka menyadari sesuatu yang justru Biru tidak sadari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...