65. Pergi Secepat Ini

809 180 58
                                    

untuk baca part ini... aku saranin baca dulu part sebelumnya biar lebih nyambung dan gak lupa jalan ceritanya. biar lebih dapet lagi feelnya. biar kalian ingat, seperti apa Rasi, Bintang, Kejora, dan Biru, beserta kisahnya.

dan selain itu...

jangan lupa sedia tisu, atau dengarkan lagu yang aku rekomendasikan nanti, pada saat membaca ya!


So, happy reading❣️

NOW PLAYING🎶
Terlalu Cinta - Rossa

***

"Kehilangan emang menyakitkan. Tapi percaya atau nggak, menjadi bangkit untuk diri sendiri adalah obatnya."

***

Detik demi detik berlalu. Berubah menjadi menit. Namun Bintang hanya menggunakan waktunya untuk memandangi sebuah figura di ruang tamu rumah Rasi, yang memajang potret dirinya dengan Rasi di waktu 10 tahun silam, saat mereka baru menginjak usia 6 tahun. Tanpa ada gurat ekspresi di wajahnya, Bintang membungkam, dengan segala sesak yang membendung di dadanya. Sesak, yang rasanya sudah benar-benar tidak mampu lagi ia tahan, lantaran ada begitu banyak hal yang dia sesali pada Rasi, tanpa sempat untuk memohon maaf.

Karena bahkan di saat terakhir dia bertemu gadis itu, sikapnya malah acuh tak acuh, ketika Rasi berupaya untuk mengejarnya. Setelah entah sudah berapa lama gadis itu menunggu tanpa Bintang ketahui. Namun yang jelas Bintang tahu pasti adalah, ketika dirinya membiarkan gadis itu terjatuh meski saat tengah mengejarnya. Yang Bintang tahu pasti adalah ketika gadis itu menangis memegangi lututnya yang terluka, dan mengatakan sesuatu tentangnya untuk kali yang terakhir.

"Bintang kenapa kamu berubah?"

Mata Bintang memerah. Lalu tak lama tetes demi tetes air mata berjatuhan di pipinya. Bintang menangis tanpa bisa terisak. Kalimat terakhir yang Rasi ucapkan padanya saat itu, Bintang benar-benar menyesal sampai rasanya ia ingin sekali mati agar bisa menebus segala penyesalannya. Penyesalan yang tiada artinya ini, nyatanya sungguh mampu membuat Bintang menderita. Membuat Bintang tersiksa bahkan pada tiap tarikan napasnya.

"Maafin aku, Ras..." Bintang melirih, pilu.

Bahkan berhari-hari semenjak kepergian Rasi, rasanya tiap detik yang Bintang miliki di muka bumi ini sangat amat memberatkan untuknya, dan dia tidak sanggup untuk menahannya terlalu lama. Bintang akui, selama ini dia memang terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri, namun bukan berarti dia bisa hidup tanpa gadis itu walau hanya beberapa saat.

Bintang memang benci merasa kehilangan seseorang yang dia sayang, semenjak bertahun-tahun lalu papanya pergi meninggalkannya. Termasuk kehilangan Rasi. Namun saat ini di sisi lain, dia juga merasa bersalah atas rasa kehilangan tersebut.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang