08. Menunggu

3.2K 423 26
                                    

Tahu, seberapa sulitnya bertahan untuk menunggu akan sesuatu yang tak kunjung datang?

•••

"Ras, gue duluan, ya!" seru Aurel, satu di antara sekian banyak teman sekelas Rasi.

"Iya, Rel. Kamu hati-hati di jalan." Rasi melambaikan tangannya dengan senyuman pada Aurel. Sesaat setelah Aurel berlalu, perhatian Rasi kembali tertuju pada benda pipih berukuran 5 inch di tangannya. "Bintang ke mana, sih? Kok, nggak jemput-jemput aku, ih, sebel!"

Rasi Aquilla: P

Rasi Aquilla: P

Rasi Aquilla: P

Rasi Aquilla: P

Rasi Aquilla: Bintang, kamu di mana?

Rasi Aquilla: Aku udah mau kering, nih, nungguin kamu!

Rasi Aquilla: Bintang😡

Karena di dalam sudah mulai sepi, Rasi berdiri di samping gerbang sekolahnya yang masih terbuka lebar, menunggu kedatangan Bintang.

Satu menit-dua menit telah terlewat. Sampai sekitar hampir tiga puluh menit berlalu lagi, Rasi putuskan untuk menelepon Bintang. Karena di-chat pun percuma. Chat Rasi sebelumnya saja tidak terbalas.

Calling Bintang...

Tuutt tuutt

Sambil terus mencoba menghubungi Bintang, Rasi menengok ke kanan dan ke kiri. Karena memang lokasi sekolah Rasi yang terbilang strategis, dapat ditempuh melalui banyak jalan. Maka dari itu Bintang terkadang datang dari arah kanan, tapi tidak jarang juga cowok itu datang dari arah kiri.

Maaf, nomor yang anda tuju

Belum habis sang operator berbicara, Rasi langsung mematikannya. Kemudian ia segera menghubungi Bintang kembali.

Sampai panggilan yang ke sekian kalinya pun, Bintang masih belum mengangkat. Namun tidak lama berselang, sebuah mobil yang sangat Rasi kenali pemiliknya tiba-tiba melaju mendekat ke arahnya, lalu berhenti benar-benar di hadapannya.

Seseorang yang menjadi pemilik sekaligus pengemudi mobil itu keluar.

"Biru? Kamu ngapain ke sekolahku?" tanya Rasi terheran-heran.

Rasi masih sungguh tidak menyangka akan keberadaan Biru di hadapannya saat itu. Tidak biasanya Biru tiba-tiba mendatangi Rasi sampai ke sekolah seperti ini, tanpa memberitahu Rasi lebih dahulu. Apalagi seingat Rasi, Rasi merasa dirinya tidak memiliki janji apa-apa dengan Biru. Jadi untuk apa Biru menjemputnya hari ini?

Tiiiin Tiiinn

Bintang menekan klakson si Cinta kuat-kuat. Bersahut-sahutan dengan klakson kendaraan lainnya. Bukan hanya Bintang, pengendara lain pun merasakan hal yang sama seperti yang Bintang rasakan. Tidak sabar. Mereka semua saling berlomba-lomba ingin mendapat jalan lebih dulu. Terjebak macet di saat matahari sore sedang terik-teriknya bukanlah hal yang mudah untuk dilewati. Sesaat Bintang menengok arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Ah, sial! Rasi pasti udah nunggu gue daritadi," umpat Bintang, ketika yang ia lihat waktu sudah berlalu hampir satu jam setelah bel pulang berdering.

Tiiin Tiiinn

Bintang kian gusar menekan klakson motornya. Selain karena kepanasan, Bintang juga tidak suka membuat Rasi menunggu. Karena Bintang tahu, seberapa sulitnya bertahan untuk menunggu akan sesuatu yang tak kunjung datang.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang