13. Perjanjian

3.1K 402 18
                                    

Tertanda, Bintang-Kejora.

•••

"Makasih banyak, ya, Tan," ucap Kejora seraya mengecup punggung tangan Naina.

Sesaat bibir Naina menipis. "Iya, sama-sama. Nanti kalau Bintang macem-macem sama kamu di sekolah, kamu bilang aja sama Tante, ya. Biar Tante yang turun tangan."

"Siap, Tante!" Kejora tertawa. Dalam hati menggerutu, andai saja Bintang memiliki sikap yang sama perhatiannya dengan Naina, mungkin Kejora akan betah mau tinggal berlama-lama di rumah mereka juga.

Kejora turun dari mobil berwarna silver milik Naina. Berjalan menelusuri koridor, menuju kelasnya. Namun saat Kejora melewati tikungan koridor, tiba-tiba Kejora dikejutkan dengan tangan seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Lalu menarik tubuhnya hingga terpentok di balik dinding.

"Hmmffppf!" Teriakan Kejora tertahan sampai akhirnya ia kerahkan seluruh tenaganya untuk menyingkirkan tangan seseorang itu dari mulutnya. "Lo si―"

"Ssssst!" Seseorang itu berdesis pada Kejora, memosisikan jari telunjuknya di tengah bibir.

Sejenak Kejora mempertegas penglihatannya. "Bintang?"

"Iya, ini gue."

"Lo ngapain, sih, pakai nyulik-nyulik gue segala?"

"Idih, ngapain gue nyulik lo? Rugi gue yang ada!" decih Bintang mentah-mentah. "Denger, ya, gue tarik lo ke sini karena gue cuma mau ngingetin lo, untuk jangan pernah kasih tau siapapun di sekolah ini, kalau kita tinggal serumah. Ngerti?! Harus ngerti!"

Belum Kejora menyahut sepatah kata pun, Bintang langsung meninggalkan Kejora acuh tak acuh di area koridor sepi yang memang paling jarang dilewati siswa. Sumpah demi kecoa bunting, baru kali ini Kejora melihat orang semenyebalkan Bintang!

☆☆☆

Rasi Aquilla: Biru, lagi apa?

Rasi Aquilla: Kamu sibuk, ya?

Rasi Aquilla: Biru?

Rasi memandangi layar ponselnya. Terlihat beberapa kali Biru online. Namun entah mengapa sampai detik ini Rasi belum-belum juga mendapat balasan dari cowok itu.

"Ras, makanan lo nggak dimakan? Ntar keburu bel, lho," ujar Aurel, yang tidak ingin seporsi nasi dan ayam goreng di piring Rasi mubazir.

"Iya-iya aku makan." Rasi menyuap sesendok nasi bercampur sedikit potongan ayam ke dalam mulutnya. Tapi setelah itu perhatiannya kembali teralih pada layar ponselnya yang menyala.

Sampai saat tertera tulisan online tepat di bawah nama kontak Biru, tanpa berpikir lagi Rasi segera meneleponnya.

"Ras, lo kalau nggak laper, mending itu makanan buat gue, deh."

Alih-alih menggubris ucapan Aurel, Rasi fokus mendengarkan nada sambung panggilannya pada Biru.

"Maaf, nomor yang anda tuju, tidak menjawab. Silakan―"

Rasi mematikan ponselnya. Hembusan berat pada napasnya seketika terdengar sangat jelas.

☆☆☆

"Oke, jadi untuk kegiatan Hima kita kali ini gue akan mengusung tema―"

Drt drt drt

Di tengah-tengah rapat, getaran ponsel Biru yang tergeletak di atas meja lagi-lagi membuat semua orang di sana menjadi salah fokus. Bahkan getaran yang kali ini mampu membuat Dhani, seseorang yang merupakan ketua himpunan, seketika berhenti berbicara.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang