54. Life Must Go On

2.3K 365 112
                                    

SELAMAT MEMBACA~

***

Life must go on, and people change. Yang jahat gak akan selamanya jahat, karena yang baik pun gak akan selamanya bisa terus berbuat baik. Tugas kita sebenernya cuma satu. Memaafkan, lalu hidup dengan lebih baik.

•••

Di tengah ramainya suasana kantin, Naomi yang baru hendak menyuap sesendok nasi goreng, suapannya harus tertunda ketika Kejora tiba-tiba meminta untuk kembali ke kelas meskipun saat itu makanannya masih belum tersentuh sama sekali.

"Nom, gue balik kelas duluan, ya? Lo nggak apa-apa kan gue tinggal sendiri?"

"Sekarang banget lo mau balik ke kelas? Makanan lo aja belum dicolek sama sekali, tuh," tunjuk Naomi dengan mengerucutkan bibirnya ke arah piring di hadapan Kejora.

"Lo habisin aja, deh. Nggak laper sama sekali gue," sungut Kejora dengan melirik makanannya tak selera. "Udah, gue ke kelas, ya?"

"Gue ikut, deh. Tapi bentar, bentar." Tidak ingin terlalu rugi karena meninggalkan makanan dan minuman yang baru saja dibelinya dengan keadaan utuh seperti yang dilakukan Kejora, Naomi menyempatkan sekian detiknya terlebih dahulu untuk melanjutkan suapannya yang tertunda tadi, lalu menyeruput sedikit es jeruknya. Sementara Kejora yang sudah terlihat berjalan semakin jauh, membuatnya harus mengejar.

"Ra, lo kenapa, sih? Gue perhatiin aneh banget dari tadi pagi."

Tanpa menggubris, dengan langkah terburu-buru seperti orang yang gelisah berat dan berada di tengah keramaian membuatnya merasa ingin mati, Kejora bergegas keluar dari area kantin. Sehingga Naomi juga langsung meninggalkan makan siangnya demi mengejar karibnya yang satu itu.

"Kejora, tungguin, kek! Lo kenapa, sih, buru-buru banget!"

Bruk!

Bukan berbalik, Kejora malah tampak terburu-buru mempercepat langkahnya, yang membuatnya tak lama menabrak tubuh Bintang yang berjalan dari arah berlawanan.

"Heh, mesum, lo kalau jalan yang bener dong. Mata lo masih berfungsi kan?" marah Bintang yang sebenarnya tidak benar-benar marah. Ia hanya mencoba memancing keributan saja dengan Kejora seperti biasanya, dengan harapan Kejora akan memakinya saat itu juga.

"Maaf, maaf, gue gak sengaja. Maaf banget, ya, gue yang salah kok."

Dalam diam Bintang berusaha untuk terlihat biasa, meski sebetulnya jauh di dalam hatinya ia sangat heran setengah mati melihat reaksi gadis itu. Pasalnya, sangat bukan Kejora meminta maaf dan mengakui kesalahan secara terang-terangan, apalagi pada Bintang yang dapat dibilang adalah musuh besarnya.

Yang Bintang tahu justru emosi Kejora akan mudah berapi-api jika berurusan dengannya. Berbeda sekali dengan sekarang.

Hingga saat mata mereka bertemu tanpa disengaja, Kejora terpaku menatap Bintang dengan rasa nyeri yang membuatnya menjadi sesak napas seakan ada lilitan yang begitu kuat di bagian inti jantungnya.

Seperti dijeda, Bintang dan Kejora sempat hening saling bersitatap. Kejora memberi tatapan penuh arti, namun sayang Bintang tak mampu membacanya. Dapat dibilang, Bintang memang manusia paling tidak peka dalam urusan ini. Sampai tiba-tiba saja, setetes air mata yang jatuh di pipi Kejora membuatnya mulai menyadari sesuatu.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang