26. I Miss Her

2.4K 327 27
                                    

"Puas lo, liat dia udah sama cowok lain?"

•••

"Bintang ke mana, sih!" Sambil memegangi ponsel, Rasi sesekali menengok kanan-kiri, memandang jauh ujung jalan yang terlihat olehnya. Tidak henti-henti, Rasi juga mengoceh sendiri, lantaran kakinya mulai pegal juga berdiri menunggu Bintang menjemputnya hampir setengah jam di depan gerbang, tetapi tidak kunjung datang.

Tambahan keadaan sekolah yang sudah sepi, juga tidak memungkinkan bagi Rasi untuk kembali masuk dan menunggu di dalam. Beruntung juga karena Aurel mau menemani Rasi, jadi Rasi tidak sendirian.

"Coba hubungi lagi. Spam chat yang banyak!" saran Aurel.

"Iya, ini udah aku chat banyak banget. Ditelepon juga nggak diangkat." Sesaat Rasi melihat langit. Awan di sana nampak menggelap. "Kayaknya mau hujan, deh."

Aurel ikut menengadahkan kepalanya. "Eh, iya, Ras. Kita cari tempat teduhan dulu. Udah mulai gerimis."

Tiin tiinn

"Non Aurel, Nyonya minta Non Aurel pulang sekarang. Soalnya mau hujan!"

Belum sempat Rasi dan Aurel menemukan tempat berteduh, tiba-tiba seruan suara Pak Nurman, supir keluarga Aurel, dari dalam mobil yang disertai dengan pekikan klaksonnya, membuat langkah mereka berdua sama-sama tertahan dan menoleh ke sumber suara.

Tidak tega meninggalkan Rasi sendirian menunggu, Aurel memberi sahutan pada supirnya, "Nanti lima menit lagi, ya, Pak."

"Nanti saya yang diomelin, Non. Saya juga lupa bawa payung. Kalau sampai Non kehujanan terus sakit, bisa kehilangan pekerjaan saya, Non," timpal Pak Nurman. Yang menjadikan Aurel kini bukan hanya iba pada Rasi, melainkan juga pada dirinya.

"Kamu pulang duluan aja, Rel. Aku biasa, kok, nunggu Bintang kayak gini."

"Beneran?"

Rasi mengangguk meyakinkan. Walaupun tetap saja Aurel tidak yakin.

"Atau lo bareng gue aja, deh, Ras. Jadi nanti gue minta Pak Nurman anter lo dulu gitu."

"Nggak usah, Rel. Takutnya kalau aku bareng kamu, Bintang dateng nyariin aku nggak ada."

"Emang lo yakin dia pasti jemput?"

"Iya. Kalau nggak bisa jemput, Bintang pasti udah kabarin aku dari sebelumnya."

Aurel diam, nampak menimbang-nimbang keputusannya. "Yaudah, deh. Kalau gitu gue duluan, ya? Lo beneran nggak apa-apa nunggu sendiri?"

Dengan menipiskan bibirnya, Rasi mengangguk mantap. Sampai akhirnya ia baru bisa menghela napas panjang, ketika Aurel sudah masuk ke dalam mobil, yang kemudian berlalu bersamaan dengan empat roda yang berputar paska berbalik arah.

Rasi menengok ke kanan dan ke kiri. Pandangannya menjelajah tempat yang berada di sekelilingnya. Mencari tempat yang sekiranya bisa untuk berteduh.

Lantas saat menemukannya, kaki Rasi segera berlari kecil menuju ke sana.

Sedangkan tidak jauh dari sana, di dalam sebuah mobil yang terparkir, Rasi tidak tahu kalau ada seseorang yang sejak tadi bertahan memerhatikannya dari kejauhan, dengan ditemani oleh seseorang lainnya.

🌩

Low battery. Shutting down...

"Argh!" Bintang meremas ponselnya yang baru ia sadari kalau dayanya hanya tinggal tersisa 2%. Sehingga belum sempat ia mengirimkan pesan yang diketikanya pada Rasi, benda pipih itu sudah langsung mati dengan sendirinya.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang