"Karena setiap manusia yang datang, pasti akan ada waktunya untuk pergi."
•••
Bintang merebahkan tubuhnya. Mengingat tangisan Kejora tadi entah kenapa membuat Bintang kini jadi susah tidur. Perasaannya gelisah. Berbalik ke kanan-ke kiri di atas ranjang pun tidak berhasil meredakan kegelisahannya. Untuk pertama kalinya Bintang melihat Kejora menangis, untuk pertama kalinya pula ia berani untuk memeluk gadis itu. Dan untuk pertama kalinya juga, ia merasa sekhawatir ini akan sesuatu yang padahal tidak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan dirinya. Dan sesuatu itu bukan tentang Rasi.
"Ck!" Bintang mendecak, dengan punggung terangkat kembali duduk.
Tidak suka merasakan hal itu, Bintang putuskan untuk bangkit. Bergegas keluar dan langkahnya berhenti tepat di depan pintu kamar Kejora yang bersebelahan dengan pintu kamarnya. Tangan Bintang sudah terangkat. Bersiap mengetuk, dan menemui Kejora untuk sekedar bertanya, 'apa lo baik-baik aja?'.
Akan tetapi belum sampai itu terjadi, tiba-tiba Bintang ragu.
Kalau tentang Rasi, biasanya Bintang tidak pernah ragu. Namun tidak tahu kenapa kalau tentang Kejora, Bintang selalu saja ragu. Selalu berpikir seribu kali tiap kali ingin melakukan sesuatu untuk gadis itu, terkecuali kalau memang keadaannya sudah mendesak seperti tadi yang membuatnya tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk gadis itu.
Urung akan niatnya, seketika Bintang menurunkan tangannya kembali. Lalu memilih untuk duduk saja di depan pintu kamar gadis itu, dengan punggung bersandar dan kedua kaki yang sedikit tertekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...