BINTANG ANDROMEDA
kalau lagi ngeliatin Kejora
• • •
Selagi berjalan menuju tempat di mana mobil Bintang terparkir, Kejora menyejajarkan langkahnya dengan langkah Bintang, kemudian bertanya, "Tang, lo kan suka main piano, ya?"
"Terus?" Bintang berbalik tanya dengan sebelah alis terangkat.
"Lagu favorite lo apa?"
Sesaat Bintang terdiam. Mengingat lagu favorite-nya sama saja seperti mengingat sesuatu yang tidak akan pernah mungkin terjadi, meskipun itu adalah harapan terbesarnya. "The Days That Will Never Come."
"Oh, pantes aja gue perhatiin lo sering banget mainin lagu itu di ruang musik."
"Lo sering merhatiin gue?"
"Eh, nggak!" ralat Kejora, cepat. "Maksudnya, gue sering banget liat lo mainin lagu itu tiap kali gue lewatin ruang musik."
"Ruang musik kan kedap suara?" Bintang menembak, enteng. Tanpa sadar ia malah membuat lawan bicaranya gelagapan sendiri.
Kejora menggaruk kepalanya bingung mesti jawab apa, di saat kenyataannya bisa dibilang ia memang sempat beberapa kali menguntit Bintang di ruang musik. "Iya, emang kedap suara. Tapi, tetep kedengeran kok samar-samar," alibinya yang sejauh ini masih bisa diterima oleh Bintang.
"Gitu? Oh...." Bintang memanggut-manggutkan kepala. "Lo sendiri? Kayaknya tertarik banget sama piano? Ada lagu favorite?"
"Kalau lagu favorite gue Spring Time."
"Oh, tahu-tahu!" respon Bintang agak antusias. "Bisa maininnya?"
"Gue nggak bisa main piano, ehehe," kekeh Kejora. "Tapi gue tetep interested banget sama alat musik yang satu itu. Gue suka sama semua bunyi yang dihasilkan oleh setiap tuts-nya. Yang kalau dipadu-padankan itu melodinya bisa kayak sihir yang bisa menghipnotis orang-orang dengan ketenangan yang tercipta."
Mendengar gaya bicara dan penggunaan kata yang keluar dari mulut Kejora barusan jelas saja membuat Bintang tiba-tiba menahan tawa. "Omongan lo langsung beda, ya, kalau udah bahas ginian. Emangnya apa yang bikin lo tertarik sama piano pertama kali?"
"Pertanyaan lo salah. Bukan apa, tapi siapa."
Seketika dahi Bintang mengernyit akan pembetulan Kejora.
"Yang bikin gue tertarik sama piano pertama kali itu ibu gue. Nggak tau apa alasannya, yang pasti beliau selalu bisa buat gue tenang dengan permainan pianonya."
Ah, iya, Bintang baru ingat, kalau hubungan Milka dan Kejora bukanlah ibu dan anak. Melainkan tante dan keponakan.
"Nyokap lo bisa main piano, terus kenapa lo nggak bisa? Kenapa juga lo nggak minta ajarin sama beliau? Karena menurut gue seharusnya, kalau lo suka sama suatu alat musik, apapun itu, lo pasti bisa maininnya." Sikap Bintang yang banyak bertanya, pertanda bahwa secara tidak sadar dirinya mulai tertarik ingin tahu lebih mengenai Kejora. Ya, secara tidak sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...