"Kan kamu sendiri yang bilang kalau kita akan jadi sahabat selamanya."
"Tapi kan, kamu sendiri juga yang bilang kalau di dunia ini nggak ada satu pun hal yang bersifat selamanya."
•••
Mendapati Bintang yang tidak biasa-biasanya sudah berpenampilan rapi di pagi hari, apalagi ini adalah hari Minggu, tentunya Naina bertanya dengan penuh keheranan. "Bintang kamu mau ke mana jam segini udah rapi?"
"Kepo aja Mama."
"Yee, ditanya sama orangtua bukannya nyahut yang benar. Ajak Kejora sana kalau mau main. Kasihan, dia pasti bete di rumah terus akhir pekan begini."
"Apaan, sih, Ma. Bintang mau pergi sama Rasi. Masa mau naik motor bertiga? Kayak terong bawa cabe-cabean aja." Tiba-tiba Bintang bergidik ngeri membayangkannya.
"Ya sudah, kalau gitu kamu bawa mobil Mama aja. Gampang, kan? Sebentar Mama panggilkan Kejora dulu. Kamu tunggu di ruang tamu."
"Idih, Mama apa-apaan, sih! Siapa juga yang mau ngajak―"
"Kejora!" Belum tuntas Bintang mengeluh, Naina main langsung mengambil keputusan sendiri. Memanggil Kejora yang saat itu masih belum keluar dari dalam kamar.
"Iya, Tante, ada apa?" sahut Kejora yang segera membuka pintu kamarnya.
"Kamu hari ini nggak ke mana-mana kan?"
Kejora menggeleng. "Nggak, Tan. Kenapa?"
"Nah, daripada kamu bete di rumah, mending kamu ikut main sama Rasi dan Bintang, gih, Bintang udah nunggu kamu di bawah."
"Hah? Ta-tapi, Tan―"
"Udah jangan pakai tapi-tapi. Ikut aja sana. Jenuh, tahu, kalau di kamar terus-terusan. Enak main ke luar, cari udara segar. Iya, kan?" Kemudian tanpa basa-basi Naina memutar bahu Kejora, mengarahkannya untuk kembali masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. "Sudah, sekarang sana cepetan kamu mandi. Dandan yang cantik, siapa tahu nanti Bintang naksir kamu."
Kejora yang tidak diberi kesempatan untuk menyahut lagi, terpaksa tidak memiliki pilihan lain selain menuruti apa yang diperintah oleh Naina.
🌩
Rasi agak terbengong ketika mendapati seonggok mobil yang ia kenali betul pemiliknya bukanlah Bintang, melainkan mamanya cowok itu, terparkir di pinggir ruas jalan depan rumahnya. "Kita naik mobil mama kamu?" tanya Rasi pada Bintang yang entah sejak kapan sudah menunggunya, berdiri di samping mobil tersebut, bersama dengan seseorang dengan wajah yang begitu asing baginya.
"Hm." Bintang mengangguk. "Ras, kamu nggak masalah, kan? Kalau aku ngajak cunguk satu ini? Soalnya Mama yang―Argh!"
Melihat Bintang menunjuk dirinya saat menyebut cunguk, kontan tidak segan-segan Kejora menginjak kaki Bintang sekuat tenaga.
"Apaan, sih, pake nginjek kaki gue segala?!"
Menanggapi celotehan Bintang, Kejora hanya melempari pelototan tajam yang menusuk.
"Nggak apa-apa, kok." Rasi berjalan mendekat. "Nama kamu siapa?"
"Gue Kejora," ujar Kejora disertai dengan uluran tangan tepat ke arah Rasi.
Rasi tersenyum. Seraya menjabat tangan Kejora, ia membalas, "Aku Rasi."
Selama beberapa saat Kejora diam-diam mengamati Rasi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah sekian lama mengenal Rasi hanya dari sebatas nama saja, akhirnya Kejora memiliki kesempatan juga untuk berkenalan secara langsung dengan perempuan itu, yang katanya merupakan sahabat Bintang sejak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...