15. Senyum Palsu

3.2K 418 33
                                    

"Coba aja lo selalu menunjukkan sisi tenang lo yang kayak gini. Mungkin lo bisa bikin gue lupa sama perasaan gue ke Rasi."

•••

"Ras, ini aku."

Menghafali suara Bintang, Rasi buru-buru bangkit. Membukakan pintu yang langsung menampakkan sosok Bintang, berdiri di hadapannya.

"Bintang..." Tanpa ragu Rasi memeluk pinggang Bintang begitu erat. Menangis kembali dengan suara isak yang teredam di dada Bintang.

Bintang mengusap puncak kepala Rasi. Sampai ketika gadis itu mulai melonggarkan pelukannya, tanpa bertanya Bintang mengusap kedua pipi Rasi secara bergantian. Menyingkirkan air mata yang membekas di sana. Melakukan apa yang biasanya ia lakukan sejak kecil, tiap kali mendapati Rasi menangis.

"Jangan nangis lagi, ya," ucap Bintang dengan senyuman tipis seraya menyelipkan rambut Rasi di balik telinga gadis itu. "Om Januar dan Tante Maya pasti bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Jadi kamu nggak perlu mengkhawatirkan mereka. Kamu juga nggak perlu takut akan apapun, karena sampai kapan pun, aku akan terus memegang janji kecil kita. Aku akan selalu ada untuk menemani kamu kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apapun."

Bintang tidak suka melihat air mata Rasi, karena Bintang tidak suka Rasi menangis. Meskipun Bintang tahu, selain Biru, pertengkaran orangtua Rasi yang sudah lama tiada ujung itu memang biasa menjadi alasan Rasi menangis.

💕

Naina mengangguk. "Iya, Rasi. Anak sahabat Tante dari SMA. Rumahnya di seberang rumah ini, makanya kami dekat sampai sekarang. Malahan kami nikah di tahun yang sama, punya anak di tahun yang sama juga. Cuma bedanya, dia udah anak kedua, karena Tante memang sempat kesulitan untuk memiliki keturunan sekitar dua sampai tiga tahun paska menikah. Tapi karena kebetulan itu, dari semenjak Rasi dan Bintang masih dalam perut, kami sudah berandai-andai, memikirkan mau memberi anak kami nama yang kedengarannya senada."

"Senada?" tanya Kejora yang masih belum menangkap betul apa maksudnya.

"Iya, senada. Kalau anak kami sama-sama perempuan, kami sepakat mau menamai mereka Cahaya dan Mentari. Kalau laki-laki, kami sepakat untuk menamai mereka Surya dan Kencana," tutur Naina dengan pandangan ke atas, seakan sedang membayangkan saat kejadian yang diceritakannya itu sedang berlangsung. "Tapi ketika tahu kalau yang keluar ternyata laki-laki dan perempuan, jadi Tante kasih usul untuk nama mereka Rasi dan Bintang. Dan usulan Tante itu langsung diterima sama sahabat SMA Tante itu, mamanya Rasi."

"Eh, iya, aku baru sadar nama mereka bagus, ya, kalau disatukan, Tan. Lucu, deh." Kejora berujar, mengekspresikan ketertarikannya akan nama tersebut.

"Rasi sama Bintang itu dari kecil udah deket banget. Walaupun sering berantem, tapi mereka selalu bisa saling mengerti satu sama lain," ujar Naina dengan senyuman.

Senyum itu menular di bibir Kejora, meski tidak untuk hatinya.

💕

Detik jam terus bergerak. Memutar hingga kini tak terasa sudah menunjukkan pukul 12 tengah malam. Yang artinya, tinggal beberapa menit lagi hari akan berganti. Namun dengan tubuh merebah di atas ranjang, kedua mata Bintang masih terbuka sempurna. Ini kebiasaan Bintang yang sudah tidak asing lagi. Tap kali habis mendapati Rasi menangis, malamnya pasti ia tidak bisa tidur. Mau sekuat apapun ia memaksakan matanya untuk terpejam, kepalanya tetap tidak bisa berhenti memikirkan Rasi.

Walau pun sebelum pulang tadi, Bintang sempat memastikan, kalau Rasi sudah dalam keadaan tenang. Akan tetapi tetap saja Bintang cemas kalau-kalau orangtua Rasi kembali bertengkar, sehingga membuat gadis itu menangis lagi. Jangan tanya kenapa Bintang sering secemas ini pada Rasi, karena ia sendiri pun tidak tahu apa alasannya. Ini semua terjadi semenjak dirinya dan Rasi mulai beranjak remaja. Atau tepatnya, semenjak perasaan sayang Bintang pada Rasi sebagai sahabat, berkembang menjadi lebih dari itu.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang