60. Mungkin

2.8K 385 519
                                    

Mau up cepet? Spam komen yg banyak! karena aku bakal double up kalau udah 500 komentar!

***

Now music playing
All With You - Taeyeon

***

"Kenapa hadir lo cuma membawa luka buat gue, Ra? Mungkin gue gak akan merasa sesakit ini kalau sejak awal gue nggak pernah mengenal lo, dan lo nggak masuk ke dalam hidup gue."

•••

"Aw!" Dengan sangat pelan-pelan, Kejora sedang mengobati luka pada jarinya yang tidak tahunya tergores cukup dalam. Pantas kalau tadi darahnya keluar terus dan sulit dihentikan, sampai akhirnya baru berhenti setelah dikompres sebentar pakai kapas yang sudah dibasahi dengan air hangat.

Usai darahnya berhenti dan diolesi obat merah, barulah ia balut luka itu dengan plaster yang merekat erat di kulit. Sesaat Kejora memerhatikan ujung jarinya yang terluka itu.

Ah, kenapa harus yang kanan! Besok kalau dipakai untuk nulis pasti sakit. Jangankan nulis, memegang pulpen saja juga sudah sakit.

Gadis itu sejenak menarik napas panjang, sebelum akhirnya ia bangkit dan menaruh kotak P3K yang diambilnya kembali ke tempat semula ia menemukannya. Kemudian Saat ingin membuka pintu kamarnya, tiba-tiba tanpa sengaja dia melihat Bintang yang tertidur masih dalam posisi duduk.

Membuat Kejora seketika beralih tujuan dari pintu kamarnya menuju pintu kamar Bintang. Perlahan Kejora membuka sedikit terlebih dahulu dengan susah payah agar pintu itu tidak menciptakan decitan nyaring yang bisa membangunkan si Pemilik Kamar. Kejora mengintip untuk sekedar memastikan. Sebelum akhirnya dia putuskan untuk masuk ke dalamnya.

Dengan langkah mengendap-endap, gadis itu berjalan dan niatnya hanya untuk menyelimuti Bintang tanpa perlu Bintang ketahui. Namun ketika dirinya tengah ingin menarik selimut yang tergelar lebar di atas ranjang, suara Bintang tiba-tiba mengejutkannya dan membuatnya kontan menoleh sempurna.

"Kenapa semuanya harus serumit ini?"

Tadinya Kejora sempat panik ketika tahu-tahu Bintang bicara. Namun ketika menyadari mata cowok itu yang masih terpejam rapat, panik itu mereda.

Bintang memang selalu begitu. Tiap kali tengah melalui hari-hari yang terlalu berat baginya, dia pasti akan mengigau seperti orang mabuk alkohol padahal nyatanya tidak demikian. Menumpahkan seluruh isi pikirannya tanpa sadar, membuat Kejora yang mendengarnya seketika bergeming.

"Kenapa harus Bintang sendiri yang menghadapinya, Pa? Kalau aja Papa nggak tinggalin Bintang, mungkin semuanya nggak akan kayak gini," igau Bintang yang detik itu juga benar-benar membuat Kejora merasa bersalah karena cowok itu harus merasakan ini semua tidak lain adalah karena ayahnya.

Setelah membalut Bintang dengan selimut tebal yang diambilnya, Kejora hendak berlalu, namun tiba-tiba seseorang meraih genggamannya yang membuatnya kontan berbalik kembali. Kali ini Kejora benar-benar panik. Akankah Bintang memakinya lagi?

Tetapi ketika ia pertegas penglihatannya pada mata Bintang, ternyata lagi-lagi mata cowok itu masih terpejam rapat meski tangan kirinya tampak mengait erat di salah satu pergelangan tangan Kejora. Sehingga Kejora pikir tidak ada yang salah, karena mungkin saat ini Bintang masih mengigau.

Kejora yang baru saja ingin menyingkirkan tangan Bintang, seketika pergerakannya tertahan ketika cowok itu tiba-tiba berbicara lagi.

"Kenapa hadir lo cuma membawa luka buat gue, Ra? Mungkin gue gak akan merasa sesakit ini kalau sejak awal gue nggak pernah mengenal lo, dan lo nggak masuk ke dalam hidup gue."

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang