AYO SINI KITA GEREGET BARENG!
KOMEN YG BANYAK YAA
GAK BANYAK = GAK UP***
"Nggak-nggak. Dia kan suka sama gue. Ntar kalau gue tanya lagi di mana, yang ada dia malah kepedean, lagi. Mikir yang macem-macem. Nggak, deh. Jangan."
Bintang Andromeda
•••
Di atas sebuah bukit yang pernah ia kunjungi bersama Rasi saat ingin memotret merahnya langit senja, Biru mengajak Kejora untuk sedikit membuat gadis itu tenang. Duduk tepat di puncaknya, yang bersentuhan langsung dengan rumput hijau di sana.
"Apa lo sadar, kalau tindakan lo tadi itu nggak cuma membahayakan diri lo, tapi juga bisa membahayakan orang lain?" tanya Biru seraya menoleh pada lawan bicaranya yang terus saja menatap ke depan.
Tanpa membalas tolehan Biru, Kejora menjawabnya hanya dengan menggeleng. Membuat Biru mengerutkan dahi, alih-alih bertanya lagi.
"Gue nggak sadar apa yang gue lakuin tadi, waktu tiba-tiba keberadaan seseorang buat trauma gue kembali. Bahkan kalau ada mobil yang menabrak gue sampai mati pun, mungkin gue juga nggak akan sadar."
"Trauma?" Biru masih bertahan melabuhkan pandangannya pada Kejora, meski tidak sedetik pun gadis itu melihat ke arahnya.
"Waktu kecil gue punya trauma sama seseorang yang selalu menyakiti Ibu gue. Dan sampai sekarang trauma gue sama orang itu masih belum hilang, walaupun terakhir ibu gue minta gue untuk memaafkan dia." Sesaat kemudian barulah Kejora menoleh dengan senyum. "Makasih, ya."
"Buat?"
"Makasih karena lo udah menyelamatkan gue."
"Ha?" Biru semakin tidak mengerti dibuat Kejora.
"Kalau lo nggak narik gue dari tengah jalan tadi, bisa aja sekarang gue udah mati karena ketabrak. Atau lebih buruknya kalau lo nggak ngajak gue pergi tadi, kemungkinan besar orang itu udah bebas menyakiti gue sekarang..." Dengan senyuman getir Kejora pun melanjutkan, "setelah ibu gue udah nggak ada."
Sedangkan di sisi lain, Biru yang mendengarkan itu merasa mengerti namun juga tidak mengerti. Mengerti akan trauma Kejora yang bisa saja kambuh tanpa tahu waktu dan tempat. Akan tetapi Biru tetap tidak bisa mengerti meski dirinya sudah berusaha untuk mengerti, mengenai seseorang yang diceritakan Kejora, yang telah menyakiti ia dan ibunya, juga yang telah menimbulkan trauma dalam dirinya.
"Orang itu..." Biru menggantungkan kalimatnya, lantaran ragu untuk bertanya. Sampai tiba-tiba Kejora bangkit berdiri, menyurutkan niatannya.
Sejenak Kejora menengok arloji mini yang melingkar di pergelangan tangannya. "Gue balik dulu, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...