"Biru butuh lo untuk ada di sisinya."
•••
Sebelum Rasi keluar, Kejora segera masuk ke dalam kamarnya. Sampai setelah Rasi keluar, barulah Kejora masuk dan langsung melemparkan buku matematikanya pada Bintang.
"Apa-apaan, nih?!" seru Bintang, tak terima.
"Liat halaman terakhir tugas gue. Itu tulisan lo, kan? Ngaku!" sentak Kejora.
Bintang membuka buku itu. Dilihatnya sebuah nilai berbentuk bebek dan telur di sana.
"Lo ngapain, sih, pake sok-sok ngerjain tugas gue segala? Jadi 20 kan nilai gue gara-gara lo!" tuduh Kejora, menyalahkan Bintang yang menjadi penyebab nilai terburuknya sepanjang masa itu.
Semalam, setelah memindahkan Kejora ke kamar, Bintang turun kembali berniat untuk membereskan buku-buku Kejora. Akan tetapi niat itu urung sejenak, ketika yang Bintang lihat, tugas Kejora belum selesai. Makanya Bintang mencoba untuk menyelesaikannya. Susah memang. Oleh karena itu Bintang menerapkan prinsip 'yang penting selesai' dalam mengerjakannya. Yang Bintang tidak menyangkap 8 soal yang ia kerjakan salah semua.
"Seharusnya lo berterimakasih dong sama gue. Niat gue kan baik, mau bantuin lo, karena lo udah buatin gue bubur sama teh ramuan itu. Lagi juga gue tau, tugas itu mesti dikumpul pagi-pagi kan? Makanya gue coba kerjain sampai selesai. Masih mending, kan? Daripada nggak selesai sama sekali?"
"Buat apaan selesai, kalau yang lo selesaiin itu semuanya salah! Kalau gue kumpul yang udah gue kerjain doang juga nilainya bakal sama aja!"
"Iya-iya, gue ngaku salah. Tapi kan tetep aja niat gue baik," ulang Bintang, yang semata-mata untuk membela dirinya. "Apalagi segala sesuatu itu kan diliat dari niatnya."
"Ah, tau, ah!" kesal Kejora, yang langsung merampas kembali bukunya dan keluar meninggalkan Bintang.
🌩
Meski tersedia dua cappuccino ice cup di hadapan mereka masing-masing, Rasi dan Leon mengabaikannya.
"Apa yang mau kamu bicarain sama aku?" tanya Rasi pada Leon yang langsung pada intinya. Karena mengingat Leon adalah sepupu Biru, tentu saja membuat Rasi juga terbawa tidak suka pada cowok itu.
"Biru..."
Belum habis Leon bicara, Rasi memotong dengan tarikan napas kasar. Memalingkan pandangannya sekilas. "Kalau soal dia aku udah nggak mau denger lagi!" tandasnya.
"Tapi, Ras, lo harus tau hal ini."
"Aku udah nggak mau tau apa-apa soal dia." Rasi berdiri, namun Leon segera menahannya.
"Biru butuh lo."
"Terus?"
"Biru butuh lo untuk ada di sisinya."
Rasi tersenyum miring. "Aku nggak peduli."
Dengan kasar, Rasi menghempas tangan Leon. Lalu mengambil langkah pergi meninggalkannya. Rasi tahu yang dilakukannya saat ini memang jahat, akan tetapi tetaplah Biru lebih jahat.
"Gue mohon jangan tinggalin Biru walaupun dia minta lo pergi dari hidupnya," ujar Leon yang secepat mungkin menyusul langkah Rasi, membuat Rasi seketika terhenti tepat beberapa pijakan di depan pintu kafe.
Gadis itu berbalik. "Ternyata kamu sama egoisnya, ya, sama Biru?"
"Terserah lo mau bilang gue apa. Mau bilang gue brengsek pun, nggak masalah. Gue punya alasan kenapa bicara seperti ini ke lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...