"Kalau lo beneran suka sama gue, besok malam gue mau kita kencan."
•••
Awalnya Naina merasa sedikit aneh. Ketika hari ini suasana ruang makan terdengar sangat kondusif. Yang mana mereka bertiga sarapan bersama, namun hanya ada suara antukan antara sendok besi dan piring saja yang terdengar. Tidak ada keributan-keributan seperti biasanya yang dilakoni oleh Bintang dan Kejora.
Karena Naina pikir selama tiga hari ke depan ia tidak bisa memasak masakan apapun untuk Bintang dan Kejora, alhasil khusus untuk hari ini Naina menyempatkan diri untuk bangun pukul 4 pagi, yang sengaja ia lakukan demi bisa memasak banyak makanan untuk Bintang dan Kejora sebagai sajian sarapan spesial mereka pagi ini.
Usai menyendokkan nasi ke atas piringnya, mata Kejora menjelajah ke segala lauk-pauk yang tersedia di atas meja makan. Sekian detik, sampai akhirnya ia menjulurkan tangannya sejauh mungkin, untuk mengambil ikan tuna goreng yang letaknya memang agak jauh, sehingga ia sulit sekali menggapainya.
"Mau potongan yang mana?" Bintang yang menjadi satu-satunya orang yang menyadari kesulitan Kejora tiba-tiba bertanya, membuat Naina yang semula sibuk menghabiskan sarapannya seketika perhatiannya teralihkan.
Persis seperti Naina, Kejora pun sempat terbengong. Sebelum akhirnya ia menjawab, "Yang potongan ekornya aja."
Dengan begitu cuek, tidak memedulikan sama sekali reaksi dua orang di sekelilingnya, Bintang menusukkan garpunya pada sepotong ikan yang diminta oleh Kejora, lalu menaruh potongan itu tepat di piring Kejora.
Sungguh sangat di luar dugaan Naina! Menyaksikan pemandangan barusan tentu saja membuat lengkungan senyum mengukir di wajah Naina.
Siapa sangka, mengurung mereka berdua di dalam gudang semalaman ternyata benar-benar sangat berdampak baik bagi telinga dan matanya. Karena untuk pertama kali dalam sepanjang sejarah Bintang dan Kejora saling mengenal dan tinggal satu rumah, akhirnya kini keduanya terlihat sangat akur juga. Walaupun Bintang agaknya memang terlihat lebih diam dari kemarin-kemarin. Tetapi buat Naina hal tersebut justru tampak lebih baik.
"Udah belum makannya?"
Kebiasaan. Di saat yang lain masih keheranan akibat perubahan sikapnya, anak itu malah tiba-tiba bertanya lagi, membuat Kejora tersentak sesaat ketika menjawabnya, untuk yang kedua kalinya. "Dikit lagi. Kenapa?"
"Kalau udah, kita langsung berangkat."
Bukan cuma Kejora, bahkan Naina pun terperangah bukan main mendengarnya. Apa?! Apa mereka tidak salah dengar? Apa telinga mereka sudah mulai eror cara fungsinya? Atau malah otak Bintang yang sedang eror? Sungguh sangat terlampau jauh dari prediksinya, Naina benar-benar tidak menyangka kalau Bintang baru saja mengajak Kejora untuk berangkat ke sekolah bersamanya, setelah sebelumnya anak itu membantu Kejora tanpa dipaksa-paksa seperti biasanya.
"Tumben. Kamu, nggak bareng sama Rasi?" heran Naina. Tadinya ia tidak mau bertanya. Tapi perkara sepele macam ini kalau ditahan-tahan justru malah bikin penasaran.
Bintang menggeleng. Lalu ditatapnya kembali Kejora yang telah menyudahi sarapannya. "Ayo, cepet. Gue tunggu di depan."
Buru-buru Kejora meneguk minumnya. Berpamitan pada Naina, kemudian menyusul Bintang yang langkahnya cepat sekali.
🌩
Dengan masih mengenakan seragam sekolah lengkap dengan segala atributnya, Rasi diajak Biru untuk ke kampus sebentar sebelum benar-benar Biru mengantarnya pulang. Biru lupa, kalau hari ini sebelum pukul 3 sore, ada satu tugas yang harus ia kumpulkan langsung pada dosennya sekalian tandatangan absen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...