Kalau gue suka sama lo, boleh 'kan?
•••
Ketika Bintang sedang memerhatikan apa saja yang terliat di depan matanya, termasuk orang-orang yang berlalu-lalang melewatinya sore itu di depan sekolah Rasi, tiba-tiba ia teringat kembali akan sesuatu yang ia temukan di dalam lokernya tadi. Bukan, bukan minumannya. Melainkan isi tulisan dari note-nya.
Kalau gue suka sama lo, boleh 'kan?
Tanpa bosan Bintang membaca tulisan pada kertas yang dipegangnya itu berulang-ulang. Bagaimana bisa ia memperbolehkan atau tidak, sedangkan ia sendiri tidak tahu siapa yang menulisnya. Kalau perempuan, sih, boleh-boleh saja. Tapi kalau laki-laki? Jelas, ia tidak akan memperbolehkan.
Karena terus sibuk dengan pikirannya, Bintang sampai tidak menyadari, bahwa seseorang yang ia tunggu-tunggu sejak tadi sudah keluar dari kelasnya. Dan sedang mendekat ke arahnya. Mengetahui Bintang yang tidak menyadari kedatangannya, lantas sebuah ide usil melintas di kepala Rasi.
Sambil menghitung dalam hati, gadis itu berjalan mengendap-ngendap. Tangannya seolah bersiap untuk menerkam Bintang.
Satu, dua...
"Dor!!!"
Dari belakang Rasi mengagetkan Bintang sampai Bintang benar-benar tersentak bukan main.
"Apaan, sih, lo!" bentak Bintang refleks. Bahkan sampai keceplosan menggunakan kata 'lo'.
Dengan cepat ia segera mengantungi kembali note entah dari siapa itu, sebelum sahabat kecilnya yang usil binti menyebalkan itu melihatnya.
"Dih, marah-marah?" Rasi tertawa, puas. "Kaget, ya?"
"Nggak. Siapa yang marah?"
"Itu kamu tadi? Pasti gara-gara kaget kan?" goda Rasi sambil mengenakan pelindung kepalanya.
Demi mengalihkan topik agar Rasi berhenti meledeknya, akhirnya Bintang terpaksa membicarakan apa yang sebetulnya tidak ingin ia bicarakan. Terutama pada Rasi. "Ras, kamu tahu nggak, di sekolah kan aku punya penggemar rahasia."
"Adu-adu, setelah sekian lama, akhirnya sahabat aku yang satu ini ada yang sukain juga. Ciyeee..." Rasi yang tidak habis akal, topik baru yang Bintang buat ini justru malah memancingnya untuk kian gencar menggoda Bintang.
"Iyalah, emangnya kamu. Di php-in mulu sama orang!" balas Bintang.
Sembari memasang posisi duduk di belakang Bintang, Rasi menimpali, "Enak aja! Biru nggak php-in aku, tau."
"Kan... kan. Padahal aku nggak sebut nama Biru. Nggak ngomongin dia juga. Tapi kamunya udah ngerasa duluan." Kedua bahu Bintang terangkat tak acuh. Sampai kemudian deru mesin motor lebih mendominasi sahutan-sahutan mereka di tengah perjalanan.
⛈
Tok tok tok
Obrolan Kejora dan Naomi terputus karena tiba-tiba suara ketukan pintu kamar menyeruak di antaranya.
"Kejora," panggil seseorang dari luar sana, yang Kejora kenali pemilik suara keibuan itu adalah tantenya, Milka.
"Iya, Tante, sebentar―"
"Jangan dibuka, kunci aja." Sergahan Tante Milka kontan membuat uluran tangan Kejora yang hendak membuka pintu, terhenti seketika. "Pokoknya kamu jangan keluar kamar sampai Tante perbolehkan kamu keluar, ya, Kejora?"
"Lho? Memangnya ada apa, Tante?"
"Milka, mana Kejora?! Mana anak saya?! Saya ingin bertemu dengannya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Ficção Adolescente'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...