"Selama ini lo mau tau, kan, gimana perasaan gue ke lo?"
•••
Bintang menuruni anak tangga dengan malas-malasan. Kalau saja tangannya tidak terkait kuat dengan tangan mamanya sekarang, mungkin Bintang akan lebih memilih bersembunyi di balik selimutnya. Berlaku seakan sedang berpura-pura tidur.
Namun karena kenyataannya mamanya telah terlanjur menyeretnya seperti ini, sehingga mau tidak mau yang Bintang bisa lakukan hanya menuruti kemauan mamanya untuk menemui tamunya itu.
"Ayo, Bintang. Jalannya buruan dong, Mama mau kenalin kamu, nih, sama keponakannya Tante Milka. Cantik, namanya Kejora."
"Ribet banget, sih, Ma, pakai kenalan-kenalan segala."
"Iya, kamu harus kenal sama dia, karena nantinya selama Tante Milka dinas ke luar kota, dia akan tinggal di sini bareng kita."
"Apa?! Tinggal bareng kita?!" Refleks Bintang menarik tangannya bersamaan dengan langkahnya yang berhenti di tengah-tengah anak tangga.
"Iya, tinggal bareng kita. Makanya sekarang kamu harus kenalan dulu sama dia. Ayo!" Naina meraih lengan Bintang kembali. Gemas melihat Bintang yang dari tadi bergerak seperti dilambat-lambatkan, terpaksa kali ini Naina menariknya lebih kuat. "Tuh, kan, Kejora udah nungguin."
Mendengar suara Naina yang semakin mendekat, sebelum berdiri Kejora segera meraih sebuah majalah fashion yang tergeletak di atas meja tamu, untuk menutupi wajahnya. Sementara Bintang yang masih belum mengenali wajahnya lantara terhalang oleh majalah, lagi-lagi hanya memerhatikan tingkah aneh gadis itu.
"Ayo, Kejora, kenalin ini anak Tante. Namanya Bintang. Bintang, kenalin, ini keponakannya Tante Milka, namanya Kejora." Dengan sedikit paksaan, Naina mendorong tangan Bintang sampai terangkat, untuk memberi salam pada Kejora.
Masih dengan wajah yang tertutup, Kejora menjulurkan tangannya. Berniat untuk mengajak Bintang berjabatan tangan. Namun bodohnya, tangan Kejora malah terjulur ke arah yang salah. Sampai-sampai Milka harus ikut campur mengarahkan uluran tangan Kejora ke arah yang benar.
Sambil menyambut uluran tangan Kejora, Bintang memperkenalkan dirinya, "Bintang."
"Kejora," sahut Kejora.
Sama seperti Naina, Milka pun melakukan hal yang serupa. "Kejora, kamu apa-apaan, sih? Masa mukanya ditutupin begitu? Nggak sopan. Cepat turunkan majalahnya," perintah Tante Milka sesaat setelah ia menyadari tingkah aneh keponakannya, yang entah sejak kapan menjadi seperti itu.
"Aneh," ketus Bintang, terang-terangan.
Sedangkan Naina hanya tertawa lucu melihatnya.
"Kejora, cepat turunkan. Bintang kan mau kenal sama wajah kamu."
"I- i- ya, Tante." Mendengar intonasi ucapan tantenya yang terdengar cukup serius, sedikit demi sedikit Kejora menurunkan majalah itu dari depan wajahnya.
Perlahan-lahan, saat mengenali mata bundar Kejora yang tidak asing bagi Bintang, lalu melihat wajah Kejora usai majalah itu benar-benar sudah tidak lagi menghalangi pandangan Bintang, sontak Bintang terkejut bukan main.
"Elo?!" sembur Bintang dengan pelototan. Membuat Kejora spontan memundurkan wajahnya bersamaan dengan kedua matanya yang terpejam otomatis.
"Lho? Kalian udah saling kenal?" Naina menyeruak seketika.
Bintang menoleh cepat ke arah mamanya. "Nggak, Ma. Bintang nggak kenal," aku Bintang.
Bintang tidak bohong. Karena walaupun wajah Kejora tidak asing di matanya, faktanya ia memang tidak kenal dengan Kejora. Bahkan baru sekarang Bintang mengetahui kalau nama gadis itu adalah Kejora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...