57. Sudahi Semuanya

2.4K 376 81
                                    

bacanya 2x yaa. pertama baca pelan2. kedua baca dan spam komen di setiap line paragraf😚

***

Now music playing
Bye - Gfriend

"Kenapa jadi sahabat kamu aja rasanya harus semenyakitkan ini buat aku?"

•••

"Bintang? Kamu ngapain di sini?" tanya seorang gadis yang memakai payung dan membuat dirinya tidak basah oleh air hujan. Rasi.

Bintang berdiri. Kakinya melangkah, mengabaikan hujan yang mulai membasahinya. "Kamu dari mana aja sampe pulang selarut ini, Ras?" Alih-alih menjawab, ia malah bertanya balik, seakan tidak tahu gadis itu baru kembali dari mana.

"Aku dari rumah sakit, Bi... Penyakit Biru semakin parah..." tutur Rasi seraya menatap mata Bintang, seolah mengharap untuk dimengerti.

"Aku⸻"

"Waktu lalu Biru sempat kritis. Aku takut banget kehilangan dia. Omongannya udah aneh-aneh. Dia selalu mengandai-ngandai kalau dirinya udah nggak ada." Baru saja Bintang hendak mulai bicara dan mengatakan semuanya, tentang dirinya yang saat ini benar-benar sedang membutuhkan gadis itu, namun nyatanya gadis itu malah menyela sebelum sempat ia bersuara. Gadis itu menyela tanpa memedulikan ekspresi Bintang yang tak terbaca olehnya. Kembali menyambung kalimatnya, dan masih saja selalu tentang Biru.

Yang entah kenapa, hal tersebut benar-benar sangat menyakiti Bintang malam itu. Bintang sungguh sudah tidak lagi mengenali sosok Rasi. Rasi sahabat kecilnya yang terbiasa menghabiskan waktu dengannya dulu. Rasi yang memedulikannya tanpa tapi. Jauh berbeda sekali dengan sekarang. Jangankan untuk memedulikannya, jangankan untuk menghabiskan waktu dengannya, mendengarkan apa yang sangat ingin ia katakan pun sepertinya gadis itu tidak memiliki waktu. Rasi memang benar-benar telah berubah. Kini gadis itu bukan lagi sahabat kecilnya yang dulu ia kenal.

Seketika Bintang membuang napas kasar. Ditatapnya Rasi dengan begitu tegas. "Biru lagi, Biru lagi. Kapan, sih, kamu berhenti bicara soal Biru, Ras? Aku udah muak dengernya."

Dahi Rasi tertaut rapat, dibalasnya tatapan Bintang dengan penuh keheranan.

"Kenapa kamu nggak pernah ada di saat aku bener-bener butuh kamu, Ras? Coba kasih tahu aku, gimana caranya biar aku bisa menjadi bagian terpenting dalam hidup kamu, sama seperti Biru dalam hidup kamu? Kasih tahu aku, kenapa cuma ada Biru di kepala kamu? Kenapa fokus kamu cuma tertuju ke Biru? Dan kenapa jadi sahabat kamu aja rasanya harus semenyakitkan ini buat aku, Ras?" Bintang menggantung kalimatnya sesaat. Menahan sejenak rasa sesak yang membeku di dadanya. Sampai kemudian barulah ia lanjutkan. "Jawab aku, kenapa?!" sentaknya semakin meninggi dengan tatapan menghujam sepasang mata Rasi yang malah bersikap seolah bisu.

"Apa perlu aku ingetin kamu, kalau di dunia kamu itu nggak cuma ada Biru, Ras, tapi juga ada aku? Aku yang selalu ada buat kamu. Aku yang kenal kamu dari kecil. Aku yang sahabat kamu, Ras. Orang terdekat kamu, dan selalu kamu abaikan." Sesaat Bintang tersenyum miris akan dirinya sendiri. "Bahkan kamu nggak tanya buat apa aku di sini, nunggu kamu sampai selarut ini. Karena kamu emang nggak pernah peduli sama aku, Ras. Aku tahu itu, meskipun aku nggak tahu kenapa cuma selalu Biru yang kamu utamakan dalam hidup kamu."

Semua ucapan Bintang saat itu juga berhasil membuat Rasi menggeming. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu saat ini, Bintang sungguh tidak tahu, dan tidak ingin tahu. Dirinya sudah tidak sanggup untuk menerka-nerka gadis itu. Detik demi detik... Putih mata Bintang memerah. Dadanya sesak bukan main. Sampai ketika ia memalingkan wajahnya, setetes air matanya langsung saja lolos mengaliri dua sisi pipinya meski tersamarkan oleh rintik hujan yang sudah semakin deras mengguyur Bintang yang tak berpayung.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang