Jangan lupa bacanya sambil play lagu di atas yaa^ Atau kalo mau dengerin dulu buat dalami liriknya juga boleh
___
Ke mana Biru akan beralasan kali ini?
•••
Setelah beberapa menit Biru menunggu, tak lama sebuah voice note terkirim dari Rasi.
"Hati ini... bukan tuk sementara.... Bukan tuk selingan hatimu... bukan begitu seharusnya...."
"Cinta ini... bukan tentang dirimu saja.... Bukan datang dan pergi... sesuka hati...."
Biru tahu maksud di balik Rasi menyanyikan lagu itu. Biru tahu lagu itu ditujukan untuknya. Karena Biru juga tahu kalau selama ini Rasi terluka karena dirinya. Biru pun sadar akan perlakuannya yang selama ini mengecewakan Rasi. Yang telah menyia-nyiakan Rasi, bahkan menyakiti gadis itu.
Tapi Biru berani bersumpah demi apapun, sejujurnya bukan itu yang ia inginkan. Biru melakukan semua itu karena ia tidak ingin Rasi merasakan yang lebih menyakitkan dari ini nanti, ketika gadis itu tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya. Biru tidak ingin Rasi menaruh perasaan padanya terlalu dalam, di saat dirinya bahkan tidak bisa berada di sisi gadis itu lebih lama lagi.
Biru merasa takdir memang jahat padanya. Sampai-sampai saat ini, Biru sendiri pun tidak tahu apa yang harus ia lakukan, ketika dirinya sedang benar-benar merindukan Rasi. Biru ingin sekali melihat tawa gadis itu, mendengar suaranya. Sehingga yang Biru bisa lakukan hanyalah memandangi foto-foto Rasi di ponselnya, dan memutar voice note gadis itu berulang-ulang.
Walaupun sejujurnya itu saja tidak cukup untuk mengobati rasa rindunya.
🌩
"Berapa kali lemparan?" tanya Kejora.
"Tiga," sahut Bintang.
"Gue dulu atau lo dulu?"
"Sori, karena gue penganut ladies first, jadi gue belakangan aja."
"Oke." Kejora mengambil tiga buah batu yang terdekat di sekelilingnya. "Satu, dua..." Pada hitungan ketiga Kejora langsung melempar sejauh mungkin salah satu kerikil di tangannya.
Batu kerikil itu melambung cukup jauh, menciptakan riak, sebelum akhirnya tenggelam di tengah danau.
"Ahahahaha!" Tiba-tiba gelak tawa Bintang pecah. "Segitu doang lemparan lo?"
"Coba gue mau tau, sejauh mana lemparan lo?" kesal Kejora.
Setelah memilih tiga batu paling ringan di antara batu-batu kerikil yang lain, Bintang mengumpulkan semuanya di dalam lengkungan salah satu telapak tangannya.
"Nih, liat. Perhatiin. Amati baik-baik." Bintang mulai mengeker satu batu kecil pilihannya. Entah apa yang dikeker, tetapi tak lama lemparan Bintang berhasil membuat kerikil kecil itu melambung begitu jauh, lalu tenggelam pada jarak yang bahkan dua kali lebih jauh dari hasil jangkauan Kejora sebelumnya, setelah sempat memantul tiga kali di atas permukaan air.
Bintang tersenyum miring. "Sebenernya itu belum seberapa. Gue bisa berkali-kali lipat lebih jauh dari ini."
Kejora berdecih sambil melirik Bintang yang begitu bangga dengan keangkuhannya. Kejora akui, ia pun heran bisa-bisanya suka pada orang sejenis Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Ada Selamanya 1&2
Teen Fiction'Selamanya' hanya kata penenang. Hanya sebuah peralihan kata bagi mereka yang tidak percaya adanya sebuah akhir. Karena pada kenyataannya di semesta yang mudah rapuh ini, tak ada yang kekal. Tak ada yang abadi. Dan tak ada... Selamanya. Tentang sela...