69. Kebohongan

655 159 35
                                    

Satu hal yang takkan bisa kita hindari adalah kebohongan.

***

"Apa?! Apa yang perlu Kejora tahu, sampai-sampai Kejora harus semenderita ini, Yah? Apa yang mau Ayah bicarain sama Kejora? Tentang papanya Bintang yang udah Ayah bunuh?"

Surya menggeleng cepat. "Ayah tidak membunuh siapapun. Semua ini terjadi karena perbuatan tantemu. Milka."

"Tante Milka?" Seketika raut wajah Kejora berubah dengan kernyitan tak percaya.

"Iya. Dia yang membunuh pria itu. Dia yang membuat Ayah menjadi tersangka, dan tidak bisa menampakkan diri di muka umum. Karena dia ingin menjauhkan kamu dari Ayah. Dia tidak akan bisa mendapatkan harta warisan dari nenekmu tanpa memilikimu, karena dia hanya anak tiri nenekmu," jelas Surya, membuat Kejora seketika teringat akan pertengkaran antara ayah dan tantenya waktu lalu.

"Saya tidak peduli. Yang terpenting saya menyayangi Kejora lebih daripada kamu menyayangi dia! Saya tau, kamu pasti mencari-cari Kejora karena kamu membutuhkan dia untuk mendapatkan harta warisan Ibu!" tandas Milka tanpa ada sedikitpun rasa takut.

"Kalau sekalipun niat saya seperti itu, apa hubungannya dengan kamu? Apa saya akan merugikan kamu?" Belum sempat Milka menjawab, Surya menyambar lagi, "Oh, saya paham. Jangan-jangan justru kamu yang ingin memanfaatkan Kejora untuk mendapatkan harta warisan Ibu?"

Plak

Tidak segan-segan Milka mendaratkan tamparan keras pada permukaan pipi Surya.

"Sembarangan kamu bicara! Jangan pernah kamu samakan saya dengan dirimu!" Milka membalas sentakan tidak terima. "Sekarang saya minta kamu pergi dari rumah saya, dan berhenti mengganggu Kejora lagi!"

"Bukannya Ayah..."

Surya menggeleng. "Ayah tidak pernah mengharapkan hal semacam itu. Tantemu yang terus saja menuduhkan tabiatnya sendiri pada Ayah. Dia yang menginginkan warisan itu, tapi dia menuduh Ayah. Begitu pula seperti dia yang membunuh pianis itu, tapi dia yang membuat Ayah menjadi tersangkanya. Dia terobsesi pada pria itu. Dia memprovokatori Ayah, dengan mengatakan ibumu selingkuh dengan pria itu. Sampai-sampai Ayah menjadi sangat bodoh karena terus mendengarkan perkataannya, dan melarang keras kamu maupun ibumu memainkan piano."

"Maaf sebelumnya, Mas. Bukan saya bermaksud untuk menjelekkan Kak Lily. Tapi Mas harus tahu sesuatu."

Surya yang saat itu tangah sibuk berkebun di belakang rumahnya pada hari Minggu, sesaat ia hentikan dahulu kegiatannya itu. Membuka masker dan sarung tangannya, lalu duduk bersama adik iparnya di teras belakang.

"Sesuatu apa?" tanyanya.

"Mas kenal pianis terkenal, Frans Wiguna?" ucap Milka, usai memastikan tidak orang lagi di sekitarnya selain dia dan Surya.

Surya mengingat nama itu. "Pianis favoritnya Lily, bukan? Sekarang pun dia ajak Kejora untuk menyaksikan penampilannya."

"Pianis favorit?" Milka tersenyum miring. "Coba Mas lihat video ini. Pekan lalu saya nggak sengaja mergoki mereka berdua!"

Surya mengambil alih ponsel yang disodorkan Milka. Terputar sebuah video, di mana Frans dan Lily tengah bercengkrama di sebuah resto. Tidak hanya bercengkrama, mereka bahkan tertawa bersama. Membuat Surya dalam sekejap mampu terpancing oleh kata-kata Milka.

"Berhenti mengarang cerita, Yah. Kalau Ayah mau narik simpati Kejora, caranya nggak dengan menjatuhkan Tante Milka! Selama ini Tante Milka yang udah baik sama Kejora!"

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang