11. Ungkapan Perasaan

3K 422 33
                                    

Play lagu di atas plis:')
__

Cinta memang seharusnya diungkapkan. Mau seberapa beratpun itu. Bukan hanya cinta, apa saja yang menyangkut soal perasaan akan terasa lebih baik jika diungkap dalam bentuk ucap. Karena siapapun tidak ada yang tahu bagaimana isi hati orang lain.

•••

"Selama ini lo mau tahu, kan, gimana perasaan gue ke lo?"

Dengan gerakan kaku, Rasi mengangguk. Salah satu tangannya masih terus memegangi bibirnya.

"Selama ini gue suka sama lo, Ras," tutur Biru, yang sesaat berhasil membuat pandangan Rasi terangkat, mengarah padanya. "Gue, benar-benar jatuh cinta sama lo."

"Kalau selama ini kamu punya perasaan seperti itu ke aku, kenapa kamu nggak pernah bilang dari awal?"

Karena ada banyak hal yang nggak bisa aku kasih tahu ke kamu, Ras.

Biru hanya tersenyum tipis, lalu menggeleng samar. "Nggak apa-apa. Gue cuma menunggu waktu yang tepat aja untuk kasih tahu lo tentang perasaan gue ini."

"Se-lama itu kamu menunggu waktu yang tepat?"

"Iya," balas Biru dengan anggukan. "Tapi, Ras―" Tak lama Biru menggantungkan kalimatnya.

"Tapi apa, Biru?"

"Tapi untuk saat ini gue belum bisa menjalin hubungan yang lebih jauh sama lo."

"Kenapa?"

"Hm, nggak kenapa-kenapa. Gue cuma belum siap. Lo mau ngertiin gue, kan?"

Seketika Rasi menundukkan pandangannya. Tentunya ada sedikit kekecewaan yang menyelinap di benaknya saat ia mendengar pernyataan Biru tadi. "Iya, aku ngerti. Aku turun, ya. Kamu hati-hati nyetirnya."

Dengan disertai kedipan, Biru mengiyakan. "Good night."

"Good night."

Rasi turun.

Setelah menunggu sampai mobil Biru berlalu, barulah Rasi masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan yang setengah-setengah. Setengah bahagia, namun setengahnya, Rasi tidak tahu bagaimana ia mendeskripsikannya. Bahagia, karena akhirnya ia mengetahui bahwa selama ini Biru memiliki perasaan yang sama dengan perasaannya. Namun setengah perasaannya lagi, sungguh tidak bisa Rasi ungkapkan dengan kata-kata. Rasanya seperti kecewa, tapi nyatanya tidak sesederhana itu. Ada sakit yang lebih dari sekedar kecewa di dalamnya.

Apa yang membuat Biru belum siap?

Sedangkan dari atas balkon kamar di seberang kamar Rasi sana, dalam diam Bintang hanya bisa menyaksikan segalanya dari awal melalui tembusan kaca depan mobil Biru, sampai akhirnya mobil itu berlalu dan Rasi pun masuk rumah. Tanpa Rasi maupun Biru ketahui. Sesak, memang. Tapi selama Rasi bahagia, Bintang tidak akan mempermasalahkan itu. Tidak masalah kalau kenyataanya hari di mana ia bisa memiliki Rasi seutuhnya tidak akan pernah datang.

"Bintang!"

Tanpa mengetuk lebih dulu, Kejora main langsung membuka pintu kamar Bintang, sehingga Bintang yang mendengar decitannya seketika menengok ke arahnya.

"Lo bisa nggak, kalau masuk kamar orang itu ketuk pintu dulu?! Lo pikir ini rumah nenek moyang lo!" Bintang membentak spontan.

Kejora agak tersentak dan kontan menghentikan langkahnya. Mengurungkan niatnya untuk masuk, Kejora memilih berdiri di batas pintu dengan kepala sedikit tertunduk. Diganggu di saat perasaannya sedang tidak keruan memang telah menjadi sisi lemah Bintang. Apalagi hal itu berkaitan dengan Rasi. Membuat emosi Bintang semakin rentan marah saja.

Tak Ada Selamanya 1&2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang